Bisnisia.id | Sebuah fenomena ekonomi baru yang dikenal sebagai “vibesession“ telah menarik perhatian para ahli ekonomi dan pengamat budaya di seluruh dunia baru-baru ini. Fenomena ini menyoroti pergeseran yang signifikan dalam perilaku konsumsi, terutama di kalangan generasi milenial dan Gen Z. Alih-alih membeli barang dan jasa semata-mata berdasarkan kegunaan atau kualitas produk, konsumen sekarang lebih cenderung terpengaruh oleh suasana atau vibe yang dipancarkan oleh produk, layanan, atau pengalaman. Di balik tren ini, media sosial dan budaya visual menjadi katalisator utama.
Apa Itu Vibesession?
Secara sederhana, vibesession adalah tren di mana keputusan konsumsi dipengaruhi oleh suasana emosional atau estetika yang ingin diciptakan oleh konsumen. Fenomena ini berakar dari pergeseran perilaku konsumen yang tidak lagi hanya membeli berdasarkan kebutuhan atau harga, tetapi juga berdasarkan perasaan dan pengalaman yang diberikan oleh suatu produk atau layanan. Dalam konteks ini, vibe menjadi lebih penting daripada nilai utilitas.
Kyla Scanlon, seorang konten kreator dan ekonom muda asal Amerika Serikat, telah mempopulerkan istilah “vibecession”—sebuah konsep yang menggambarkan bagaimana perasaan atau suasana hati publik dapat mempengaruhi persepsi terhadap ekonomi, meskipun data ekonomi mungkin menunjukkan keadaan yang stabil.
“vibecession terjadi ketika sentimen konsumen menurun, meskipun indikator ekonomi seperti pertumbuhan dan pekerjaan tampak “baik-baik saja”. Fenomena ini menggarisbawahi bahwa persepsi negatif tentang ekonomi dapat terbentuk bukan hanya dari data ekonomi aktual, tetapi juga dari suasana emosional yang ada di masyarakat,” jelas Kyla dalam sebuah wawancara untuk program “Marketplace” bersama Kai Ryssdal.
Scanlon juga menyoroti peran besar media sosial dalam mengukur dan mempengaruhi suasana ini. Dia mengatakan bahwa sentimen yang terpantul di platform seperti Twitter (sekarang X) dan komentar-komentar dari para pengikutnya bisa menjadi indikator penting tentang bagaimana orang-orang merasakan kondisi ekonomi mereka
Produk dan layanan yang menjadi populer di era vibesession adalah yang mampu menciptakan atau memperkuat “suasana” tertentu—entah itu suasana tenang dan alami, futuristik dan modern, atau nostalgia. Kafe dengan dekorasi estetis, pakaian yang mencerminkan gaya hidup “santai dan bebas”, hingga produk-produk teknologi yang mengusung desain minimalis, semuanya mendapatkan tempat di hati konsumen vibesession.
Bagaimana Media Sosial Mempengaruhi Vibesession?
Media sosial menjadi pusat dari fenomena vibesession. Platform seperti Instagram, TikTok, dan Pinterest mendorong visualisasi estetika yang kuat, dengan foto-foto dan video yang menonjolkan tempat, produk, dan pengalaman yang estetik. Banyak bisnis ritel, kafe, dan restoran kini didesain secara khusus agar tampak menarik di media sosial—istilah yang sering digunakan adalah “Instagrammable”.
Generasi muda tidak hanya membeli produk, mereka juga membeli pengalaman yang bisa dibagikan di media sosial. Foto di kafe dengan pencahayaan lembut, latte art yang indah, atau pakaian yang terlihat pas di feed Instagram menjadi pertimbangan penting bagi konsumen vibesession. Dalam hal ini, keputusan pembelian lebih banyak didorong oleh bagaimana produk tersebut terlihat dan apa yang mereka representasikan, daripada fungsi utamanya.
Seorang pemilik kafe di Jakarta, yang kafenya menjadi viral karena dekorasi yang menonjolkan tema tropis modern, mengungkapkan bahwa lebih dari 70% pelanggannya datang karena mereka ingin berfoto. Mungkin hanya segelintir yang benar-benar datang untuk merasakan kopi.
Peran dan Pengaruh “Vibe Economy”
Lebih jauh, Kyla menambahkan bahwa vibe economy adalah perpanjangan dari budaya konsumen yang sangat visual dan emosional, di mana nilai simbolis dan emosional dari suatu produk bisa jauh lebih besar daripada nilai material atau utilitas produk tersebut.
Fenomena vibesession adalah cerminan dari pergeseran besar dalam perilaku konsumsi modern. Dalam dunia yang didominasi oleh media sosial, estetika dan suasana menjadi elemen penting dalam keputusan pembelian. Generasi muda, terutama milenial dan Gen Z, memprioritaskan produk yang tidak hanya berguna, tetapi juga dapat memperkuat suasana hati atau pengalaman visual mereka. Di balik fenomena ini, Kyla Scanlon dan para kreator ekonomi lainnya berperan penting dalam memetakan dinamika *vibe economy* yang semakin mendominasi pasar.
Dengan tantangan yang terkait dengan keberlanjutan dan tekanan sosial, vibesession menjadi fenomena yang menarik untuk diamati di masa depan, khususnya dalam bagaimana bisnis dan konsumen beradaptasi dengan tren yang selalu berubah-ubah.