Ekonom Peringatkan Dampak Tarif AS: RI Perlu Reformasi Dagang dan Kebijakan Fiskal yang Tepat

BISNISIA.ID – Kebijakan tarif impor sebesar 32 persen yang diberlakukan Amerika Serikat terhadap produk Indonesia dinilai berpotensi mengguncang perekonomian nasional. Chief Economist Permata Bank, Josua Pardede, menilai langkah tersebut akan menurunkan daya saing ekspor dan mengancam stabilitas makroekonomi Indonesia.

“Produk unggulan seperti elektronik, tekstil, otomotif, pertanian, dan bahan kimia akan menjadi lebih mahal di pasar AS. Ini mengakibatkan penurunan ekspor, gangguan neraca perdagangan, serta berkurangnya cadangan devisa,” kata Josua dalam keterangannya, Sabtu (5/4/2025).

Menurut Josua, kebijakan proteksionis dari AS bisa mendorong relokasi industri ke negara lain seperti Vietnam dan Thailand yang memiliki hubungan dagang lebih stabil dengan Negeri Paman Sam. Dampaknya, arus investasi ke Indonesia akan menurun dan risiko pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor padat karya meningkat.

Baca juga:  Aset Bank Aceh Syariah 2020 sampai 2023 Tumbuh Positif

Ia mendorong pemerintah mengambil sejumlah langkah strategis. Dalam jangka pendek, Josua merekomendasikan negosiasi melalui forum seperti Trade and Investment Framework Agreement (TIFA) dan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), diversifikasi pasar ekspor ke Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Latin, serta pemberian insentif fiskal bagi industri terdampak.

Sementara untuk jangka panjang, Josua menekankan pentingnya reformasi struktural dengan mengurangi hambatan perdagangan, memperkuat industri hulu, serta meningkatkan investasi di bidang pendidikan vokasi, infrastruktur logistik, dan teknologi.

“Indonesia juga harus aktif di forum ekonomi multilateral untuk menekan kebijakan proteksionis global dan menjaga sistem perdagangan yang adil,” ujarnya.

Rupiah Melemah, Ekonom Kritik Tata Kelola Fiskal Pemerintah
Sementara itu, ekonom senior Ichsanuddin Noorsy menilai tekanan ekonomi global yang dipicu kebijakan proteksionis AS dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi dunia dari 2 persen menjadi hanya 1,5–1,7 persen. Bahkan, menurutnya, sejumlah negara besar telah mengalami resesi.

Baca juga:  Peringatan HUT RI ke-79 di Cape Town: Suasana Meriah di Tengah Cuaca Dingin

Nilai tukar rupiah yang dibuka pada level Rp16.772 per dolar AS pada Kamis (3/4/2025) memperlihatkan kekhawatiran pasar terhadap kondisi politik dan fiskal dalam negeri. “Turbulensi ekonomi tak terhindarkan karena The Fed diperkirakan tidak akan menurunkan suku bunga,” kata Ichsan seperti dilansir oleh Inilah.com.

Ia juga menyoroti realokasi anggaran 2025 yang menyebabkan keringnya likuiditas pasar dan berkontribusi pada deflasi. Ichsan menilai pemerintah gagal menjaga stabilitas harga, terutama saat konsumsi meningkat di bulan Ramadhan, diperparah dengan kenaikan PPN sebesar 12 persen.

“Selama pemerintah menerapkan sistem ekonomi berbasis pasar bebas untuk sektor hajat hidup orang banyak, harga-harga akan tetap kaku dan tidak terkendali,” katanya.

Baca juga:  Wali Kota Singapura: Aceh Bisa Menjadi Pilar Utama Industri Berkelanjutan

Ichsan menyarankan pemerintah melakukan pemetaan masalah secara komprehensif, termasuk evaluasi anggaran untuk program-program seperti Makan Bergizi Gratis (MBG) dan proyek investasi Danantara. Ia menegaskan, tanpa kebijakan fiskal dan moneter yang tepat, kepercayaan pasar terhadap pemerintah akan terus melemah.

Sebagai respons terhadap pelemahan rupiah, Bank Indonesia (BI) telah melakukan intervensi di pasar mata uang, obligasi, dan domestik (non-deliverable forwards). Intervensi dilakukan menyusul kekhawatiran pasar terhadap kondisi fiskal dan politik nasional.

Rupiah kini bergerak menuju titik terendahnya dalam 2,5 tahun terakhir, mendekati angka Rp16.800 per dolar AS—angka yang terakhir terjadi pada krisis finansial Asia 1998.

Editor:
Hendra Vramenia

Bagikan berita:

Popular

Berita lainnya

BPRS Mustaqim Bidik Program KUR 2025, Andalkan Inovasi Super Mikro

Bisnisia.id | Banda Aceh – Bank  BPRS Mustaqim sedang...

Asta Cita: Strategi Pemerintah Capai Pertumbuhan Ekonomi 8%

Bisnisia.id | Jakarta - Indonesia menetapkan target ambisius untuk...

Anggaran Pendapatan Belanja Banda Aceh 2025 Rp 1,4 Triliun

Bisnisia.id | Banda Aceh - Rancangan Qanun Anggaran Pendapatan...

Nainunis, Breakdancer Aceh yang Menembus Dunia

Nainunis, 38 tahun, seorang breakdancer asal Aceh, berhasil membuktikan...

Relawan Kebangkitan Indonesia Baru di Aceh Dukung Ganjar-Mahfud

Banda Aceh - Organisasi Relawan Kebangkitan Indonesia Baru (KIB)...

Sah, Nasri Pimpin Badan Pengelola Migas Aceh 2025-2029

Bisnisia.id | Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya...

KKP Pastikan Rantai Dingin Jaga Kualitas Ikan untuk Program Makan Bergizi Gratis  

Bisnisia.id | Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)...

Donald Trump Kembali Terpilih sebagai Presiden AS, Ungguli Kamala Harris

Bisnisia.id | Amerika Serikat – Calon presiden dari Partai...

PT Kallista Alam Bayar Ganti Rugi Karhutla 2012 Sebesar 57 M

Bisniskita.id | Banda Aceh – PT Kallista Alam (KA)...

Homestay di Desa Wisata Siap Menampung Wisatawan PKA Ke-8

Bisniskita.id | Banda Aceh - Sejumlah penginapan yang tersebar...

PLN Kembali Torehkan Prestasi di Tingkat Internasional dengan Memborong 8 Penghargaan

Bisniskita.id | Jakarta - PT Perusahaan Listrik Negara (Persero)...

Trump Umumkan Cadangan Kripto AS, Bitcoin & Altcoin Melonjak Drastis

Bisnisia.id – Mata uang kripto menguat signifikan pada Minggu...

Muzakir Manaf Tunjuk M Nasir Sebagai Plt Sekda Aceh

BANDA ACEH – Gubernur Aceh Muzakir Manaf, menunjuk Muhammad...

Limbah Sawit Jadi Energi Ramah Lingkungan Masa Depan

Bisnisia.id | Jakarta – Limbah cair pabrik kelapa sawit...

Pelepasan 20 Ribu Hektar Lahan Oleh Prabowo, Komitmen untuk Penyelamatan Gajah Sumatera

Bisnisia.id | Bireuen - Kebijakan Presiden Prabowo Subianto yang...

Harga Minyak Stabil, Investor Pantau Kebijakan Trump

Bisnisia.id | Jakarta – Harga minyak dunia mencatat pergerakan...

Potensi Berkembang Industri Teh Indonesia

Pandemi Covid-19, yang telah berlangsung selama sekitar tiga tahun,...