BISNISIA.ID – Kementerian Perindustrian Republik Indonesia terus berupaya mendorong pengembangan hilirisasi kelapa sawit yang berkelanjutan melalui riset dan inovasi. Dalam konteks ini, sektor kelapa sawit diproyeksikan akan bertransformasi menjadi industri masa depan yang mendukung pertumbuhan ekonomi nasional secara berkualitas.
Dalam sambutannya pada pembukaan Pekan Riset Sawit Indonesia (Perisai) 2024 di Nusa Dua, Bali, Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika, menekankan pentingnya kelapa sawit sebagai model hilirisasi industri.
“Kelapa sawit telah menunjukkan keberhasilan dalam menghasilkan produk turunan, termasuk oleofood, oleochemical, biofuel, dan biomaterial, dengan skala industri yang berkelanjutan,” ujarnya mengutip siaran pers di website kemenperin.go.id, Minggu (6/10/2024).
Putu juga menjelaskan bahwa dalam sepuluh tahun terakhir, jumlah produk hilir kelapa sawit telah meningkat dari 45 menjadi lebih dari 200 jenis. Sektor perkelapasawitan, baik hulu maupun hilir, berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, dengan nilai ekspor kelapa sawit dan turunannya mencapai Rp450 triliun pada tahun 2023, yang setara dengan 11,6 persen dari total ekspor nonmigas.
“Bisnis ini secara keseluruhan mencapai Rp800 triliun dan telah menyerap 16,2 juta tenaga kerja, termasuk pekerja kecil dari perkebunan rakyat,” tambahnya.
Menanggapi potensi tersebut, Kemenperin berkomitmen mendukung pengembangan inovasi teknologi di sektor pengolahan kelapa sawit. “Kami berupaya menyusun kebijakan pro-inovasi dan menciptakan kemitraan untuk memfasilitasi komersialisasi inovasi baru,” jelas Putu.
Ia juga menggarisbawahi pentingnya pembentukan konsorsium multipihak untuk riset. Contoh sukses dari konsorsium ini adalah pengembangan teknologi edible-coating berbasis minyak sawit yang dapat memperpanjang masa simpan buah tropis. “Riset ini kini dalam proses sertifikasi food grade untuk keperluan komersialisasi,” tuturnya.
Kemenperin telah melaksanakan berbagai langkah strategis untuk mendorong penggunaan teknologi modern dan riset, termasuk program restrukturisasi mesin dan pembangunan Indonesia Manufacturing Center (IMC). “Kami terbuka untuk memanfaatkan IMC sebagai jembatan antara hasil riset dan komersialisasi, serta mendorong industri pengolahan sawit untuk mendirikan pusat riset di Indonesia,” tegasnya.
Pekan Riset Sawit Indonesia 2024 diharapkan dapat menjembatani kesenjangan antara peneliti dan pelaku industri, mempercepat implementasi hasil riset. “Acara Perisai 2024, yang digelar untuk kedelapan kalinya, mencakup spektrum luas riset dan inovasi, mulai dari budidaya hingga digitalisasi bisnis perkelapasawitan,” kata Putu.
Keberhasilan riset yang telah dikomersialisasikan menunjukkan potensi besar dari produk hilir kelapa sawit. Dengan meningkatnya inovasi dan kolaborasi antara sektor industri dan riset, kontribusi kelapa sawit terhadap perekonomian Indonesia diharapkan semakin signifikan.