Bisnisia.id | Banda Aceh – Provinsi Aceh mencatat tren positif sebagai daerah dengan indeks kesejahteraan petani tertinggi di Indonesia. Pada November 2024, nilai Daya Beli Petani atau Nilai Tukar Petani (NTP) Aceh mencapai 122,11, naik 0,27% dibandingkan bulan sebelumnya. Angka ini juga melampaui rata-rata nasional yang berada di posisi 121,29, sebagaimana dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh.
NTP adalah rasio antara indeks harga yang diterima petani (IT) dengan indeks harga yang dibayar petani (IB). NTP merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani. Semakin tinggi NTP, maka semakin kuat daya beli petani.
Kepala BPS Aceh, Ahmadriswan Nasution, Senin (2/12/2024) menjelaskan bahwa peningkatan NTP Aceh terutama didorong oleh subsektor tanaman perkebunan rakyat dan peternakan.
“Indeks harga yang diterima petani pada November mencapai 142,20, naik 0,47% dibanding bulan sebelumnya. Komoditas utama yang mendominasi kenaikan ini adalah kelapa sawit, kopi, dan karet,” ungkap Ahmadriswan.

Namun, ia juga mencatat bahwa indeks harga yang dibayar petani turut meningkat sebesar 0,20% menjadi 116,45, dipengaruhi oleh kenaikan harga kebutuhan konsumsi seperti bawang merah, tomat sayur, dan minyak goreng.
Harga Gabah di Aceh Menurun hingga 3,86%
Di balik tren positif NTP, Ahmadriswan menyoroti penurunan harga gabah kering panen (GKP) di beberapa wilayah Aceh. Data BPS menunjukkan, rata-rata harga GKP di tingkat petani turun 3,86% menjadi Rp5.910 per kilogram. Penurunan serupa juga terjadi di tingkat penggilingan, di mana harga rata-rata mencapai Rp6.071 per kilogram, turun 4,02% dibandingkan bulan sebelumnya.
Harga gabah tertinggi dicatatkan di Kabupaten Aceh Timur sebesar Rp6.400 per kilogram, sedangkan harga terendah berada di Kabupaten Aceh Barat Daya, hanya Rp5.100 per kilogram.

“Harga ini masih jauh di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang berada di kisaran Rp6.000 per kilogram. Kondisi ini perlu mendapat perhatian, khususnya di Aceh Barat Daya,” tegas Ahmadriswan.
Ia menambahkan bahwa rendahnya harga gabah di Aceh Barat Daya disebabkan oleh kualitas gabah yang belum optimal serta penguasaan pasar oleh pedagang besar.
“Kualitas gabah kering panen di Aceh Barat Daya masih rendah, sehingga harga yang diterima petani ikut terpengaruh,” jelasnya.
Aceh Tetap Unggul di Tingkat Nasional
Secara nasional, NTP pada November 2024 juga mencatat kenaikan sebesar 0,49%, yang mencerminkan peningkatan indeks harga yang diterima petani dibandingkan indeks harga yang dibayarkan. Meski demikian, Aceh tetap mencatatkan angka NTP tertinggi di tingkat nasional, yakni 122,11.
Ahmadriswan menegaskan bahwa hasil positif ini menunjukkan potensi besar sektor pertanian Aceh, meski beberapa tantangan seperti penurunan harga gabah tetap perlu menjadi fokus perhatian.