Bisnisia.id | Banda Aceh – Penjabat Gubernur Aceh, Safrizal, menyampaikan proyeksi dan analisis terkait tingkat inflasi di Aceh yang mengalami lonjakan signifikan. Dalam paparannya, ia memberikan gambaran detail mengenai kondisi inflasi, sektor penyumbang utama, serta langkah-langkah strategis yang harus diambil untuk mengatasi tantangan tersebut.
Safrizal menjelaskan bahwa inflasi pada bulan Desember 2024 mencatat kenaikan sebesar 0,57 persen dibandingkan bulan November.
“Angka ini cukup signifikan, bahkan hampir mendekati titik tertinggi yang pernah kita alami di awal tahun, yakni pada Januari dan Februari,” ujar Safrizal di Kantor BPS Aceh, Kamis (2/1/2/2025).
Ia menambahkan bahwa jika inflasi pada Februari mendatang mencapai angka serupa, maka Aceh akan mencatat inflasi tertinggi di Indonesia.
Menurutnya, angka inflasi 0,57 persen di Desember mencerminkan tantangan besar yang perlu segera diatasi.
“Jika inflasi terus berlanjut tanpa pengendalian yang tepat, Aceh berpotensi tetap berada dalam daftar sepuluh besar provinsi dengan inflasi tertinggi di tingkat nasional,” ungkap Safrizal.
Safrizal menyoroti sektor makanan, minuman, dan tembakau sebagai kontributor utama inflasi di bulan Desember.
“Telur ayam menjadi penyumbang terbesar inflasi di sektor ini. Konsumsi telur ayam meningkat tajam, sementara hampir 50 persen kebutuhan telur di Aceh masih bergantung pada impor dari luar provinsi,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa ketergantungan pada impor menjadi tantangan besar, terutama jika distribusi terganggu.
“Distribusi dan ketersediaan telur ayam di bulan Desember menyumbang kenaikan inflasi sekitar 0,1 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kita perlu memperkuat produksi lokal untuk mengurangi ketergantungan pada impor,” tegasnya.
Selain telur ayam, sektor beras juga turut memberikan kontribusi terhadap inflasi. Safrizal menjelaskan bahwa harga beras premium meningkat secara signifikan, memengaruhi daya beli masyarakat.
“Aceh termasuk salah satu provinsi dengan ketergantungan tinggi pada beras, sehingga kenaikan harga beras sangat berdampak pada inflasi,” tuturnya.
Safrizal juga membahas kondisi sektor perikanan, yang cenderung stabil meskipun ada fluktuasi musiman.
“Ikan laut, seperti ikan tongkol dan ikan kembung, sangat bergantung pada cuaca dan musim. Namun, ikan air tawar, seperti bandeng, relatif tidak terdampak perubahan iklim,” katanya.
Ia meminta agar distribusi ikan di seluruh wilayah Aceh diperhatikan untuk memastikan harga tetap stabil.
Di sisi lain, beberapa komoditas mengalami deflasi, seperti cabai.
“Meskipun deflasi dapat memberikan keuntungan bagi konsumen, hal ini juga menjadi tantangan bagi petani. Harga yang terlalu rendah dapat merugikan mereka,” ujarnya.
Safrizal menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara harga di pasar dan kesejahteraan petani. Ia juga menekankan pentingnya kerja sama berbagai pihak untuk menstabilkan harga di beberapa komoditi
“Kita membutuhkan kerja sama semua pihak untuk menstabilkan harga dan menjaga kesejahteraan masyarakat,” pungkasnya.