Bisnisia.id | Banda Aceh – Dalam upaya memberdayakan masyarakat melalui inovasi sosial, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh (DPKA) menggelar pelatihan pembuatan pizza dan makaroni schotel sebagai bagian dari program inklusi sosial. Pelatihan ini berlangsung di lantai 4 Gedung Perpustakaan DPKA, Lamgugob, Banda Aceh, pada Senin (28/10/2024).
Kegiatan ini bukan hanya mengajarkan teknik memasak, tetapi juga memberi peluang kepada masyarakat untuk mengembangkan potensi usaha berbasis ekonomi kreatif. Sebagai upaya pemberdayaan komunitas, pelatihan ini mengundang Meriyana dan Yusmanita Sari dari Ririe Cake Cookies, pengusaha kuliner berpengalaman, sebagai narasumber utama.
Dalam sesi tersebut, Meriyana dan Yusmanita berbagi pengetahuan dan tips dalam membuat pizza dan makaroni schotel yang lezat, yang tidak hanya menarik untuk konsumsi keluarga tetapi juga memiliki potensi jual yang tinggi.
Pelatihan yang diselenggarakan secara gratis ini diikuti oleh masyarakat yang telah terdaftar sebagai anggota perpustakaan dan diikuti sebanyak 25 peserta. Menurut Zulfadli, Kepala Bidang Layanan Pustaka DPKA, kegiatan ini merupakan upaya perpustakaan untuk lebih dari sekadar tempat penyimpanan dan peminjaman buku.
“Dengan program inklusi sosial ini, perpustakaan bertransformasi menjadi pusat komunitas yang tidak hanya mendukung literasi tetapi juga pemberdayaan ekonomi. Kami ingin memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menggali potensi mereka dan menghasilkan nilai tambah dari pengetahuan yang diberikan di sini,” ujar Zulfadli.
Program ini juga diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian keluarga peserta, terutama bagi ibu rumah tangga yang ingin memulai usaha kuliner rumahan.
Menurut Zulfadli, program inklusi sosial yang diselenggarakan oleh DPKA tidak hanya terhenti pada pelatihan memasak. Ke depannya, DPKA akan mengadakan berbagai pelatihan lain yang mencakup keterampilan dan kreativitas yang dibutuhkan masyarakat.
“Kami sudah menyelenggarakan berbagai pelatihan yang dapat meningkatkan keterampilan praktis, misalnya kerajinan tangan, fotografi, hingga pemasaran digital pada tahun lalu. Dengan demikian, perpustakaan dapat menjadi wadah untuk mengasah kemampuan masyarakat di berbagai bidang, tidak hanya literasi,” tambah Zulfadli.
Fadli juga menambahkan bahwa antusiasme peserta sangat tinggi, terlebih karena kegiatan ini tidak berbayar.
“Pendaftaran sebenarnya dibuka selama satu minggu, tetapi baru satu hari sudah melebihi kapasitas yang mendaftar. Artinya, kegiatan ini sangat diminati, tetapi kami hanya bisa menerima 25 orang per kegiatan,” lanjutnya.
Yuli, salah satu peserta yang hadir, mengaku sangat senang mengikuti pelatihan ini.
“Pelatihan seperti ini membuka wawasan dan memberi ide untuk usaha. Saya tertarik untuk mencoba menjual makaroni schotel hasil buatan sendiri setelah pelatihan ini,” katanya.