Bisnisia.id | Banda Aceh – Proyek Carbon Capture and Storage (CCS) Arun yang sedang dikembangkan di Aceh tidak hanya menjadi solusi lingkungan, tetapi juga menghadirkan peluang investasi besar dalam sektor energi hijau.
Dengan kapasitas penyimpanan karbon yang mencapai 1.000 juta metrik ton, proyek ini diproyeksikan menjadi pusat penyimpanan karbon komersial pertama di Asia, menarik minat berbagai investor global.
Saat ini, proyek CCS Arun dikelola oleh Pema Aceh Carbon, sebuah perusahaan hasil joint venture antara PT Pembangunan Aceh (PEMA) dan Carbon Aceh Pte Ltd yang telah terbentuk sejak 2022.
Wilayah kerja proyek ini berada di lapangan gas Arun, yang masih dalam tahap produksi melalui operator Pema Global Energy. Sejak joint venture ini dimulai, Pema Aceh Carbon telah melakukan berbagai studi untuk memastikan kelayakan proyek CCS di Aceh.
Menurut Faisal Ilyas, Direktur Pengembangan Bisnis PT Pembangunan Aceh (PEMA), CCS Arun memiliki daya tarik kuat bagi investor karena sejumlah faktor utama, seperti regulasi yang semakin kondusif, biaya investasi yang kompetitif, serta posisi geografis yang strategis.

“Regulasi CCS di Indonesia semakin jelas, dengan insentif dan kepastian hukum yang lebih baik dibandingkan sebelumnya. Hal ini memberikan jaminan kepada investor bahwa proyek ini memiliki prospek jangka panjang yang menjanjikan,” ujar Faisal kepada Bisnisia.id, Rabu (19/2/2025).
Investasi tahap awal proyek ini diperkirakan mencapai 10 juta USD untuk studi kelayakan dan eksplorasi, sementara total investasi dalam jangka panjang diproyeksikan jauh lebih besar. Selain berfungsi sebagai pusat penyimpanan karbon, proyek ini juga membuka peluang besar dalam perdagangan karbon.
Sejauh ini, ada dua entitas utama yang sedang berproses dalam pengembangan CCS Arun. Yang pertama adalah Pema Aceh Carbon, yang terus melakukan studi dan pengembangan sejak joint venture dengan PEMA terbentuk tiga tahun lalu. Yang kedua adalah Mitsui dari Jepang, yang saat ini membiayai penelitian terkait injeksi blue ammonia bersama tim laboratorium dari ITB.
Singapura, Pasar Potensial untuk CCS Arun
Salah satu peluang terbesar bagi CCS Arun adalah kolaborasi dengan industri di Singapura. Negara kota tersebut telah lama mencari solusi untuk menangani emisi karbonnya, mengingat keterbatasan lahan yang mereka miliki. Dengan konektivitas jalur laut yang baik, karbon dari industri di Singapura dapat diangkut ke Arun untuk disimpan dengan aman, membuka potensi kerja sama jangka panjang.
“Singapura sangat tertarik dengan konsep CCS ini, dan sudah ada diskusi untuk mengirim karbon mereka ke Lhokseumawe. Ini akan menciptakan peluang bisnis yang sangat besar bagi CCS Arun,” jelas Faisal.
Selain Singapura, proyek ini juga berpotensi menarik minat investor dari Jepang, Korea Selatan, dan negara-negara lain yang berkomitmen pada Net Zero Emission 2050.

Tantangan dan Regulasi yang Perlu Dibenahi
Meskipun prospeknya besar, CCS Arun masih menghadapi beberapa tantangan, terutama dari sisi regulasi. Salah satu hambatan utama adalah batas waktu penyimpanan karbon yang saat ini maksimal 30 tahun di Indonesia. Sebagai perbandingan, Jepang dan Australia mengizinkan penyimpanan hingga 50-100 tahun, yang memberikan fleksibilitas lebih bagi investor.
“Jika regulasi penyimpanan karbon di Indonesia bisa diperpanjang hingga 50 atau 100 tahun, proyek ini akan semakin menarik bagi investor global. Stabilitas hukum dan kepastian regulasi sangat penting dalam investasi jangka panjang seperti ini,” kata Faisal.
Tantangan lainnya adalah koordinasi antara berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah pusat dan daerah, serta industri yang menghasilkan karbon. Namun, dengan dukungan yang semakin kuat dari pemerintah dan investor, CCS Arun diyakini dapat menjadi proyek percontohan yang sukses di Indonesia.
Dampak Ekonomi bagi Aceh
Selain manfaat lingkungan, proyek ini juga diharapkan akan membawa dampak ekonomi yang besar bagi Aceh. Lapangan kerja baru akan terbuka, baik untuk tenaga kerja terampil maupun non-terampil, serta meningkatkan ekosistem industri hijau di wilayah tersebut.
“Ini bukan hanya proyek penyimpanan karbon, tetapi juga investasi besar yang akan menghidupkan kembali ekonomi Aceh. Kita akan melihat pertumbuhan industri baru dan peningkatan daya tarik investasi di wilayah ini,” tutup Faisal.
CCS Arun tidak hanya menjadi proyek strategis bagi Indonesia, tetapi juga memiliki peluang besar untuk menempatkan Aceh di peta industri hijau global. Jika semua berjalan sesuai rencana, CCS Arun akan menjadi pionir dalam teknologi penyimpanan karbon di Asia, sekaligus membuka jalan bagi investasi hijau berkelanjutan di Indonesia.