Bisnisia.id | Banda Aceh – Teknologi pertanian yang belum optimal dan regenerasi petani masih stagnan menjadi tantangan serius pengembangan sektor pertanian di Aceh. Padahal sektor pertanian dapat menjadi harapan untuk menurunkan jumlah penduduk miskin.
Hal ini diungkapkan Prof Bustanul Arifin, Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian Universitas Negeri Lampung pada acara Aceh Economic Forum, Kamis (16/1/2025). Bustanul menyoroti kurangnya pemanfaatan teknologi dalam bidang pertanian di Aceh.
“Pertanian merupakan basis ekonomi Aceh, tetapi tanpa modernisasi dan nilai tambah yang ditarik oleh sektor modern industri dan jasa, efektivitas pengentasan kemiskinan di Aceh masih menemui banyak kendala,” ungkap Prof Bustanul.
Baca juga: Potensi Pertumbuhan Ekonomi Aceh Bisa Bangkit dengan Hilirisasi Pertanian
Bustanul menyoroti bahwa penggunaan teknologi modern seperti precision farming dan smart farming belum banyak diterapkan di Aceh. Padahal, teknologi ini dapat meningkatkan produktivitas pertanian secara signifikan.
“Penggunaan benih unggul, digitalisasi pertanian, hingga pendampingan teknologi masih kurang bahkan masih tradisional,” jelasnya.
Ia juga menekankan pentingnya peran penyuluh dalam membantu petani mengadopsi teknologi. Namun, penyuluh di lapangan sering kali dibebani dengan tugas administratif yang menyita waktu, sehingga kurang fokus pada pendampingan petani.
“Padahal dalam bidang teknologi ini tetap perlu pendampingan dari penyuluh,” lanjutnya.
Menurut Bustanul, peningkatan produktivitas harus dilakukan melalui modernisasi dan digitalisasi pertanian.
“Aceh perlu mendorong pertanian presisi, yang menggunakan teknologi seperti sensor tanah dan perangkat digital untuk mengoptimalkan hasil panen,” ujarnya.
Tantangan lain yang tak kalah penting adalah regenerasi petani. Bustanul mengungkapkan, rata-rata usia petani di Indonesia, termasuk Aceh, sudah mencapai 47 tahun. Hal ini menunjukkan rendahnya minat generasi muda terhadap sektor pertanian tradisional.
“Anak muda enggan terjun ke pertanian karena dianggap tidak menarik. Tapi, jika pertanian modern berbasis teknologi dikenalkan, seperti menggunakan drone, ipad atau perangkat pintar, mereka bisa menjadi motor penggerak kemajuan di sektor pertanian,” katanya.
Bustanul mengajak pemerintah dan institusi pendidikan untuk mempromosikan pertanian berbasis teknologi kepada generasi muda, terutama melalui program-program di perguruan tinggi.
“Aceh memiliki potensi besar di sektor pertanian. Jika modernisasi teknologi dan regenerasi petani dilakukan dengan tepat, sektor ini dapat menjadi tulang punggung ekonomi yang kokoh,” tegas Bustanul.
Ia meminta pemerintah Aceh memperkuat perencanaan tata ruang wilayah untuk melindungi lahan sawah yang produktif.
“Aceh harus memanfaatkan momentum ini. Dengan kebijakan yang tepat, pertanian tidak hanya menjadi sektor ekonomi, tetapi juga solusi pengentasan kemiskinan,” pungkas Bustanul.