Bisnisia.id | Banda Aceh – Provinsi Aceh ternyata menyimpan potensi tambang yang sangat besar dan semakin dilirik oleh dunia internasional. Salah satu yang paling menggiurkan adalah potensi emas, khususnya dalam bentuk kantong emas atau gold pocket, yang tersebar di berbagai daerah di Aceh.
Akademisi Teknik Pertambangan Universitas Syiah Kuala (USK), Dr. Teuku Andika, mengatakan bahwa Aceh memiliki sekitar 15 titik yang mengandung kantong emas dengan estimasi berat mencapai 3 hingga 5 kilogram per kantong, tersebar di beberapa wilayah provinsi ini.
“Kantong emas ini memiliki nilai yang sangat besar. Satu kantong emas dapat bernilai hingga 5 miliar rupiah, mengingat harga emas yang terus meningkat,” ungkap Dr. Andika dalam diskusi bertajuk “Masa Depan Pertambangan di Aceh” di Banda Aceh, Jumat (8/11/2024).
Selain emas, berdasarkan data dari United States Geological Survey (USGS), lembaga yang menyimpan data geologi dan mineral di seluruh dunia, Dr. Andika mengatakan bahwa Aceh juga memiliki sumber daya logam tanah jarang (rare earth elements) yang sangat dibutuhkan dalam industri elektronik global.

Logam tanah jarang, yang digunakan dalam berbagai perangkat teknologi modern seperti ponsel pintar, komputer, dan layar sentuh, ditemukan melimpah di Aceh.
Dr. Andika menjelaskan bahwa potensi logam tanah jarang ini merupakan bahan baku yang sangat dicari di pasar dunia, dan hampir seluruh wilayah Aceh menyimpan cadangan logam langka ini.
“Logam tanah jarang ini adalah bahan baku yang sangat vital bagi industri elektronik. Tanpa komponen ini, teknologi modern seperti layar sentuh pada ponsel tidak akan ada. Dan Aceh memiliki potensi yang luar biasa dalam hal ini,” jelasnya.
Peluang besar yang ditawarkan oleh kedua sumber daya alam ini membuka jalan bagi masa depan Aceh dalam industri pertambangan dunia. Namun, menurutnya, tantangan utama adalah bagaimana mengelola potensi tambang ini secara berkelanjutan dan bertanggung jawab.
“Pengelolaan yang baik dan terencana sangat penting agar potensi tambang ini dapat memberikan manfaat yang maksimal untuk masyarakat Aceh, tanpa merusak lingkungan dan keberlanjutan ekosistem,” ujar Dr. Andika.

Meskipun tantangan dalam pengelolaan tambang tetap ada, ia tetap optimistis bahwa dengan pengelolaan yang tepat, Aceh bisa menjadi pemain utama dalam industri pertambangan dunia, terutama dalam hal emas dan logam tanah jarang.
“Ini adalah peluang besar untuk Aceh. Jika kita bisa mengelolanya dengan bijak dan melibatkan semua pihak, hasilnya bisa sangat bermanfaat bagi pembangunan ekonomi Aceh dan Indonesia secara keseluruhan,” pungkasnya.