Haji Uma: Ada Oknum dalam Jaringan TPPO

Bisnisia.id | Banda Aceh – Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI asal Aceh, Sudirman atau yang dikenal Haji Uma, menyoroti maraknya kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) di Aceh.

Ia mengungkapkan adanya indikasi keterlibatan oknum tertentu yang mempermudah jaringan perdagangan manusia menjalankan aksinya, terutama dalam pengurusan dokumen resmi.

“Berdasarkan laporan, paspor yang bermasalah itu rata-rata bermuara di Kota Langsa. Saya tidak menuduh bahwa Langsa telah melanggar praktik hukum, tetapi disinyalir ada kemudahan yang diberikan oleh oknum. Ini menjadi salah satu celah yang dimanfaatkan oleh pelaku,” ujar Haji Uma dalam sebuah dialog, dikutip dari kanal Youtube rri_bandaaceh, Selasa (15/1/2025).

Haji Uma menjelaskan bahwa jaringan TPPO di Aceh menggunakan berbagai modus untuk menarik korban. Salah satu caranya adalah menawarkan pekerjaan di luar negeri dengan iming-iming gaji besar, seperti bekerja di warung makan atau perusahaan tambang. Sayangnya, banyak dari tawaran tersebut tidak memiliki kejelasan legalitas dan kontrak kerja.

20240827 142821
Proses pemulangan pekerja migran ke Banda Aceh. Arsip BP2MI Aceh

“Modus yang mereka gunakan semakin rapi. Mereka menawarkan pekerjaan di luar negeri, misalnya di Malaysia atau Australia, tetapi tanpa dokumen resmi. Ini membuat korban rentan menjadi bagian dari perdagangan manusia,” kata Haji Uma.

Baca juga:  Wajib Pajak Terlanjur Bayar PPN 12 Persen Bisa Mengajukan Pengembalian

Keterlibatan oknum

Ia juga menekankan pentingnya pengawasan lebih ketat terhadap proses administrasi, termasuk penerbitan paspor. “Pembuatan paspor harus dilakukan dengan sangat selektif, karena ini sering menjadi awal mula masuknya korban ke dalam jaringan TPPO,” tambahnya.

Baca juga: Tiga Tahun Sebanyak 612 Pekerja Migran Ilegal Aceh Dipulangkan

Haji Uma menyerukan agar semua pihak, mulai dari pemerintah, aparat penegak hukum, hingga masyarakat, bekerja sama untuk mengatasi masalah ini. Menurutnya, pengawasan di tingkat desa dan kampung sangat penting untuk mencegah infiltrasi jaringan TPPO.

“Semua unsur di desa, di kampung, dan di kabupaten harus menjadi pagar betis. Informasi sekecil apa pun dari masyarakat harus ditindaklanjuti. Ini adalah tanggung jawab bersama,” tegasnya.

Ia juga menyebutkan bahwa sudah ada beberapa orang yang terindikasi sebagai bagian dari jaringan TPPO di beberapa wilayah Aceh. “Mereka harus segera ditangani agar jaringan ini tidak semakin meluas,” ujarnya.

Baca juga:  Ini Enam Calon Kepala BPMA yang Lolos Seleksi

Haji Uma mengapresiasi langkah pemerintah, seperti kampanye kesadaran oleh sejumlah lembaga terkait, namun ia menilai upaya tersebut belum cukup efektif. Menurutnya, tingginya angka keberangkatan tenaga kerja non-prosedural menunjukkan masih lemahnya pengawasan dan sosialisasi.

Kampanye anti tppo
Kmapanye melawan TPPO

“Kampanye tentang bahaya bekerja tanpa dokumen resmi sudah dilakukan, tetapi grafik keberangkatan tenaga kerja non-prosedural masih tinggi. Ini menunjukkan bahwa pendekatan yang dilakukan belum cukup efektif. Pemerintah harus mencari metode baru yang lebih menyentuh masyarakat,” katanya.

Haji Uma berharap dengan adanya kolaborasi antara pemerintah, aparat penegak hukum, dan masyarakat, jaringan TPPO di Aceh dapat segera dihentikan. Ia juga menegaskan bahwa kolusi dan kejahatan sistematis seperti ini tidak boleh dibiarkan terus berkembang.

“Ini adalah kejahatan yang sangat serius dan merusak martabat manusia. Kita harus bersama-sama melawan TPPO agar Aceh bisa terbebas dari ancaman ini,” pungkasnya.

Balai Pelayanan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) Aceh mencatat peningkatan signifikan dalam pemulangan pekerja migran ilegal asal Provinsi Aceh selama tiga tahun terakhir. Sebanyak 612 pekerja migran ilegal berhasil difasilitasi kepulangannya oleh BP3MI Aceh dalam periode 2022 hingga 2024.

Baca juga:  Babak 8 Besar, Lawan PSPS Pekanbaru, Persiraja Optimis Menang

Kepala BP3MI Aceh, Siti Rolijah, mengatakan bahwa seluruh pekerja migran yang dipulangkan berstatus ilegal karena tidak terdaftar dalam sistem pemerintah Indonesia.

Modus operandi sindikat perdagangan orang (TPPO) kian berkembang. Korban sering kali dijanjikan pekerjaan dengan penghasilan tinggi tanpa memerlukan keahlian khusus, seperti operator game online atau pelayan restoran. Bahkan, untuk meyakinkan korban, mereka diberi uang muka atau difasilitasi pembuatan dokumen palsu.

Lebih memprihatinkan lagi, kata Siti Rolijah, banyak korban yang direkrut masih berusia muda atau bahkan di bawah usia remaja. Minimnya pemahaman informasi tentang kerja ke luar negeri, ditambah faktor ekonomi dan gaya hidup, membuat mereka mudah terjerat.

Tantangan terbesar BP3MI Aceh adalah tingginya angka pekerja migran ilegal yang tetap berangkat meskipun telah diberikan edukasi. “Ada yang memahami aturan tetapi tetap mengabaikan. Sementara itu, banyak juga yang belum tahu pentingnya mematuhi prosedur resmi,” kata Siti Rolijah.

Editor:
Hendra Vramenia

Bagikan berita:

Popular

Berita lainnya

Rakerda Bangga Kencana dan Penurunan Stunting di Aceh

BANDA ACEH - Rapat Kerja Daerah (Rakerda) Program Pembangunan...

Jelang Nataru, Pemerintah Prediksi Jumlah Penumpang Penerbangan capai 3 Juta jiwa

Bisnisia.id | Jakarta – Menjelang periode Natal dan Tahun...

Calon Jemaah Haji Aceh Besar Diminta Fokus pada Ibadah

BISNISKITA.ID | BANDA ACEH - Asisten Perekonomian dan Pembangunan...

Hari Pertama Makan Gratis, Banda Aceh Sajikan 3.478 Porsi untuk 13 Sekolah

Bisnisia.id | Banda Aceh – Program Makan Bergizi Gratis...

Bendungan Rukoh Pidie Senilai Rp 1,7 Triliun Segera Diresmikan

Bisnisia.id | Jakarta – Pembangunan Bendungan Rukoh Paket II...

Sritex Perusahaan Tekstil Terbesar di Asia Tenggara Bangkrut, Presiden Prabowo Turun Tangan

Bisnisia.id | Jakarta - Sritex, sebuah perusahaan tekstil asal...

Kembali Meningkat, Uang Beredar di Indonesia Tembus Rp8.350,5 triliun per Juli 2023

Bank Indonesia (BI) melaporkan likuiditas perekonomian atau uang beredar...

SAG Ditunjuk Jadi Jubir PB PON XXI Aceh-Sumut Wilayah Aceh

Banda Aceh – Ketua Harian PB PON XXI Aceh-Sumut...

Energi Hijau Berlimpah, Aceh Harus Ambil Peran Cegah Krisis Iklim

Bisnisia.id, Banda Aceh - Penjabat Gubernur Aceh, Dr. Safrizal...

Berakhirnya Dana Otsus di 2028, Bagaimana Masa Depan Aceh?

Dana Otonomi Khusus (otsus) yang mulai diberikan kepada Aceh...

Ini Komitmen Lembaga Keuangan Syariah Sukseskan PON XXI tahun 2024 di Aceh

Bisniskita.id | Banda Aceh – Seluruh Lembaga Keuangan Syariah (LKS)...

Kadin Aceh: Perusahaan Daerah Harus Berani Bertransformasi

Bisnisia.id | Banda Aceh – Direktur Eksekutif Kamar Dagang...

Produk UMKM Aceh

Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Aceh memamerkan produk usaha...

Indonesia Rayu Uni Emirat Arab untuk Investasi Wisata

Bisnisia.id | Jakarta - Menteri Pariwisata Indonesia, Widiyanti Putri...

Aceh Tunjukkan Toleransi Beragama yang Kuat dalam Penyelenggaraan PON XXI

BANDA ACEH – Wakil Ketua Umum KONI Papua Tengah,...

UMKM Aceh Butuh Modal dan Akses Pasar untuk Tingkatkan Daya Saing

Bisnisia.id | Banda Aceh – Kepala Bidang Pembinaan Pelaksanaan Anggaran...

Literasi Keuangan Syariah di Aceh Masih Terendah, Kurangnya Edukasi Terhadap Masyarakat

Bisnisia.id | Banda Aceh – Meskipun Aceh memiliki potensi...

KFC Rugi Rp 558,75 Miliar, Puluhan Gerai Tutup

Bisnisia.id | Jakarta - PT Fast Food Indonesia Tbk...

Pengangguran Lulusan Tinggi, AKN Aceh Barat Butuh Transformasi ke Politeknik Negeri

Bisnisia.id | Aceh Barat – Banyak lulusan perguruan tinggi...