Bisnisia.id | Banda Aceh – Pemerintah Australia, melalui Minister Counsellor for Governance and Human Development Kedutaan Besar Australia untuk Indonesia, Madeleine Moss, menyatakan pemerintah Australia sangat mendukung strategi Indonesia untuk memperkuat ketangguhan terhadap bencana dan perubahan iklim di kawasan pesisir rawan tsunami, serta pemberdayaan masyarakat. Dukungan ini diwujudkan melalui penerapan Standar Pelayanan Minimal Sub Urusan Bencana (SPM-SUB), sebuah mekanisme penting bagi pemerintah dalam memberikan layanan penanggulangan bencana yang efektif sekaligus memperkuat ketangguhan di tingkat desa.
“Pemerintah Australia bangga dapat bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia untuk memperkuat kolaborasi dalam menyediakan layanan penanggulangan bencana yang andal dan tepat waktu,” ungkap Madeleine dalam sesi Ignite Stage pada acara Simposium Tsunami Global UNESCO-IOC ke-2: “Dua Dekade Setelah Tsunami Samudra Hindia 2004,” yang diselenggarakan pada Minggu (10/11/2024) di Balai Meuseuraya Aceh, Banda Aceh.
Kemitraan antara Australia dan Indonesia dalam manajemen risiko bencana diwujudkan melalui Program SIAP SIAGA. Selama lima tahun pelaksanaannya, program ini berfokus pada dukungan terhadap SPM-SUB dan penguatan manajemen ketangguhan bencana di tingkat desa, selaras dengan program pembangunan desa lainnya.
Selain itu, BNPB dan Program SIAP SIAGA baru-baru ini menerbitkan buku berjudul “Masyarakat Pesisir Bertutur.” Buku ini berisi cerita-cerita ketangguhan dan kearifan masyarakat pesisir Indonesia dalam menghadapi bencana alam dan perubahan iklim.
“Saya senang melihat banyak contoh inspiratif tentang bagaimana komunitas pesisir di Indonesia mampu menemukan solusi dan menghadapi tantangan yang ada. Cerita-cerita ini juga menyoroti kontribusi penting perempuan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan, serta keterlibatan penyandang disabilitas, lansia, dan berbagai kelompok lainnya dalam kegiatan komunitas,” ujar Madeleine.
Direktur Kesiapsiagaan BNPB, Pangarso Suryotomo, menjelaskan bahwa buku ini adalah bagian dari dokumentasi praktik baik yang dilakukan oleh komunitas pesisir dengan mengedepankan kearifan lokal.
“Buku ini merupakan seri terbaru dari kumpulan buku yang menampilkan ketangguhan komunitas lokal. Sebelumnya, kami telah menerbitkan buku tentang komunitas sungai dan komunitas gunung,” tambah Pangarso.
Pada kesempatan yang sama, Prasinta Dewi, Deputi Bidang Pencegahan BNPB, menekankan pentingnya kolaborasi dengan kementerian, lembaga, dan berbagai pihak untuk meningkatkan sinergi program berbasis desa.
“Lebih dari 53 ribu desa berada di wilayah rawan bencana yang juga diperparah dengan krisis iklim. Oleh karena itu, diperlukan kerja sama antara pemangku kepentingan untuk membangun ketangguhan desa,” tegas Prasinta.
Agus Wibowo, Direktur Sistem Penanggulangan Bencana di BNPB, menjelaskan tiga layanan dasar dalam SPM-SUB yang harus dijalankan.
“Layanan penanggulangan bencana yang efektif dalam SPM-SUB meliputi informasi risiko bencana, pencegahan dan kesiapsiagaan, serta penyelamatan dan evakuasi korban,” kata Agus.
Simposium Tsunami Global ini diselenggarakan sebagai bagian dari peringatan 20 tahun Tsunami Samudra Hindia, dengan menghadirkan ilmuwan, peneliti, insinyur, praktisi, dan pembuat kebijakan dari berbagai negara untuk berdiskusi tentang perkembangan terbaru dalam ilmu dan teknologi tsunami, termasuk sistem peringatan dini guna meningkatkan kesiapsiagaan dan mitigasi risiko bencana.