Fenomena Ekonomi ‘Vibesession’, Ketika Konsumsi Berdasarkan Suasana Mendominasi Generasi Muda

Bisnisia.id | Sebuah fenomena ekonomi baru yang dikenal sebagai vibesession telah menarik perhatian para ahli ekonomi dan pengamat budaya di seluruh dunia baru-baru ini. Fenomena ini menyoroti pergeseran yang signifikan dalam perilaku konsumsi, terutama di kalangan generasi milenial dan Gen Z. Alih-alih membeli barang dan jasa semata-mata berdasarkan kegunaan atau kualitas produk, konsumen sekarang lebih cenderung terpengaruh oleh suasana atau vibe yang dipancarkan oleh produk, layanan, atau pengalaman. Di balik tren ini, media sosial dan budaya visual menjadi katalisator utama.

Apa Itu Vibesession?

Secara sederhana, vibesession adalah tren di mana keputusan konsumsi dipengaruhi oleh suasana emosional atau estetika yang ingin diciptakan oleh konsumen. Fenomena ini berakar dari pergeseran perilaku konsumen yang tidak lagi hanya membeli berdasarkan kebutuhan atau harga, tetapi juga berdasarkan perasaan dan pengalaman yang diberikan oleh suatu produk atau layanan. Dalam konteks ini, vibe menjadi lebih penting daripada nilai utilitas.

Kyla Scanlon, seorang konten kreator dan ekonom muda asal Amerika Serikat, telah mempopulerkan istilah “vibecession”—sebuah konsep yang menggambarkan bagaimana perasaan atau suasana hati publik dapat mempengaruhi persepsi terhadap ekonomi, meskipun data ekonomi mungkin menunjukkan keadaan yang stabil.

Baca juga:  Indonesia dan Australia Perkuat Rantai Pasok Mineral Kritis

vibecession terjadi ketika sentimen konsumen menurun, meskipun indikator ekonomi seperti pertumbuhan dan pekerjaan tampak “baik-baik saja”. Fenomena ini menggarisbawahi bahwa persepsi negatif tentang ekonomi dapat terbentuk bukan hanya dari data ekonomi aktual, tetapi juga dari suasana emosional yang ada di masyarakat​,” jelas Kyla dalam sebuah wawancara untuk  program “Marketplace” bersama Kai Ryssdal.

Scanlon juga menyoroti peran besar media sosial dalam mengukur dan mempengaruhi suasana ini. Dia mengatakan bahwa sentimen yang terpantul di platform seperti Twitter (sekarang X) dan komentar-komentar dari para pengikutnya bisa menjadi indikator penting tentang bagaimana orang-orang merasakan kondisi ekonomi mereka

Produk dan layanan yang menjadi populer di era vibesession adalah yang mampu menciptakan atau memperkuat “suasana” tertentu—entah itu suasana tenang dan alami, futuristik dan modern, atau nostalgia. Kafe dengan dekorasi estetis, pakaian yang mencerminkan gaya hidup “santai dan bebas”, hingga produk-produk teknologi yang mengusung desain minimalis, semuanya mendapatkan tempat di hati konsumen vibesession.

Baca juga:  Cara Irhamni Malika Bangun Personal Branding Lewat Media Sosial

Bagaimana Media Sosial Mempengaruhi Vibesession?

Media sosial menjadi pusat dari fenomena vibesession. Platform seperti Instagram, TikTok, dan Pinterest mendorong visualisasi estetika yang kuat, dengan foto-foto dan video yang menonjolkan tempat, produk, dan pengalaman yang estetik. Banyak bisnis ritel, kafe, dan restoran kini didesain secara khusus agar tampak menarik di media sosial—istilah yang sering digunakan adalah “Instagrammable”.

Generasi muda tidak hanya membeli produk, mereka juga membeli pengalaman yang bisa dibagikan di media sosial. Foto di kafe dengan pencahayaan lembut, latte art yang indah, atau pakaian yang terlihat pas di feed Instagram menjadi pertimbangan penting bagi konsumen vibesession. Dalam hal ini, keputusan pembelian lebih banyak didorong oleh bagaimana produk tersebut terlihat dan apa yang mereka representasikan, daripada fungsi utamanya.

Seorang pemilik kafe di Jakarta, yang kafenya menjadi viral karena dekorasi yang menonjolkan tema tropis modern, mengungkapkan bahwa lebih dari 70% pelanggannya datang karena mereka ingin berfoto. Mungkin hanya segelintir yang benar-benar datang untuk merasakan kopi.

Baca juga:  Dari Emas Hingga Logam Tanah Jarang, Potensi Pertambangan Aceh yang Jadi Incaran Dunia

Peran dan Pengaruh “Vibe Economy”

Lebih jauh, Kyla menambahkan bahwa vibe economy adalah perpanjangan dari budaya konsumen yang sangat visual dan emosional, di mana nilai simbolis dan emosional dari suatu produk bisa jauh lebih besar daripada nilai material atau utilitas produk tersebut.

Fenomena vibesession adalah cerminan dari pergeseran besar dalam perilaku konsumsi modern. Dalam dunia yang didominasi oleh media sosial, estetika dan suasana menjadi elemen penting dalam keputusan pembelian. Generasi muda, terutama milenial dan Gen Z, memprioritaskan produk yang tidak hanya berguna, tetapi juga dapat memperkuat suasana hati atau pengalaman visual mereka. Di balik fenomena ini, Kyla Scanlon dan para kreator ekonomi lainnya berperan penting dalam memetakan dinamika *vibe economy* yang semakin mendominasi pasar.

Dengan tantangan yang terkait dengan keberlanjutan dan tekanan sosial, vibesession menjadi fenomena yang menarik untuk diamati di masa depan, khususnya dalam bagaimana bisnis dan konsumen beradaptasi dengan tren yang selalu berubah-ubah.

Editor:

Bagikan berita:

Popular

Berita lainnya

Aceh Sabet Emas Pertama di Barongsai PON Aceh-Sumut 2024

Bisnisia.id | Deli Serdang – Kontingen Aceh berhasil meraih...

Muchlis, Desainer Muda Aceh Barat yang Mengukir Prestasi di Dunia Fashion

Bisnisia.id | Aceh Barat – Muchlisin, yang akrab disapa...

Ketua KIP Aceh: Pilkada 2024 Berjalan Lancar dan Sukses

Bisnisia.id|Banda Aceh - Ketua Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh,...

Warga Tuding BPN Banda Aceh Perlambat Pengurusan Sertifikat Tanah

BISNISKITA.ID | Banda Aceh - Warga di Gampong Lamjame, Kecamatan...

Polda Aceh dan Aparat Gabungan Tertibkan Tambang Emas Ilegal di Pidie

Bisnisia.id | Sigli - Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus)...

Bank Aceh Bagi Dividen Rp.296 milyar Ke Pemda Se Aceh

Bagi Dividen Rp.296 milyar Bank Aceh bagi  dividen Rp.296...

LO Basket 5×5 Diapresiasi atas Kinerja Optimal di PON XXI Aceh-Sumut

Banda Aceh – Iskandar, AP, Wakil Ketua Harian II...

Pemerintah Bakal Izinkan Kampus Kelola Tambang

Bisnisia.id | Jakarta - Setelah pemberian izin untuk organisasi...

Fulham Vs Tottenham: Kalah Adu Penalti, Spurs Harus Rela Tersingkir di Piala Liga

London - Tottenham Hotspur harus merelakan nasibnya di Piala...

Emas Antam Pecah Rekor, Tembus Rp1,79 Juta per Gram

Bisnisia.id| Jakarta – Harga emas batangan produksi PT Aneka...

Geliat Positif Industri Manufaktur Indonesia di Tengah Ketidakpastian Global

Bisniskita.id | Jakarta – Industri manufaktur Indonesia menunjukkan performa impresif...

Kinerja Ekspor Produk Halal Indonesia Capai USD 53,735 Miliar pada Januari–Oktober 2024

Bisnisia.id | Jakarta – Kinerja ekspor produk halal Indonesia...

Menjajaki Pantai Ceunamprong di Aceh Jaya, Cocok Untuk Menikmati Sunset

Pesona Pantai Ceunamprong di Aceh Jaya, Ada Kolam Pemandian...

Kilang LNG Arun Akan Diaktifkan Kembali untuk Topang Gas Blok Andaman

BISNISIA.ID - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak...

Harga Bahan Pokok Melonjak, Potret Inflasi di Pasar Lokal Aceh

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Aceh melaporkan kenaikan inflasi...

Daya Beli Petani Aceh Menguat, Kenaikan Tertinggi di Indonesia

Bisnisia.id | Banda Aceh – Provinsi Aceh mencatat tren...

Pemerintah Naikkan HPP Gabah dan Jagung, Anggaran Pertanian Melonjak Dua Kali Lipat

Bisnisia.id | Jakarta – Pemerintah menaikkan Harga Pembelian Pemerintah...

Konsorsium Investor Arab Saudi Tertarik Berinvestasi di Aceh, Fokus pada CPO, Energi, dan Pertambangan

Bisnisia.id | Subulussalam – Konsorsium investor dari Kerajaan Arab...

Meuligoe Wali Nanggroe,  Simbol Peradaban dan Kebanggan Warga Aceh

BANDA ACEH - Meuligoe Wali Nanggroe, yang menjadi bagian...