Bisniskita.id | Aceh Besar – Beberapa perahu merapat ke dermaga, ketika hari menjelang sore di Teupin Gaki, Moen Ikeun, Lhoknga, Aceh Besar.
Para nelayan yang baru menepi dari lepas pantai, memarkir perahunya rapi berjejeran di depan pangkalan stasiun pengisian bahan bakar umum nelayan (SPBUN).
Basyari (51), dengan menenteng jerigen melangkah keluar dari perahu kayu bermesin 16 pk. Cat merah perahu itu terlihat usang, sebab kerap diterpa terik matahari.
Pria paruh baya ini terlihat kelelahan setelah seharian melaut untuk menangkap ikan.
Ia berjalan gontai menuju SPBUN. Basyari harus mengisi bahan bakar sebagai persiapan melaut esok pagi. Kehadiran SPBUN di sana membuatnya kian mudah memperoleh bahan bakar.
“Dulu sebelum ada SPBUN ini, kami kesulitan mencari minyak. Kadang pulang dari melaut harus ke SPBU Beuradeun yang jaraknya kurang lebih 5 KM. Itupun antrinya lama, kadang malah kami tidak dapat minyak karena tidak cukup,” jelas Basyari pada Kamis (26/10/2023).
Basyari menceritakan bahwa ia seringkali mengalami kesulitan memperoleh minyak subsidi. Namun, berkat kehadiran SPBUN ini, ia dan nelayan lain kini dapat mengakses minyak subsidi dengan lebih mudah. Kehadiran SPBUN Moen Ikeun seperti menjadi jawaban atas suara hati nelayan kecil di Aceh Besar.
SPBUN Moen Ikeun diresmikan oleh Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah RI Teten Masduki, pada Minggu (14/5/2023) lalu. SPBUN merupakan program pemerintah disebut ‘Solar untuk Koperasi’ atau Solusi. Kehadiran SPBUN itu memang diharapkan menjadi solusi bagi nelayan kecil untuk mendapatkan bahan bakar minyak solar dengan harga subsidi.

Operator SPBUN Moen Ikeun, Arfandi Murtaza, menceritakan awal mula berdirinya SPBUN ini atas keresahan nelayan terhadap akses minyak subsidi.
“Awalnya terbentuk dari kerjasama tiga kementerian, yaitu Kementerian BUMN, Kementerian Koperasi dan UKM, dan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Program ini didirikan untuk memberikan subsidi minyak kepada nelayan, terutama di kepulauan Indonesia,” jelas Arfandi.
Ia menambahkan selama ini subsidi minyak cenderung hanya berfokus pada kawasan daratan, sehingga banyak nelayan yang terlupakan. Dengan program solusi nelayan, pemerintah berusaha memberikan subsidi minyak kepada nelayan di daerah kepulauan.
“Selain itu, program ini juga berhasil menangani permasalahan pembelian minyak ilegal yang seringkali terjadi sebelumnya,” ungkap Arfandi.
Arfandi menambahkan bahwa dengan adanya SPBUN, praktik ilegal semacam ini dapat ditekan, yang pada gilirannya membantu memastikan bahwa nelayan mendapatkan minyak yang sah dan berkualitas.
“Batasan pengambilan minyak ditentukan oleh dinas terkait dan bergantung pada jenis motor boat dan tonase gross-nya. Misalnya, motorboat dengan 1 gross ton biasanya diizinkan untuk mengambil 33 liter minyak per hari, sementara motorboat dengan 5 gross ton atau lebih besar dapat mengambil hingga 66 hingga 99 liter per hari,” jelas Arfandi.
Arfandi menambahkan bahwa SPBUN ini mengakomodir nelayan dari 4 kecamatan di Kabupaten Aceh Besar, yaitu Peukan Bada, Lhoknga, Leupung, dan Lhoong.

Saat meresmikan SPBUN tersebut, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Teten Masduki, mengatakan bahwa SPBUN adalah jawaban atas sejumlah persoalan yang selama ini dihadapi para nelayan. Menurutnya, 60 persen biaya produksi para nelayan ini habis untuk biaya BBM. Dengan dekatnya akses terhadap solar subsidi akan berdampak besar bagi kesejahteraan nelayan ikan tangkap.
“Tadi saya sudah tanya, sebelum ada SPBUN ini, para nelayan membeli BBM subsidi mungkin Rp 9.000 sampai Rp 10.000 per liter di pengecer. Setelah ada SPBUN ini, kita bisa menyediakan harga biosolar Rp 6.800 per liter untuk para nelayan, harganya sama dengan di SPBU” ujar Teten saat itu disambut antusias oleh para nelayan.
Teten menjelaskan program SOLUSI nelayan adalah program bersama antara Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian BUMN dan Pertamina. Tujuan program ini adalah untuk memenuhi ketersediaan dan aksesbilitas BBM atau produk lainnya bagi nelayan yang merupakan anggota koperasi nelayan.
“Kita sudah ada komitmen dengan Pak Erick Thohir Menteri BUMN, terlebih ada kuota Solar subsidi untuk nelayan. Dengan SPBUN yang dimiliki koperasi ini, ada nama, alamat dan data para nelayan dapat dikompilasi, juga kebutuhan BBM nelayan terhubung dengan MyPertamina jadi secara digital,” kata Teten.

Sementara itu, Executive General Manager Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagut, Freddy Anwar mengatakan, SPBUN ini memiliki keunggulan dalam kedekatan akses kepada masyarakat setempat, serta menjamin harga Biosolar sesuai dengan peraturan pemerintah.
“Insya Allah, keberadaan SPBUN ini akan meningkatkan perekonomian nelayan,” ujar Freddy.
Ia menjelaskan, distribusi SPBUN ini disupply dari Fuel Terminal (FT) Krueng Raya yang berjarak kira-kira 46 Km dengan skema supply single handling.
“SPBUN ini memiliki kapasitas tangki hingga 3.000 liter dan volume kuota per bulan sekitar 100 KL. SPBUN ini juga telah menerapkan Program Subsidi Tepat yaitu sebagai upaya mengoptimalkan penyaluran Solar JBT (Subsidi) agar tepat sasaran,” jelas Freddy.
Setelah diresmikan 5 bulan yang lalu, SPBUN Moen Ikeun memberikan banyak dampak terhadap nelayan setempat, terutama dari sektor ekonomi. Dengan nelayan yang sekarang dapat mendapatkan minyak dengan harga lebih terjangkau, biaya operasional mereka dapat ditekan, yang pada akhirnya membantu menjaga stabilitas harga dan daya beli masyarakat. Program ini bukan hanya sekadar bantuan bagi nelayan, tetapi juga memberikan kontribusi positif bagi ekonomi lokal secara lebih luas.
Selain itu, SPBUN Moen Ikeun ini merupakan implementasi konsep “Energizing the Nation“, yaitu prinsip yang mencerminkan upaya Pertamina dalam mengintegrasikan aspek-aspek sosial, lingkungan, dan tata kelola dalam operasi bisnis mereka dengan memberikan manfaat konkret bagi masyarakat sekitar.