Bisnisia.id, Banda Aceh – Harga minyak nilam di tingkat petani Aceh kembali mengalami gejolak tajam. Setelah sempat menyentuh angka Rp 1,9 juta per kilogram pada Februari 2025, harga komoditas andalan ini terjun bebas menjadi Rp 1 juta per kg pada Mei 2025.
Mirzuan, seorang petani nilam asal Kabupaten Aceh Jaya, menyebutkan bahwa fluktuasi harga tersebut sepenuhnya di luar kendali petani. Ia mengatakan, harga ditentukan sepihak oleh pedagang besar dan eksportir yang umumnya berasal dari luar Aceh, seperti Sumatera Utara dan Pulau Jawa.
“Petani tidak punya daya tawar. Kami hanya menjual ke pengepul yang merupakan kaki tangan eksportir luar. Di Aceh, hampir tidak ada perusahaan ekspor berbasis lokal,” ujar Mirzuan saat dihubungi, Jumat (16/5/2025).
Menurutnya, anjloknya harga minyak nilam disebabkan oleh tidak stabilnya tata niaga di pasar global, ditambah minimnya intervensi pemerintah. Tidak seperti komoditas pertanian lain seperti gabah atau jagung yang memiliki harga acuan pembelian pemerintah, minyak atsiri seperti nilam dibiarkan tanpa perlindungan harga.
“Fluktuasi harga terjadi sangat cepat. Kadang naik tinggi, kadang langsung turun drastis. Ini membuat ekosistem usaha terganggu dan petani trauma untuk kembali menanam,” lanjutnya.
Mirzuan menambahkan bahwa saat ini eksportir membeli minyak nilam hanya setiap tiga bulan sekali melalui rantai distribusi yang panjang. Hal ini makin melemahkan posisi petani yang tidak bisa menjual produknya langsung ke pasar ekspor.
Meskipun harga Rp 1 juta per kg dinilai masih memberikan sedikit keuntungan, petani tetap waspada karena harga pernah jatuh hingga Rp 700 ribu per kg.
“Dengan kondisi seperti ini, kami butuh campur tangan nyata dari pemerintah untuk memperbaiki tata niaga nilam di Aceh,” tutup Mirzuan.
#NilamAceh #HargaMinyakNilam #PetaniAceh #EkonomiRakyat #Bisnisia