Tanpa ISPO, Perusahaan Sawit di Aceh Abaikan Lingkungan dan Hak Sosial

Bisnisia.id | Banda Aceh – Sebanyak 37 perusahaan sawit di Aceh hingga kini belum mengantongi sertifikat Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO).

Kondisi ini, menurut Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Aceh, menjadi bukti lemahnya tata kelola perusahaan sawit di wilayah tersebut, yang berdampak serius pada kerusakan lingkungan dan pengabaian hak-hak sosial masyarakat.

WhatsApp Image 2025 01 06 at 20.29.48WhatsApp Image 2025 01 06 at 20.29.50WhatsApp Image 2025 01 06 at 20.29.50 1

Direktur Eksekutif WALHI Aceh, Ahmad Solihin, menegaskan bahwa ISPO dirancang untuk menjawab tantangan global terkait pengelolaan perkebunan sawit yang berkelanjutan dan bertanggung jawab, baik dari aspek sosial, lingkungan hidup, maupun ekonomi.

“Kalau manajemen perusahaan itu waras dan sehat, dia pasti akan memenuhi aspek itu (ISPO),” ujar Ahmad Solihin kepada Bisnisia.id, Selasa (7/1/2024).

Menurut WALHI, perusahaan-perusahaan yang tidak bersertifikasi ISPO cenderung melakukan pelanggaran lingkungan. Salah satu contoh nyata adalah pengabaian terhadap kawasan dengan nilai konservasi tinggi (High Conservation Value/HCV), seperti sempadan sungai.

Baca juga:  Aceh Tawarkan Peluang Investasi Strategis kepada Investor Tiongkok di Forum Jakarta

“Wilayah yang mempunyai nilai konservasi tinggi, seperti sempadan sungai, itu sebenarnya harus dilindungi oleh konsesi HGU, walaupun itu hak mereka. Tapi mereka bertanggung jawab untuk melindungi wilayah sempadan sungai sejauh 100 meter. Nyatanya, hampir tidak ada perusahaan sawit yang menyisakan 100 meter itu untuk tidak ditanam,” jelas Ahmad.

Selain itu, kawasan yang menjadi habitat satwa liar, seperti gajah dan orangutan, juga sering kali tidak dilindungi. “Wilayah-wilayah yang dilintasi satwa liar juga harus tetap dilindungi. Tapi apakah ada perusahaan yang melakukan itu? Tidak ada. Semua mereka hajar habis,” tambahnya.

Ahmad juga menyoroti persoalan sosial yang muncul akibat perusahaan sawit yang enggan menerapkan ISPO. Banyak perusahaan yang berkonflik dengan masyarakat sekitar, terutama terkait penggunaan lahan untuk program plasma.

“Plasma itu seharusnya dari konsesi perusahaan. Misalnya, perusahaan itu punya konsesi 5.000 hektare, maka mereka punya kewajiban 20 persen untuk kebun plasma. Tapi praktiknya, sering kali tanah warga yang digunakan, kemudian dibantu pembibitan dan proses penanaman, itu yang diklaim sebagai plasma. Padahal itu bukan dari konsesi perusahaan,” katanya.

Baca juga:  Bank Aceh Bagikan Dividen Tahun 2024 sebesar Rp 300 Miliar

Ahmad juga menyebutkan bahwa hak-hak pekerja kerap diabaikan, seperti pembayaran upah yang tidak sesuai dan adanya praktik mempekerjakan anak. Hal ini menjadi indikator lemahnya komitmen perusahaan terhadap keberlanjutan sosial.

Perkebunan Sawit. Foto BPD PKS
Perkebunan Sawit. Foto BPD PKS

WALHI menilai, lemahnya penegakan hukum oleh pemerintah menjadi salah satu faktor utama mengapa banyak perusahaan sawit di Aceh tidak memenuhi standar ISPO.

“Keseriusan pemerintah baru terasa dalam dua atau tiga tahun terakhir. Itu pun masih sebatas dokumen dan wacana. Penegakan hukum terhadap perusahaan yang tidak memiliki ISPO masih sangat lemah,” tegas Ahmad.

Berdasarkan surat dari Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Nomor B-491/KB.410/E/06/2024, perusahaan yang belum memiliki ISPO dapat dicabut izinnya. Namun, hingga kini, belum ada tindakan tegas terhadap perusahaan-perusahaan yang melanggar.

Baca juga:  Harga Ikan di Banda Aceh Naik, Tongkol Rp 20 Ribu/Kg

Ahmad menegaskan bahwa ISPO merupakan indikator penting untuk memastikan tata kelola perkebunan sawit yang berkelanjutan. Selain berdampak pada keberlanjutan lingkungan, ISPO juga menjadi kunci bagi keberlanjutan ekonomi perusahaan.

“Kalau mereka dianggap tidak baik tata kelolanya, utamanya investor juga akan enggan melakukan investasi di perusahaan tersebut. Tanpa ISPO, tidak ada jaminan bahwa perusahaan itu berkelanjutan dan bertanggung jawab dari sisi perlindungan lingkungan hidup,” pungkas Ahmad.

WALHI juga mendesak konsumen besar, seperti Nestlé dan Danone, untuk berhenti membeli produk sawit dari perusahaan yang belum memiliki ISPO.

“Konsumen harus memastikan hanya membeli produk dari perusahaan yang bersertifikat ISPO. Ini akan menjadi dorongan besar bagi perusahaan untuk memenuhi standar keberlanjutan,” tutupnya.

Editor:
Hendra Vramenia

Bagikan berita:

Popular

Berita lainnya

China Dukung Ambisi Prabowo dengan Program Makan Bergizi Gratis untuk 82 Juta Anak

Bisnisia.id | Jakarta — Pemerintah Tiongkok menunjukkan dukungannya bagi...

Muhammadiyah Luncurkan AC Ramah Lingkungan dengan Fitur Unik Pengingat Waktu Shalat

Bisnisia.id | Kupang - Muhammadiyah resmi memperkenalkan produk inovatif...

OJK Cabut Izin 14 BPR, Salah Satunya BPR Aceh Utara

BISNISIA.ID - Sepanjang tahun 2024, Otoritas Jasa Keuangan (OJK)...

Transisi Energi Menuju Ekonomi Rendah Karbon, Indonesia Percepat Agenda Iklim

Bisnisia.id | Jakarta - Transisi energi menuju ekonomi rendah...

Pooling Fund Solusi Penanggulangan Bencana dan Ketahanan Ekonomi

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meluncurkan sebuah inovasi penting...

Indeks Ketahanan Nasional 2024, Indonesia Raih Skor 2,87, Cukup Tangguh

Bisnisia.id | Jakarta – Indonesia berada dalam kondisi ketahanan...

Pemerintah Aceh Tetapkan UMP 2025 Sebesar Rp3.685.616

Bisnisia.id | Banda Aceh – Penjabat (Pj) Gubernur Aceh,...

IHSG Diproyeksikan Menguat: Sektor Keuangan, Konsumer, dan Infrastruktur Jadi Sorotan

Bisnisia.id | Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)...

Sawit Indonesia Kuasai 59% Produksi Dunia, Ekspor Capai 24 Juta Ton

Bisnisia.id | Banda Aceh - Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono...

Kolaborasi USK – Telkomsel: Mendorong Generasi Wirausaha Muda

Universitas Syiah Kuala (USK) dan PT. Telekomunikasi Seluler (Telkomsel)...

Konsorsium Investor Arab Saudi Tertarik Berinvestasi di Aceh, Fokus pada CPO, Energi, dan Pertambangan

Bisnisia.id | Subulussalam – Konsorsium investor dari Kerajaan Arab...

Perusahaan Sawit di Nagan Raya Belum Kantongi ISPO, Pemerintah Hanya Beri Peringatan

Bisnisia.id | Nagan Raya — Beberapa perusahaan kelapa sawit...

Aceh Miliki Potensi Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah Sangat Besar

Bisniskita.id | Banda Aceh - Bank KB Bukopin Syariah...

Mike Tyson Kalah Unanimous Decision dari Jake Paul di Texas

Bisnisia.id | Texas – Legenda tinju dunia, Mike Tyson harus...

Partisipasi Masyarakat Jadi Kunci, Mualem Center Luncurkan Gerilya Dapur

Bisnisia.id | Banda Aceh - Tim Pemenangan Mualem –...

Kualifikasi Piala Dunia, Jepang Terbaik di Asia, tapi Indonesia Tidak Takut

Pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2026 antara Timnas Indonesia dan...

Kalahkan Vietnam, Indonesia Juara Piala Futsal ASEAN 2024

Bisnisia.id | Thailand - Timnas Futsal Indonesia berhasil menjuarai...

Harga Kelapa Sawit di Aceh Rp 3.000 per Kg, Tertinggi Sejak 2022

Bisnisia.id | Banda Aceh - Kabar gembira bagi petani...

10 Maskapai Penerbangan Terbaik Dunia 2024, Garuda Indonesia Kok Tidak Masuk?

Bisnisia.id | Jakarta – Memilih maskapai penerbangan kerap menjadi...