Lia Hanifa, seorang perempuan asal Kabupaten Aceh Utara, berhasil membuktikan bahwa modal besar bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan kesuksesan bisnis. Dengan kreativitas dan kerja keras, ia mampu merintis bisnis percetakan digital banner yang diberi nama “Bannermu” dari nol hingga meraih omzet pertamanya sebesar Rp100 juta dalam waktu sembilan bulan.
Tanpa memiliki modal awal yang signifikan, Lia berhasil mengubah tantangan menjadi peluang besar yang kini menginspirasi banyak anak muda. Perempuan berusia 23 tahun ini memulai bisnis Bannermu saat sedang dalam masa transisi dari dunia perkuliahan ke kehidupan kerja. Ia adalah lulusan Program Studi Pendidikan Kimia, Universitas Syiah
Kuala, tahun 2023.
View this post on Instagram
Di saat kebanyakan orang mulai mencari pekerjaan, Lia justru berani berpikir untuk menciptakan pekerjaan bagi dirinya sendiri dan orang lain.
“Di masa-masa setelah skripsi itu, saya sempat merasa khawatir. Apa yang harus saya lakukan selanjutnya? Kenapa saya harus mencari lowongan pekerjaan, padahal saya bisa menciptakan peluang sendiri?” ujarnya.
Memulai bisnis pada Agustus 2023, ia mulai mencari ide bisnis yang bisa dijalankan dengan modal minim. Titik terang muncul ketika Lia melihat peluang di bisnis percetakan banner.
“Di Aceh, bisnis percetakan banner sidang saat itu belum banyak pemain yang serius. Kebanyakan pelaku usaha hanya beroperasi secara kecil-kecilan,” ungkap Lia.
Melihat celah tersebut, ia pun memberanikan diri untuk memulai bisnis dengan mengandalkan jaringan pertemanan dan media sosial sebagai alat promosi. Modal utama Lia bukanlah uang, melainkan kreativitasnya di bidang desain grafis dan kemampuan menggunakan media sosial untuk memasarkan produknya. Dengan mengandalkan TikTok, Lia mulai mempromosikan Bannermu secara online.

“Video pertama kami mendapatkan respons luar biasa. Dalam waktu singkat, video tersebut menjadi viral dan mendatangkan banyak pesanan dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Padang dan Bali,” cerita Lia.
TikTok menjadi alat yang sangat efektif karena algoritmanya tidak hanya berfokus pada jumlah pengikut, tetapi juga pada konten yang menarik minat banyak orang. Hal ini membuat Bannermu dengan cepat dikenal meskipun awalnya Lia tidak memiliki modal untuk iklan besar-besaran.
Meski terlihat mudah, perjalanan Lia tidak selalu mulus. Awal-awal merintis bisnis, ia mengakui menghadapi banyak tantangan, terutama dalam hal pemasaran dan meningkatkan kepercayaan konsumen.
“Kami memulai dengan dua orang karyawan part-time dan harus terus mengevaluasi strategi agar bisnis bisa berkembang lebih baik,” ungkap Lia.
Dalam waktu enam bulan pertama, Bannermu harus bekerja ekstra keras untuk mencapai omzet yang stabil. Namun, dengan terus belajar dan memperbaiki kualitas layanan, bisnis tersebut akhirnya mampu meraih kesuksesan luar biasa hingga mencapai omzet Rp100 juta. Meskipun memulai dengan modal nol rupiah, Lia berhasil membuktikan bahwa dengan ide dan tekad, ia bisa mendapatkan omzet tersebut.
“Kami memulai semuanya dari Rp0 rupiah, tanpa modal sepeser pun, dan tanpa uluran dana dari mana pun. Jadi kalau orang bilang bisnis itu harus ada modal, saya sangat menyanggah hal tersebut, karena selagi punya tekad dan wawasan, segala ide brilian bisa menjadi nyata,” ujarnya.
Lia membagikan kiat-kiat yang bisa ditiru ketika dalam usahanya sedang jatuh. Menurutnya, semangat adalah hal utama yang harus dipertahankan, dan memiliki sikap tidak cepat puas dalam sebuah usaha sangat diperlukan. Karena dalam sebuah usaha, sejatinya harus selalu belajar dan siap menghadapi segala risiko.

“Dalam berbisnis tentunya ada risiko. Namun, mempertahankan semangat yang sama dan tidak merasa cepat puas adalah sebuah keharusan, karena untuk bisa bertahan dan terus berkembang, kita harus selalu belajar dan tidak pernah berhenti menemukan hal baru agar bisa terus meng-upgrade diri dan selalu siap menghadapi segala situasi dalam bisnis,” ceritanya.
Lia juga menekankan pentingnya dukungan dari keluarga. Meskipun awalnya orang tuanya meragukan pilihannya untuk terjun ke dunia bisnis, terutama tanpa modal yang memadai.
“Mereka sempat ragu, tetapi setelah melihat perkembangan dan hasilnya, mereka mulai mendukung sepenuhnya,” kata Lia.
Memiliki partner bisnis yang sepemikiran, menurut Lia, sangat penting. Ia menjadikan partner bisnisnya sebagai tokoh sekaligus mentor panutan yang mengajarinya memulai bisnis dari nol.
“Kalau belajar manajemen usaha itu belajar sendiri dan selalu dibimbing sama mentor sekaligus partner bisnis saya (Satria Gunawan). Jadi, kalau ditanya tokoh panutan, dengan bangga saya katakan partner bisnis saya, karena kemajuan bisnis kami disebabkan karena kami berdua saling membantu dan selalu haus untuk terus belajar, sehingga bisa menemukan cara-cara terbaru untuk menikmati setiap progres dan terus berkembang,” ungkapnya.
Kini, Bannermu telah berkembang pesat. Lia sudah memiliki tim yang lebih besar dan fasilitas produksi yang lengkap, termasuk studio kreatif dan mesin produksi digital yang canggih. Tidak hanya berfokus pada banner, Bannermu kini juga melayani berbagai kebutuhan cetak lainnya, seperti dekorasi acara, pernikahan, dan acara ulang tahun.
Ke depan, Lia memiliki visi untuk menjadikan Bannermu sebagai pusat industri percetakan terbesar di Aceh.
“Kami ingin membangun industri yang tidak hanya menguntungkan, tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar. Aceh memiliki banyak potensi yang bisa dikembangkan, dan saya berharap Bannermu bisa menjadi salah satu pionir di sektor ini,” harapnya.
Kisah Lia Hanifa membuktikan bahwa keterbatasan modal bukanlah halangan untuk meraih kesuksesan. Dengan semangat pantang menyerah, kreativitas, dan keberanian untuk mencoba hal baru, Lia berhasil mengubah ide sederhana menjadi bisnis bernilai ratusan juta. Bagi anak muda yang memiliki mimpi serupa, Lia berpesan jangan pernah berhenti mencoba dan belajar.
“Jangan takut untuk memulai. Meskipun tanpa modal besar, kita bisa mencari cara untuk memanfaatkan peluang yang ada. Yang terpenting adalah fokus, kerja keras, dan tidak berhenti belajar,” tutupnya.