Stunting Jadi Ancaman Gizi yang Mengancam Masa Depan SDM Indonesia

Bisnisia.id| Banda Aceh  – Stunting terus menjadi salah satu isu gizi nasional yang mendapat perhatian serius di Indonesia. Namun, menurut Prof. Ali Khomsan, Guru Besar Pangan dan Gizi dari IPB, persoalan gizi tidak hanya terbatas pada anak-anak balita, tetapi mencakup seluruh siklus kehidupan, mulai dari masa kehamilan hingga usia lanjut.

“Persoalan gizi ada di setiap tahap kehidupan. Program gizi tentu tidak hanya menyasar anak balita, meskipun mereka memang memperoleh perhatian besar dari pemerintah,” ujar Prof. Ali dalam webinar Gizi dan Kearifan Pangan Lokal serta Hubungannya dengan Program Makanan Bergizi Gratis, Sabtu (25/1/2025).

Ia menekankan pentingnya memperhatikan kelompok ibu hamil (bumil) dan wanita usia subur yang mengalami kekurangan energi kronis. Jika tidak ditangani, kondisi ini berpotensi melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), yang merupakan awal mula stunting.

Baca juga:  Suhendri Tersangka Korupsi, Gubernur Angkat Jamaluddin Sebagai Ketua BRA

Stunting sendiri, menurut Prof. Ali, bukan hanya persoalan berat badan, tetapi terkait dengan tinggi badan yang tidak sesuai dengan standar usia.

“Stunting bisa terjadi sejak lahir apabila panjang badan bayi kurang dari 48 cm,” jelasnya.

cegah stunting

Stunting memiliki dampak yang luas terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Selain gagal tumbuh, anak-anak yang mengalami stunting cenderung memiliki perkembangan kognitif yang terhambat, yang kemudian berujung pada rendahnya kualitas pendidikan dan produktivitas.

Data menunjukkan, anak-anak Indonesia yang stunting memiliki gap tinggi badan yang signifikan dibandingkan standar WHO. Pada usia lulus SMA, anak laki-laki Indonesia memiliki selisih tinggi 12,5 cm, sedangkan perempuan 9,8 cm.

“Ini menunjukkan bahwa masalah gizi terjadi pada usia awal kehidupan dan terus berlanjut hingga usia sekolah,” ungkapnya.

Prof. Ali juga menyoroti kaitan antara stunting dengan kemiskinan. Menurut penelitian yang ia lakukan, anak-anak dari keluarga miskin memiliki peluang 40 persen lebih besar untuk mengalami stunting dibandingkan mereka yang berasal dari keluarga mampu.

Baca juga:  Bank Aceh Bagikan Dividen Tahun 2024 sebesar Rp 300 Miliar

Pemerintah telah meluncurkan berbagai program untuk mengatasi stunting, salah satunya adalah program makan bergizi gratis (MBG).

“Langkah ini sejalan dengan rekomendasi WHO yang menyarankan adanya bantuan makanan bagi bayi dan balita, terutama dari keluarga miskin,” terang Prof. Ali.

Ia menambahkan, peningkatan akses terhadap pangan bergizi, perbaikan sanitasi, dan pengurangan angka kemiskinan menjadi kunci dalam memutus mata rantai stunting. Upaya ini harus melibatkan berbagai pihak, termasuk posyandu dan tenaga gizi di puskesmas, untuk memastikan intervensi gizi yang tepat.

Prof. Ali menyoroti rendahnya konsumsi pangan bergizi di Indonesia dibandingkan negara tetangga. Konsumsi susu di Indonesia hanya mencapai 16 liter per tahun, jauh di bawah Malaysia yang mencapai 36 liter. Begitu pula dengan konsumsi daging ayam yang hanya 8 kg per tahun, jauh tertinggal dari Malaysia yang mencapai 48 kg.

Baca juga:  Pertamina Dukung Penuh Swasembada Energi dan Net Zero 2060

“Rendahnya konsumsi pangan hewani ini berdampak langsung pada kualitas gizi anak-anak Indonesia. Hal ini turut memengaruhi kemampuan berpikir mereka,” tambahnya.

Prof. Ali berharap program-program pemerintah seperti Makan Bergizi Gratis dapat ditingkatkan skalanya, terutama dengan melibatkan lebih banyak pihak untuk mendukung kebutuhan gizi anak-anak Indonesia. Ia juga menekankan pentingnya edukasi gizi kepada masyarakat, termasuk penerapan konsep gizi seimbang yang telah diperkenalkan sejak 1996.

“Stunting bukan sekadar angka, tetapi menyangkut masa depan bangsa. Jika masalah ini tidak segera dituntaskan, kita akan menghadapi tantangan besar dalam menciptakan SDM berkualitas yang mampu bersaing di kancah global,” tutupnya.

Editor:
Hendra Vramenia

Bagikan berita:

Popular

Berita lainnya

BPMA dan Conrad Asia Energy Matangkan Rencana Eksplorasi Blok Meulaboh-Singkil

Bisnisia.id | Aceh Barat - Kepala Badan Pengelola Migas...

Jersey Atlet Kontingen Aceh PON XXI Resmi Dirilis

Bisnisia.id | Banda Aceh - Penjabat Gubernur Aceh, Dr....

Blue Planet Fund, Langkah Baru Indonesia-Inggris dalam Konservasi Laut

Bisnisia.id | Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)...

Museum Tsunami Aceh Perpanjang Jam Operasional Selama Libur Akhir Tahun

Bisnisia.id | Banda Aceh – Dalam rangka menyambut libur akhir...

Santri Aceh Diharapkan Berperan Aktif di Era Modern

Bisnisia.ID | Banda Aceh – Penjabat Harian (Plh) Sekretaris...

Juli 2023, Jumlah Simpanan Pelajar di Aceh Capai Rp142,42 Miliar

Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Aceh, Yusri, menyampaikan sampai...

USK Dorong Inovasi Alumni Ciptakan Lapangan Kerja

Bisniskita.id | Banda Aceh - Universitas Syiah Kuala (USK)...

Bupati Pidie Resmi Buka Diklat Paralegal YARA: Wujudkan Masyarakat Sadar Hukum

Bisnisia.id | Pidie — Pj Bupati Pidie, Drs. Samsul...

Kualifikasi Piala Dunia, Indonesia Bidik Kemenangan Atas China

Timnas Indonesia akan menghadapi timnas China dalam laga lanjutan...

Tak Sekadar Kuliah, Mahasiswa FEBI UIN Ar-Raniry Ditempa Jadi Pengusaha

Bisnisia.id |Banda Aceh - Pusat Inkubasi Bisnis Syariah (PINBIS)...

Pertamina Turunkan Harga BBM Non-Subsidi Jelang Lebaran 2025

Bisnisia.id | Jakarta – PT Pertamina Patra Niaga resmi...

Menanti PT Lhoong Setia Mining Tuntaskan Masalah Lingkungan  

Bisnisia.id | Aceh Besar – Masyarakat Kecamatan Lhoong, Kabupaten...

Bank Aceh, PT PEMA, dan BPR Mustaqim Setor Dividen Rp252,72 Miliar untuk Pemerintah Aceh

Bisnisia.id | Banda Aceh -  Tiga perusahaan milik Pemerintah...

Pasca Bayar Utang, Cadangan Devisa RI Susut ke US$150,2 Miliar Akhir November

Bisnisia.id | Jakarta – Bank Indonesia mencatat posisi cadangan...

Banda Aceh terus Bersiap Sambut PON XXI

Banda Aceh – Kota Banda Aceh terus melakukan berbagai...