Fenomena Ekonomi ‘Vibesession’, Ketika Konsumsi Berdasarkan Suasana Mendominasi Generasi Muda

Bisnisia.id | Sebuah fenomena ekonomi baru yang dikenal sebagai vibesession telah menarik perhatian para ahli ekonomi dan pengamat budaya di seluruh dunia baru-baru ini. Fenomena ini menyoroti pergeseran yang signifikan dalam perilaku konsumsi, terutama di kalangan generasi milenial dan Gen Z. Alih-alih membeli barang dan jasa semata-mata berdasarkan kegunaan atau kualitas produk, konsumen sekarang lebih cenderung terpengaruh oleh suasana atau vibe yang dipancarkan oleh produk, layanan, atau pengalaman. Di balik tren ini, media sosial dan budaya visual menjadi katalisator utama.

Apa Itu Vibesession?

Secara sederhana, vibesession adalah tren di mana keputusan konsumsi dipengaruhi oleh suasana emosional atau estetika yang ingin diciptakan oleh konsumen. Fenomena ini berakar dari pergeseran perilaku konsumen yang tidak lagi hanya membeli berdasarkan kebutuhan atau harga, tetapi juga berdasarkan perasaan dan pengalaman yang diberikan oleh suatu produk atau layanan. Dalam konteks ini, vibe menjadi lebih penting daripada nilai utilitas.

Kyla Scanlon, seorang konten kreator dan ekonom muda asal Amerika Serikat, telah mempopulerkan istilah “vibecession”—sebuah konsep yang menggambarkan bagaimana perasaan atau suasana hati publik dapat mempengaruhi persepsi terhadap ekonomi, meskipun data ekonomi mungkin menunjukkan keadaan yang stabil.

Baca juga:  Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen, Ini Strategi Pemerintah

vibecession terjadi ketika sentimen konsumen menurun, meskipun indikator ekonomi seperti pertumbuhan dan pekerjaan tampak “baik-baik saja”. Fenomena ini menggarisbawahi bahwa persepsi negatif tentang ekonomi dapat terbentuk bukan hanya dari data ekonomi aktual, tetapi juga dari suasana emosional yang ada di masyarakat​,” jelas Kyla dalam sebuah wawancara untuk  program “Marketplace” bersama Kai Ryssdal.

Scanlon juga menyoroti peran besar media sosial dalam mengukur dan mempengaruhi suasana ini. Dia mengatakan bahwa sentimen yang terpantul di platform seperti Twitter (sekarang X) dan komentar-komentar dari para pengikutnya bisa menjadi indikator penting tentang bagaimana orang-orang merasakan kondisi ekonomi mereka

Produk dan layanan yang menjadi populer di era vibesession adalah yang mampu menciptakan atau memperkuat “suasana” tertentu—entah itu suasana tenang dan alami, futuristik dan modern, atau nostalgia. Kafe dengan dekorasi estetis, pakaian yang mencerminkan gaya hidup “santai dan bebas”, hingga produk-produk teknologi yang mengusung desain minimalis, semuanya mendapatkan tempat di hati konsumen vibesession.

Baca juga:  Aceh dan Paradoks Ketimpangan Kekayaan

Bagaimana Media Sosial Mempengaruhi Vibesession?

Media sosial menjadi pusat dari fenomena vibesession. Platform seperti Instagram, TikTok, dan Pinterest mendorong visualisasi estetika yang kuat, dengan foto-foto dan video yang menonjolkan tempat, produk, dan pengalaman yang estetik. Banyak bisnis ritel, kafe, dan restoran kini didesain secara khusus agar tampak menarik di media sosial—istilah yang sering digunakan adalah “Instagrammable”.

Generasi muda tidak hanya membeli produk, mereka juga membeli pengalaman yang bisa dibagikan di media sosial. Foto di kafe dengan pencahayaan lembut, latte art yang indah, atau pakaian yang terlihat pas di feed Instagram menjadi pertimbangan penting bagi konsumen vibesession. Dalam hal ini, keputusan pembelian lebih banyak didorong oleh bagaimana produk tersebut terlihat dan apa yang mereka representasikan, daripada fungsi utamanya.

Seorang pemilik kafe di Jakarta, yang kafenya menjadi viral karena dekorasi yang menonjolkan tema tropis modern, mengungkapkan bahwa lebih dari 70% pelanggannya datang karena mereka ingin berfoto. Mungkin hanya segelintir yang benar-benar datang untuk merasakan kopi.

Baca juga:  BSI Bangun Ekonomi Mandiri di Pesantren, Aceh Jadi Prioritas

Peran dan Pengaruh “Vibe Economy”

Lebih jauh, Kyla menambahkan bahwa vibe economy adalah perpanjangan dari budaya konsumen yang sangat visual dan emosional, di mana nilai simbolis dan emosional dari suatu produk bisa jauh lebih besar daripada nilai material atau utilitas produk tersebut.

Fenomena vibesession adalah cerminan dari pergeseran besar dalam perilaku konsumsi modern. Dalam dunia yang didominasi oleh media sosial, estetika dan suasana menjadi elemen penting dalam keputusan pembelian. Generasi muda, terutama milenial dan Gen Z, memprioritaskan produk yang tidak hanya berguna, tetapi juga dapat memperkuat suasana hati atau pengalaman visual mereka. Di balik fenomena ini, Kyla Scanlon dan para kreator ekonomi lainnya berperan penting dalam memetakan dinamika *vibe economy* yang semakin mendominasi pasar.

Dengan tantangan yang terkait dengan keberlanjutan dan tekanan sosial, vibesession menjadi fenomena yang menarik untuk diamati di masa depan, khususnya dalam bagaimana bisnis dan konsumen beradaptasi dengan tren yang selalu berubah-ubah.

Editor:

Bagikan berita:

Popular

Berita lainnya

Tahun 2024, Penindakan Barang Ilegal Capai Rp6,1 Triliun

Bisnisia.id | Jakarta — Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani...

Proyek Terusan Ben Gurion, Alasan Dibalik Genosida Bangsa Palestina

Bisniskita.id | Proyek Terusan Ben Gurion, yang juga dikenal sebagai...

Pesona Pantai Ujong Serangga Abdya, Harmoni Pantai dan Kehidupan Nelayan

Pagi Sabtu (4/1/2025)  yang tenang, sinar matahari muncul di...

Perangi Emisi Karbon, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan Hijau Rp2,6 Triliun

Bisniskita.id | Jakarta - PT Bank BCA Syariah (BCA...

Banda Aceh Raih Opini WTP Ke-16 Kali Berturut-turut dari BPK RI

BISNISKITA.ID | Banda Aceh – Lebih dari satu dasawarsa,...

Jaga Ekosistem Laut, PT PEMA Pasang Buoy di Kawasan Inong Bale, Aceh Besar

Bisniskita.id | Aceh Besar - PT Pembangunan Aceh (PEMA),...

Program Petani Milenial 2024, Distanbun Aceh Tunggu Pedoman Sosialisasi

Bisnisia.id| Banda Aceh - Program Petani Milenial 2024 yang...

Pj Gubernur Aceh: Setiap Anggaran Harus Bermanfaat untuk Rakyat

Bisnisia.id | Banda Aceh – Penjabat Gubernur Aceh, Safrizal,...

Amankan Suplai Listrik Malam Tahun Baru, PLN Pantau Langsung Beban Kelistrikan

Bisniskita.id | Jakarta – PT PLN (Persero) berhasil mengamankan sistem...

Abu Lamkawe Wafat, Pj Gubernur Safrizal: Aceh Kehilangan Sosok Panutan

Bisnisia.id | BANDA ACEH -- Innalillahi Wainnailaihi Rajiun. Rakyat...

Syariat Islam dan Perdamaian di Aceh, Alasan Kuat Aliansi Pemuda Dukung Muallem

Bisnisia.id | Banda Aceh - Ketua Aliansi Pemuda Aceh...

BUMN dan Eagle Hills Teken MoU untuk Tingkatkan Pariwisata dan Infrastruktur Indonesia

Bisniskita.id | Dubai – Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN)...

Hadapi Produk Impor Ilegal, Industri Tekstil Indonesia Fokus pada Keberlanjutan

Bisnisia.id | Jakarta - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memperkuat...

Pakar Atsiri Dunia Bahas Inovasi Nilam di Forum IconPeori USK

Bisniskita.id | Banda Aceh - Universitas Syiah Kuala melalui...

Menteri Ekonomi Kreatif: Ucycle Fashion Kunci Masa Depan Ekonomi Kreatif Indonesia

Bisnisia.id | Banda Aceh - Menteri Ekonomi Kreatif, Teuku...

Pesisir yang Berdaya, Cerita di Balik KUB Semangat Nelayan

Bisnisia.id | Aceh Barat – Koperasi Usaha Bersama (KUB)...

Sah, Mirwan MS dan Baital Mukadis Pimpin Aceh Selatan 2025-2030

Bisnisia.id | Aceh Selatan – Pasangan H. Mirwan MS...

Jalan Rusak Hambat Produktivitas dan Ekonomi

Jalan Lamreung, merupakan akses utama bagi warga di Banda...

Ini Daftar UMP 2024 di Seluruh Provinsi RI

Bisniskita.id | Banda Aceh - Pemerintah melalui Kementerian Ketenagakerjaan...