Bisnisia.id | Banda Aceh – Sales Branch Manager Wilayah I Aceh Pertamina Patra Niaga, Muhammad Yoga Prabowo, mengungkapkan bahwa kuota BBM di Aceh diproyeksikan meningkat 5-7% pada tahun 2025 dibandingkan tahun 2024.
“Kami telah berkoordinasi dengan pemerintah daerah terkait usulan kuota tersebut. Kami optimis peningkatan ini akan mencukupi kebutuhan masyarakat Aceh,” ungkap Yoga.
Proses distribusi BBM di Aceh dimulai dengan pengusulan kuota oleh pemerintah kabupaten/kota, yang kemudian dirumuskan di tingkat provinsi. Data tersebut diajukan ke Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) untuk BBM, serta Direktorat Jenderal Minyak dan Gas untuk LPG. Setelah itu, kuota yang diusulkan dibahas lebih lanjut di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Kementerian Keuangan.
Penyaluran BBM dan Pengawasan Ketat
Pertamina bertanggung jawab untuk menyalurkan BBM dari terminal hingga ke lembaga penyalur seperti SPBU reguler, agen LPG, hingga SPBU nelayan. Proses penyaluran ini diawasi ketat oleh pemerintah daerah, BPH Migas, dan aparat kepolisian guna memastikan BBM subsidi didistribusikan sesuai kuota.
“Kami juga telah menerapkan mekanisme subsidi tepat sasaran melalui penggunaan barcode di SPBU. Ini memastikan bahwa BBM bersubsidi hanya dinikmati oleh masyarakat yang berhak,” jelas Yoga.
Tantangan Subsidi Tepat Sasaran
Salah satu tantangan utama dalam distribusi BBM bersubsidi adalah memastikan bahwa subsidi tersebut benar-benar tepat sasaran. Berdasarkan data nasional, sekitar 70% subsidi BBM masih dinikmati oleh kelompok masyarakat mampu.
“Dengan penerapan sistem barcode, kami dapat memprofiling pengguna BBM bersubsidi. Data ini terintegrasi dengan sistem Korlantas dan validasi lainnya. Sebagai contoh, kendaraan dengan tahun produksi tertentu atau kapasitas mesin yang melebihi batas yang ditentukan tidak berhak menerima subsidi,” ujar Yoga.
Di Aceh, mekanisme subsidi tepat ini sudah diterapkan sejak awal 2023 di seluruh wilayah, menjadikan Aceh sebagai salah satu pelopor di Indonesia dalam pelaksanaan subsidi BBM yang tepat sasaran.
Proyeksi Kuota BBM 2024 dan 2025
Pertamina memproyeksikan kuota BBM di Aceh pada tahun 2024 akan meningkat dibandingkan tahun 2023. Kuota untuk Biosolar diperkirakan naik sebesar 2,5%, sementara kuota Pertalite akan meningkat 10%. Meski beberapa kabupaten, seperti Aceh Selatan dan Aceh Barat, diproyeksikan mengalami over-kuota, Pertamina telah menyiapkan mekanisme pengalihan kuota antarwilayah untuk memastikan kebutuhan masyarakat tetap terpenuhi.
“Secara keseluruhan, kuota BBM di Aceh aman hingga akhir 2024. Dengan usulan tambahan kuota untuk tahun 2025, kami optimis distribusi BBM bersubsidi akan lebih merata,” tambah Muhammad Yoga.
Dorongan Penggunaan BBM Non-Subsidi
Selain memastikan distribusi BBM bersubsidi, Pertamina juga mendorong penggunaan BBM non-subsidi yang lebih ramah lingkungan, seperti Pertamax dan Pertamax Turbo.
“Kami juga berencana meluncurkan program ‘My Pertamina Reborn Your Bottles’ untuk mengurangi limbah plastik. Konsumen dapat menyumbangkan botol plastik di SPBU, yang nantinya akan didaur ulang menjadi produk bernilai,” jelasnya.
Komitmen Terhadap Peningkatan Layanan Energi di Aceh
Dengan 124 SPBU yang tersebar di seluruh Aceh, Pertamina berkomitmen untuk terus menyediakan BBM berkualitas, termasuk produk komersial seperti Dexlite dan Pertamax. Meskipun masih ada tantangan, seperti ketersediaan Pertamax di Sabang, Muhammad Yoga menegaskan bahwa perbaikan akan terus dilakukan untuk memastikan pemerataan layanan energi di seluruh wilayah Aceh, dari Sabang hingga Merauke.
“Program ini tidak hanya tentang BBM, tetapi juga tentang energi bersih dan masa depan Aceh yang lebih hijau,” tutupnya.
Dengan sistem distribusi yang semakin terintegrasi dan pengawasan yang ketat, Pertamina memastikan distribusi BBM di Aceh tidak hanya mencukupi kebutuhan masyarakat, tetapi juga tepat sasaran dan mendukung keberlanjutan lingkungan.