Bisnisia.id, Banda Aceh – Ekonomi Aceh mencatat pertumbuhan sebesar 4,59 persen pada triwulan I tahun 2025 (year-on-year), ditopang kuat oleh sektor pertambangan dan penggalian yang melonjak hingga 19,02 persen. Data ini disampaikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Aceh dalam rilis resmi yang diterima Bisnisia.id, Senin (5/5/2025).
Plt. Kepala BPS Provinsi Aceh, Tasdik Ilhamudin, menyebut pertumbuhan tersebut dihitung berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan. Menurutnya, perhitungan dilakukan dengan dua pendekatan, yakni berdasarkan lapangan usaha dan pengeluaran.
“Pertumbuhan ekonomi Aceh triwulan I-2025 sebesar 4,59 persen secara tahunan. Namun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (quarter-to-quarter), terjadi kontraksi sebesar 6,05 persen,” ujar Tasdik.
————————————————————————————ads
————————————————————————————–ads
Penurunan tersebut, lanjutnya, merupakan bagian dari pola musiman yang konsisten terjadi dalam lima tahun terakhir.
“Meski tumbuh positif, pertumbuhan tahunan ini sedikit melambat dibandingkan triwulan I tahun 2024 dan 2023. Namun secara tren, tetap menunjukkan arah perbaikan,” jelasnya.
Dari sisi lapangan usaha, sebagian besar sektor ekonomi Aceh tumbuh positif. Sektor pertambangan dan penggalian mencatat pertumbuhan tertinggi, yakni 19,02 persen. Sektor transportasi dan pergudangan juga mencatat pertumbuhan signifikan sebesar 9,76 persen.
Namun, tidak semua sektor mengalami pertumbuhan. Sektor konstruksi dan pengadaan listrik dan gas mengalami kontraksi, dengan penurunan terdalam tercatat di sektor pengadaan listrik dan gas sebesar 4,77 persen.
Dari sisi pengeluaran, struktur ekonomi Aceh masih didominasi oleh ekspor barang dan jasa yang mencakup 69,19 persen dari total PDRB. Disusul konsumsi rumah tangga sebesar 55,06 persen, dan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) sebesar 30,19 persen.
Namun, tingginya impor barang dan jasa luar negeri—mencapai 71,36 persen—masih menjadi faktor pengurang dalam struktur PDRB.
“Komponen pengeluaran yang tumbuh paling tinggi adalah konsumsi pemerintah sebesar 7,99 persen. Ini didorong oleh pencairan THR serta gaji dan tunjangan kinerja ASN,” jelas Tasdik.
Sebaliknya, PMTB mengalami kontraksi tipis sebesar 0,11 persen, disusul oleh pengeluaran lembaga non-profit yang melayani rumah tangga (LNPRT) yang turun 1,11 persen.
Dalam konteks regional, Aceh berkontribusi sebesar 4,91 persen terhadap total PDRB Sumatera. Provinsi dengan kontribusi terbesar adalah Sumatera Utara (23,57 persen), sementara yang terkecil adalah Bengkulu (2,11 persen).