Harist Nabawi (23) duduk di balik meja kerjanya, mengamati layar komputer yang menampilkan desain terbaru untuk pesanan pelanggan. Tangannya sesekali menggerakkan mouse, memperbaiki detail sebelum masuk ke tahap produksi.
Di ruang belakang, suara mesin jahit dan alat sablon terdengar beriringan, menandakan kesibukan di workshop miliknya, Bijeh Production.
Perjalanan bisnis Harist dimulai dari sesuatu yang sederhana yaitu keinginan untuk mandiri. Sejak duduk di bangku sekolah menengah, ia mulai berjualan kaus hasil desainnya sendiri kepada teman-teman di sekolah dan pesantren. Modal awalnya tidak besar, hanya Rp600 ribu yang ia kumpulkan dari uang jajan.
Awalnya, semua produksi ia jalankan dari dalam lemari kecil di kamar asrama pesantren. Di ruang terbatas itu, ia menyimpan kaus, perlengkapan desain, hingga pesanan pelanggan. Ia bahkan harus pintar-pintar menyusun barang agar tidak terlihat oleh pengurus pesantren.
Kini, hampir sembilan tahun berselang, usahanya telah berkembang menjadi bisnis konveksi dengan enam orang karyawan dan kapasitas produksi yang terus meningkat.
Tak lagi di lemari kecil, Bijeh Production kini memiliki toko tiga lantai di kawasan Simpang Surabaya, Kota Banda Aceh, yang menjadi pusat produksi sekaligus tempat pemasaran produknya. Baca selengkapnya…!