Bunda menyala!
Itu kosa kata yang paling tepat untuk merespons hasil pemilihan wali kota-wakil wali kota Banda Aceh 2024. Illiza Sa’aduddin Djamal, satu-satunya kandidat perempuan, keluar sebagai pemenang. Illiza, yang akrab disapa Bunda, meninggalkan tiga kandidat laki-laki pesaingnya jauh di belakang. Illiza meraih 44.982 suara atau 41,24 persen.
“Pasangan nomor urut satu (Illiza dan Afdhal) memperoleh suara terbanyak,” kata Ketua Komisi Independen Pemilihan (KIP) Banda Aceh, Yusri Razali, dalam rapat pleno, Minggu (1/12/2024) di Banda Aceh.
Kemenangan ini sekaligus ‘balas dendam’ terhadap Aminullah Usman yang pada 2017 unggul atas Illiza. Namun, pada Pilkada 2024, perolehan suara Aminullah melorot, hanya 22,60 persen.
Sementara pasangan calon Irwan Djohan-Khairul Aman meraih suara 26,86 persen. Baik Aminullah maupun Irwan ini mengalami kekalahan kedua pada Pilkada Banda Aceh. Mereka juga sama-sama menjadi kandidat pada Pilkada Banda Aceh 2012. Kala itu, Illiza menjadi kandidat wakil wali kota mendampingi Mawardi, dan merekalah yang menang.
Kemenangan ini tidak diraih dengan mudah. Illiza kembali diserang dengan kampanye hitam tentang ‘haramnya’ perempuan menjadi pemimpin. Pada Pilkada 2017, Illiza babak belur dihantam kampanye hitam itu oleh lawan politiknya.
Tidak sampai di sana, menjelang hari pencoblosan, Illiza juga disudutkan karena kuliah di kampus kecil di Banda Aceh yang kini sudah tidak beroperasi lagi. Namun, Illiza adalah perempuan Aceh yang pantang menyerah dalam medan pertempuran. Pengalaman politik yang panjang membuat dia mampu berselancar di atas ombak yang ganas hingga finis di urutan pertama.
Pada Agustus 2024, dua bulan sebelum pemilihan, Illiza menyampaikan kepada penulis bahwa dia akan kembali diserang dengan isu klasik ‘perempuan tak boleh jadi pemimpin’, tetapi dia terlihat lebih tenang merespons soal itu.
“Saya tidak akan bermain pada isu perempuan harus memilih perempuan, tetapi pilihlah pemimpin karena gagasan,” ujar Illiza suatu sore di kawasan Lamprit, Banda Aceh.
Sore itu, Illiza membocorkan survei terbaru yang dilakukan oleh sebuah perguruan tinggi di Aceh, bahwa namanya bertengger di nomor satu sebagai kandidat terkuat. “Ini masih rahasia, tidak boleh dipublikasikan,” ujarnya saat itu.
Belakangan, beberapa lembaga survei mengeluarkan hasil penelitian dan menempatkan Illiza sebagai tokoh dengan elektabilitas tertinggi. Misalnya, Lembaga Institute for Statistics and Socio-Ecological Development (ISSED) menempatkan Illiza pada angka 46 persen. Meski akurasi berbeda jauh dengan hasil rekapitulasi KIP, tetapi secara perangkitan hasil survei ISSED akurat.
Rabu (27/11/2024) malam, beberapa jam usai pencoblosan, Illiza bersama tim pemenangan menggelar jumpa pers dan langsung deklarasi kemenangan. “Insya Allah, kita akan terus bangun Kota Banda Aceh, berkolaborasi bersama baik yang menang maupun yang belum mendapat kesempatan. Kota ini milik bersama, mari bangun kolaborasi untuk kemajuan kota,” ujar Illiza mengutip Antara Aceh.
Pengalaman politiknya menjadi wakil wali kota dan wali kota selama tiga tahun meneruskan kepemimpinan almarhum Mawardi, serta lima tahun menjadi anggota DPR RI, membuat dia pada Pilkada 2024 terlihat lebih matang. Dulu, dia mengusung branding Banda Aceh sebagai Kota Madani, tetapi kini dibranding ulang dengan jargon Kota Kolaborasi. Jargon ini pula yang dipakai oleh Anies Baswedan saat menjadi Gubernur DKI Jakarta.
Kata kolaborasi menunjukkan semangat untuk membangun kota bersama-sama tanpa membedakan golongan dan latar belakang. Kolaborasi memberikan spirit kesetaraan. Illiza sepertinya ingin memberikan ruang kepada semua warga kota untuk bahu membahu membangun kota tercinta ini.
Illiza mengatakan dirinya sangat paham persoalan Kota Banda Aceh. Dia pernah menjadi anggota DPRK Banda Aceh dan menjadi eksekutif. Pengalamannya semakin kompleks karena dia pernah menjadi anggota DPR RI. Koneksinya di pemerintah pusat semakin luas, dan ini akan sangat bermanfaat untuk melobi anggaran dan kebijakan membangun Banda Aceh.
“Banda Aceh adalah kota inklusif, maka pembangunannya harus partisipatif. Dan itu tidak bisa dilakukan sendiri. Kita harus berkolaborasi,” demikian kutipan dalam dokumen sembilan program Illiza-Afdhal.
Secara garis besar, ada sembilan program yang menjadi prioritasnya. Saya menyarankan Anda untuk mengunduh dokumen ini dan menyimpannya agar sewaktu-waktu Anda dapat menagih dan terlibat dalam proses mewujudkannya. Dokumen itu menunjukkan Illiza punya mimpi untuk membangun kota. Namun, dia tidak akan mampu melakukannya sendiri dan butuh keterlibatan para pihak. Karena itu pula, konsep kolaborasi menjadi spirit membangun Banda Aceh yang maju dengan penduduknya yang sejahtera.
Selamat bekerja, Bunda Illiza.