Bisnisia.id | Lhokseumawe – Di tengah pertumbuhan bisnis barber -tukang cukur- yang semakin marak, Firman Noor Ibrahim, atau yang dikenal dengan Pimen, muncul sebagai sosok penggerak industri ini di Aceh. Dengan pendekatan yang unik, Raden The Barber tidak hanya menjadi tempat pangkas rambut, tapi juga sebuah tempat yang menawarkan pengalaman penuh gaya dan kenyamanan bagi pelanggan.
Bermula dari suka berkarier di bidang bisnis, Firman (29) tertarik membuka bisnis barber karena keahlian ini tidak bisa digantikan oleh Artificial Intelligence (AI) melainkan harus kena sentuhan manusia secara langsung.
“Rambut akan selalu tumbuh, dan ini membuat bisnis barber memiliki peluang berkelanjutan. Seni ini tidak bisa digantikan oleh AI karena sentuhan manusia memberikan hasil yang unik dan personal bagi setiap pelanggan,” ungkap Firman, pria asal Lhokseumawe.
Raden The Barber memberikan lebih dari yang bisa ditemukan di barber lainnya. Pimen menggarisbawahi pentingnya profesionalisme, di mana setiap barber yang bekerja di tempatnya memiliki sertifikasi. Dengan keunggulan ini, Raden The Barber tidak hanya menjadi salah satu pionir di Aceh tetapi juga menawarkan standar kualitas yang belum banyak ditemui di tempat lainnya.
“Kami ingin setiap orang yang datang mendapatkan pengalaman berbeda yang melekat. Mengingat kita juga salah satu pelopor pertama di Aceh,” ucap Firman.
Sasaran utama dari Raden The Barber adalah remaja dan pria dewasa yang ingin tampil maksimal. Melalui strategi pemasaran yang memanfaatkan media sosial seperti mendapatkan diskon.
“Kita juga menerapkan komunikasi antar pelanggan dalam merekomendasi penempatan dan pelayanan yang akan di dapat. Pendekatan ini membuat pelanggan merasa dekat dengan kami,” jelasnya.
Firman juga mengakui bahwa komunikasi dan interaksi langsung dengan pelanggan adalah kunci untuk mendapatkan umpan balik yang membangun dan menciptakan loyalitas.
Tidak hanya menyediakan potongan rambut, Raden The Barber juga menawarkan berbagai layanan perawatan pria. Dari perming, smoothing, coloring, hingga pijat relaksasi tradisional.
“Kami ingin tempat ini menjadi tempat perawatan yang nyaman bagi pelanggan, di mana mereka bisa merawat diri dengan nyaman dan bisa mengkonsultasi masalah dan kebutuhan pada rambutnya,” kata Firman yang merupakan lulusan dari S1 Hukum USK tahun 2012 silam.
Bagi Firman, menjaga kualitas layanan adalah sebuah kewajiban. Evaluasi rutin terhadap tim dilakukan untuk memastikan setiap pelanggan mendapatkan layanan terbaik. Komunikasi dengan pelanggan, baik di barber maupun di media sosial, memudahkan tim Raden The Barber untuk berinteraksi langsung, menangkap masukan, dan mengembangkan layanan mereka.
“Kami tidak hanya melayani, tapi juga belajar dari pengalaman pelanggan,” katanya.
Firman mengakui bahwa mengelola SDM adalah tantangan yang tak terelakkan di bisnis ini. Namun, dia menemukan solusi kreatif dengan mendirikan Sekolah Barber Indonesia, yang telah membantu menyuplai barber terlatih tidak hanya untuk bisnisnya sendiri tetapi juga untuk barber lain di Aceh. Sekolah ini lahir dari kesulitan yang pernah dihadapinya di 2017, ketika seluruh tim SDM-nya dibajak oleh barber kompetitor. Namun, dari masalah tersebut, ia menciptakan solusi yang kemudian berdampak positif pada banyak barber di wilayahnya.
Hingga saat ini, Raden The Barber sudah memiliki 32 cabang dan memiliki 600 siswa di Sekolah Barber Indonesia,” ungkapnya.
Sebagai bagian dari pengembangan usahanya, Firman juga sudah mendirikan Tober Indonesia, sebuah tim konsultan yang mendukung barber-barber mitra, khususnya dalam hal penyediaan SDM dan pengelolaan bisnis. Langkah ini tidak hanya membantu para mitra Raden The Barber tetapi juga memperkuat industri barber di Aceh dengan menghadirkan profesionalisme yang lebih terstruktur.
“Di bisnis ini yang penting adalah inovasi buat sesuatu yang berbeda dan bisa berkembang. Membangun bisnis mudah yang sulit adalah konsisten dan mempertahankan,” kata Firman.
Firman tidak hanya fokus mengembangkan bisnisnya tetapi juga berbagi inspirasi dengan mereka yang ingin memulai usaha di bidang ini.
“Cobalah menciptakan sesuatu yang baru dan bermanfaat bagi orang lain,” sarannya.
Pengalamannya membangun usaha barber yang penuh tantangan telah mengajarinya bahwa setiap hambatan harus dilihat sebagai peluang untuk tumbuh. Ia berpesan untuk jangan takut untuk memulai usaha dan jadikan tempat usaha itu sebagai tempat untuk belajar.
“Jangan jadikan wirausaha sebagai opsi terakhir, mulailah secepat mungkin. Apapun itu bisnisnya. Jangan berpikir berwirausaha itu susah, yang penting kita punya niat dan program yang akan kita kerjakan karena kalau ide kita bagus, modal itu akan datang sendiri,” pungkasnya.