Bisnisia.id | Aceh Utara – Bendungan Keureuto, salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) di Aceh Utara, resmi memasuki tahap akhir pembangunan.
Mengutip siaran resmi di laman sda.pu.go.id disebutkan tahap impounding atau pengisian awal bendungan kini sedang dilakukan untuk memastikan waduk siap menampung air sesuai kapasitasnya. Kegiatan ini menandai langkah penting menuju operasional penuh bendungan yang telah dinantikan masyarakat Aceh.
Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera I, sebagai pelaksana proyek, memimpin serangkaian acara dalam rangka pengisian awal Bendungan Keureuto. Bendungan Keureuto memiliki kapasitas tampung hingga 215,94 juta meter kubik, menjadikannya salah satu bendungan terbesar di Indonesia.
Bendungan ini dirancang untuk berfungsi sebagai pengendali banjir, penyedia irigasi seluas 9.420 hektare, sumber air baku, serta memiliki potensi pembangkit listrik mikrohidro. Dengan kapasitas tampung khusus banjir sekitar 30,39 juta meter kubik atau sebesar 501,49 meter kubik per detik, bendungan ini mampu mengurangi debit banjir hingga periode ulang 50 tahun di wilayah Aceh Utara.
Selain itu, Bendungan Keureuto direncanakan untuk mengairi lahan pertanian seluas 9.420 hektare, yang mencakup intensifikasi Daerah Irigasi (DI) Alue Ubay seluas 2.743 hektare dan ekstensifikasi DI Pasee Kanan seluas 6.677 hektare.
Bendungan ini diharapkan dapat menjadi salah satu pendorong utama pembangunan ekonomi di Aceh melalui pengendalian banjir, penyediaan air irigasi, dan pengembangan potensi energi listrik mikrohidro.
Proyek pembangunan Bendungan Keureuto dimulai pada tahun 2015, ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Presiden Joko Widodo pada 3 September 2015. Dengan luas area mencapai 896,39 hektare, bendungan ini diharapkan mampu memberikan manfaat besar bagi masyarakat Aceh Utara, termasuk dalam meningkatkan ketahanan pangan dan mitigasi bencana banjir.
Pemerintah berharap bendungan ini dapat segera diresmikan dan memberikan dampak nyata bagi masyarakat, sekaligus memperkuat strategi pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan di wilayah Aceh.