Pandemi Covid-19, yang telah berlangsung selama sekitar tiga tahun, telah memberikan pengaruh besar terhadap kesadaran masyarakat akan pentingnya gaya hidup sehat dan konsumsi bahan-bahan alami. Dalam konteks ini, minuman yang mengandung bahan-bahan alami menjadi semakin diminati, termasuk teh. Budaya minum teh yang merupakan warisan turun-temurun menjadi faktor utama yang mendorong popularitasnya.
Namun, dalam kenyataannya, popularitas teh di Indonesia masih berada di bawah popularitas kopi, terutama di kalangan generasi muda. Dalam menghadapi tantangan ini, inovasi menjadi kunci untuk mempertahankan eksistensi teh di tengah persaingan pasar minuman. Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian, Reni Yanita, menyatakan bahwa inovasi ini perlu berfokus pada pembuatan teh dengan racikan yang baru.
Reni Yanita mengakui langkah positif yang diambil oleh Asosiasi Artisan Teh Indonesia (ARTI) dan Dewan Teh Indonesia (DTI) dalam mendirikan Rumah Teh Indonesia untuk melestarikan warisan teh Indonesia. Keberadaan teh artisan, yang menarik perhatian khususnya generasi muda, memainkan peran penting dalam kafe dan tempat-tempat yang sering dikunjungi oleh generasi milenial dan Generasi Z.
Berdasarkan laporan McKinsey tahun 2020, generasi Z di Indonesia dikenal sebagai konsumen yang sadar merek dan cenderung menjadi pengadopsi awal produk atau layanan baru. Reni menekankan pentingnya memberikan perhatian lebih pada teh artisan yang menarik minat generasi muda.
Teh artisan merupakan inovasi dalam perkembangan teh, yang menawarkan manfaat dari bahan alami yang digunakan serta memiliki nilai estetika dalam presentasinya. Bedanya dengan teh komersial yang diproduksi oleh perusahaan besar, teh artisan lebih cocok dikembangkan oleh industri kecil dan menengah (IKM). Reni mengklaim bahwa dengan keterbatasan modal, IKM teh artisan memiliki peluang besar untuk bersaing dalam pasar teh artisan di Indonesia selama memiliki kompetensi SDM dan kreativitas yang cukup.
Asosiasi Artisan Teh Indonesia mendefinisikan teh artisan sebagai produk yang terbuat dari bahan dasar teh (camellia sinensis) berkualitas tinggi dan alami, yang memperlihatkan karakter autentik dari produk teh tersebut. Kehadiran tisane (herbal dan rempah) dalam racikan teh artisan diakui jika jumlah teh dalam campuran melebihi 50% dari bahan lainnya dan karakteristik dasar teh masih terasa.
Meskipun belum terlalu terekspos, industri teh artisan memiliki potensi besar di Indonesia. Seringkali, konsumen mengira bahwa teh berkualitas hanya dapat diimpor dari luar negeri, seperti Eropa atau Asia Timur. Padahal, setiap teh dari negara dan kebun yang berbeda memiliki karakteristik unik. Produksi teh nasional pada 2022 tercatat sekitar 136.800 ton, dengan Jawa Barat sebagai provinsi penghasil terbesar.
Mengingat potensi ini, Reni menilai bahwa industri teh artisan berkualitas di Indonesia dapat berkembang dengan dukungan peremajaan perkebunan dan pengolahan teh menggunakan teknologi dan komunikasi digital.
Ditjen IKMA Kementerian Perindustrian berkomitmen untuk memajukan IKM teh artisan melalui berbagai upaya, termasuk penerapan standar keamanan pangan (CPPOB), sertifikasi sistem keamanan pangan (HACCP), serta partisipasi dalam kegiatan inovasi pangan Indonesia (IFI). Dukungan juga diberikan dalam berbagai pameran nasional dan internasional.
Hingga saat ini, Ditjen IKMA telah membina sembilan IKM teh artisan di Jawa dan Bali. Melalui workshop, pendampingan sertifikasi HACCP, dan partisipasi dalam program IFI, diharapkan bahwa IKM tersebut dapat terus meningkatkan kualitas dan daya saingnya di pasar yang semakin berkembang.