Bisnisia.id | Banda Aceh – Ekspor barang asal Provinsi Aceh pada Oktober 2024 mencatat angka USD 61,14 juta, menunjukkan peningkatan sebesar 4,96% dibandingkan September 2024.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh, Ahmadriswan Nasution, mengungkapkan bahwa ekspor barang mengalami lonjakan signifikan hingga 49,55% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
“Dari total nilai ekspor tersebut, sebanyak USD 48,09 juta atau 78,66% diekspor melalui pelabuhan di Aceh, sementara sisanya, yakni USD 12,99 juta, diekspor melalui pelabuhan di provinsi lain, mayoritas melalui Sumatera Utara,” jelas Ahmadriswan dalam kegiatan rilis berita resmi statistik, pada Senin (02/12/2024).
India Dominasi Tujuan Ekspor Aceh
India tercatat sebagai tujuan ekspor utama Provinsi Aceh dengan nilai mencapai USD 32,02 juta, terutama berupa komoditas batu bara. Thailand berada di urutan kedua dengan nilai ekspor USD 14,58 juta, didominasi oleh kondensat dan batu bara, sementara Vietnam berada di posisi ketiga dengan nilai USD 3,79 juta, juga dengan batu bara sebagai komoditas utama.
Ahmadriswan menegaskan bahwa batu bara merupakan komoditas andalan ekspor Aceh.
“Batu bara menjadi penyumbang terbesar ekspor Aceh dengan total nilai USD 40,47 juta, diikuti oleh kondensat dan kopi,” ujarnya.
Impor Naik 29,27%, Gas Mendominasi
Pada periode yang sama, impor barang asal Provinsi Aceh turut mencatatkan kenaikan signifikan sebesar 29,27% dibandingkan bulan sebelumnya, dengan total nilai USD 58,85 juta. Komoditas impor terbesar adalah gas, dengan nilai USD 53,55 juta, yang sebagian besar berasal dari Qatar senilai USD 30,36 juta. Selain Qatar, impor juga dilakukan dari Amerika Serikat dan Vietnam.
“Impor gas mencerminkan meningkatnya kebutuhan energi di Aceh,” kata Ahmadriswan.
Meski impor meningkat, Aceh tetap mencatatkan surplus neraca perdagangan luar negeri sebesar USD 61,14 juta pada Oktober 2024. Namun, tren surplus ini menunjukkan penurunan sejak puncaknya pada Agustus 2024.
“Walaupun surplus perdagangan tetap positif sejak Januari hingga Oktober, tren surplus ini mulai menurun dalam beberapa bulan terakhir,” ungkap Ahmadriswan.
Surplus tertinggi tercatat pada Agustus 2024, sebelum akhirnya mulai menyusut secara bertahap hingga Oktober.