Bisnisia.id | Banda Aceh – Akademisi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Syiah Kuala, Prof. Dr. Sofyan Syahnur, S.E., M.Si, mengungkapkan pertumbuhan ekonomi Aceh secara triwulan 2024 patut diapresiasi.
Pertumbuhan ekonomi Aceh tercatat sebesar 4,82 persen pada Triwulan I (Januari-Maret 2024) dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Aceh mencapai 57,56 triliun rupiah atas dasar harga berlaku dan 36,70 triliun rupiah atas dasar harga konstan.
Namun, meskipun mengalami sedikit penurunan pada Triwulan II (April-Juni 2024) menjadi 4,54 persen (termasuk sektor migas) dan 4,42 persen (tanpa migas), pertumbuhan ekonomi Aceh kembali menguat pada Triwulan III (Juli-September 2024) dengan angka 5,17 persen. Secara kumulatif, sepanjang tiga triwulan pada tahun ini, pertumbuhan ekonomi Aceh tercatat mengalami kenaikan sebesar 7,26 persen.
Jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi tahunan sebelumnya, yaitu 4,23 persen pada tahun 2023 dan 4,21 persen pada tahun 2022, peningkatan tahun ini tampak signifikan. Namun, Prof. Sofyan menekankan bahwa capaian pertumbuhan ekonomi yang membaik ini harus diiringi dengan kualitas sosial-ekonomi yang lebih baik agar pertumbuhan ekonomi tidak hanya berfokus pada kuantitas, tetapi juga pada kualitas.
Arah Kebijakan bagi Pemimpin Aceh di Masa Depan
Dalam pandangan Prof. Sofyan, penting bagi pemimpin Aceh di masa depan untuk mengarahkan fokus pertumbuhan ekonomi ke arah peningkatan kualitas hidup masyarakat.
“Peningkatan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik harus diikuti dengan kondisi sosial ekonomi yang lebih baik pula, sehingga pertumbuhan ekonomi yang dicapai tidak hanya terfokus pada konteks kuantitas, tetapi juga dalam konteks kualitas,” ungkap Prof. Sofyan pada Senin, (11/11/2024).
Prof. Sofyan juga menyarankan agar perhatian diberikan pada dua hal utama:
1. Penguatan Social Overhead Capital
Langkah ini dapat dimulai dengan memperkuat capital sosial yang terintegrasi melalui sektor-sektor ekonomi prioritas (key economic sectors) yang saling mendukung, baik dari sisi keterkaitan ke belakang (backward linkages) maupun ke depan (forward linkages). Pengoptimalan Dana Transfer ke Daerah (DKD) dan anggaran dari Pagu APBN untuk Aceh diharapkan dapat meningkatkan perencanaan ekonomi yang lebih baik dan efektif.
2. Pengurangan Kemiskinan dan Pengangguran
Hingga Maret 2024, tingkat kemiskinan Aceh masih berada pada angka 14,23 persen atau setara dengan 804,53 ribu jiwa, sedangkan tingkat pengangguran mencapai 5,56 persen atau sekitar 145 ribu jiwa pada Februari 2024.
Prof. Sofyan juga menyarankan pemimpin Aceh mendatang perlu menciptakan kondisi ekonomi yang kondusif untuk menekan angka kemiskinan dan pengangguran yang relatif tinggi ini. Salah satunya adalah melalui penguatan sistem perbankan lokal agar mampu mendukung perekonomian daerah dan mengurangi capital outflow yang melebihi capital inflow.
Upaya-upaya tersebut diharapkan dapat membangun ekonomi Aceh yang tidak hanya tumbuh secara angka, tetapi juga membawa dampak positif pada kesejahteraan masyarakat Aceh secara keseluruhan.