Di balik aktivitas politik dan birokrasi yang padat, ada satu sosok yang tak kenal lelah menggali peluang demi kemajuan Aceh. Gubernur Aceh, Muzakir Manaf, atau yang akrab disapa Mualem, terus berusaha melobi pemerintah pusat agar bersedia berinvestasi dan membangun Aceh.
Dengan semangat yang tinggi, Mualem bergerak dari satu kementerian ke kementerian lain, membangun hubungan, dan meyakinkan pemerintah pusat agar tidak melupakan Aceh dalam kebijakan pembangunan.
Mualem sadar betul bahwa pembangunan Aceh tidak bisa hanya mengandalkan anggaran rutin. Oleh karena itu, ia pun berusaha menggali dana dan dukungan dari berbagai pihak, baik dari dalam negeri maupun internasional.
Salah satu langkah strategisnya adalah melakukan serangkaian pertemuan dengan tokoh-tokoh penting di Jakarta, mulai dari Ketua MPR RI, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, hingga Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Pada Kamis, 10 April 2025, Mualem memulai serangkaian pertemuan dengan Ketua MPR RI, Ahmad Muzani, di Jakarta. Dalam pertemuan tersebut, Mualem memaparkan peluang besar untuk pembangunan Aceh, termasuk rencana program pendidikan berbasis asrama yang digagas oleh pemerintah pusat.

Ia menjelaskan kesiapan beberapa kabupaten di Aceh untuk menyediakan lahan untuk program tersebut, yang akan menyediakan pendidikan gratis dari tingkat SD hingga SMA. Mualem meyakinkan bahwa Aceh siap berpartisipasi, dengan beberapa daerah seperti Aceh Utara dan Aceh Barat sudah menyiapkan lahan untuk proyek ini.
“Insya Allah, Aceh siap. Beberapa daerah sudah kami siapkan. Kami ingin mendukung penuh program ini,” ujar Mualem dengan penuh keyakinan.
Tak hanya soal pendidikan, Mualem juga membawa potensi Aceh di bidang ekonomi kreatif dan investasi. Ia menyebutkan kedatangan Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia ke Aceh pada Juli mendatang, yang diharapkan dapat mempromosikan Aceh di forum-forum internasional. Selain itu, komunikasi intensif dengan pihak Uni Emirat Arab juga membuka peluang investasi besar di kawasan Andaman, dengan nilai investasi awal mencapai Rp 80 miliar.
Salah satu tujuan utama Mualem adalah menarik perhatian pemerintah pusat dan investor untuk melihat Aceh sebagai peluang besar. Untuk itu, ia tidak segan menggelar pertemuan dengan berbagai kementerian, termasuk Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pada hari yang sama. Dalam pertemuan dengan Menteri PU, Dody Hanggodo, Mualem menekankan pentingnya pembangunan infrastruktur di Aceh untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi.
“Aceh membutuhkan perhatian lebih. Kami siap bekerja sama dengan pemerintah pusat untuk memastikan bahwa pembangunan di Aceh bisa terlaksana dengan baik,” kata Mualem.

Dody Hanggodo pun memberikan respons positif, mengenang kembali masa-masa pengalamannya bekerja di Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh pascatsunami. Ia menyatakan dukungannya terhadap upaya Mualem dalam mempercepat pembangunan di Aceh.
Pada saat yang bersamaan, Mualem juga menjalin komunikasi dengan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Teuku Riefky Harsya. Dalam pertemuan tersebut, Mualem mendorong pengembangan sektor ekonomi kreatif di Aceh, yang dinilai sangat potensial mengingat tingginya semangat wirausaha di kalangan pemuda Aceh. “Anak muda Aceh punya potensi luar biasa, mereka hanya butuh ruang dan dukungan,” ungkap Mualem.
Komitmen Mualem untuk membangun sinergi lintas kementerian semakin jelas terlihat. Dalam setiap pertemuan, ia selalu menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan.
Selain itu, Mualem juga mendorong sektor-sektor lain seperti perikanan dan pertanian dengan mengusulkan pembangunan pabrik penggilingan gabah dan pabrik pengalengan ikan tuna yang dapat membuka lapangan pekerjaan baru di Aceh.
Namun, usaha Mualem tidak berhenti di situ. Dalam pertemuan dengan pengusaha nasional Hasyim Djojohadikusumo pada 11 April 2025, ia kembali mengungkapkan tantangan yang dihadapi Aceh. Salah satunya adalah tingginya biaya distribusi beras yang harus diproses di luar Aceh. Mualem pun menekankan perlunya pembangunan rice mill di Aceh untuk menekan biaya distribusi dan meningkatkan kesejahteraan petani.

Hasyim Djojohadikusumo merespon positif, menawarkan solusi teknologi rice mill mini yang bisa diterapkan dengan cepat di daerah-daerah sentra pertanian di Aceh. “Saya akan bantu hadirkan teknologi ini ke Aceh, dan segera menghubungi para investor untuk melihat langsung potensi yang ada,” kata Hasyim, memberikan angin segar bagi rencana Mualem.
Bagi Mualem, gerilya di Jakarta ini adalah bagian dari usahanya yang tak kenal lelah untuk membangun Aceh, dengan meyakinkan bahwa provinsi ini memiliki potensi luar biasa yang bisa berkembang pesat dengan dukungan tepat.
Setiap pertemuan yang dijalani adalah langkah maju dalam mewujudkan Aceh yang lebih sejahtera, dengan pembangunan yang merata dan berkelanjutan. Dan meskipun perjalanan ini panjang dan penuh tantangan, Mualem terus bergerak, menjemput setiap peluang yang ada untuk masa depan Aceh.