Di Aceh, perkembangan QRIS sendiri tergolong baik dalam mendongkrak perekonomian dan Bank Indonesia juga menargetkan terdapat 5 juta transaksi di akhir 2023.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala (FEB USK) menghadirkan Deputi Gubernur Bank Indonesia Perwakilan Aceh, Prabu Dewanto untuk mengisi kuliah umum, dan menjelaskan lebih lanjut terkait peran BI dalam percepatan dan perluasan digitalisasi ekonomi.
Tingginya antusias kuliah umum ini tidak terlepas dari aspek bahwa banyak mahasiswa sudah aware terkait pentingnya digitalisasi ekonomi.
Hal itu sendiri dibuktikan dengan banyaknya pertanyaan selama kuliah berlangsung hingga, memunculkan diskusi serius antara mahasiswa dan pihak BI yang dipandu dosen senior Prodi Ekonomi Pembangunan FEB USK, Dr.Nazamuddin, M.A selaku moderator.
Di Aceh, perkembangan QRIS sendiri tergolong baik dalam mendongkrak perekonomian dan Bank Indonesia juga menargetkan terdapat 5 juta transaksi di akhir 2023.
“Kita juga punya target, di akhir tahun itu nanti akan ada 5 juta transaksi 2023 dan kita sudah lebih dari setengah. Jadi secara target kita on track,” ungkap Prabu.
Tak hanya berfokus pada digitalisasi ekonomi, pada kesempatan ini pihak BI juga turut mengenalkan Ekspedisi ‘Rupiah Berdaulat’, yang bekerja sama dengan Angkatan Laut untuk mendistribusikan uang ke daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar) di wilayah Aceh.
Namun, bicara percepatan dan perluasan digitalisasi ekonomi sendiri juga tak lepas dari Cyber Security yang belakangan menjadi isu menarik untuk dikaji.
Prabu menegaskan, bahwa Cyber Security akan selalu ada selagi ada teknologi namun pihak Bank Indonesia sendiri juga berkomitmen akan terus memantau keamanan cyber seluruh Bank dengan menerapkan aturan ketat terkait hal itu.
“Kita juga melakukan sinergi dengan otoritas lainnya misalnya dengan bank dan lembaga non-bank, ada OJK. Ketika ada sesuatu kita juga bersinergi dengan BSSN (Badan Siber dan Sandi Negara),” jelasnya.