Bisnisia.id | — Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa nilai ekspor non-migas Indonesia ke Amerika Serikat (AS) pada periode Januari hingga Oktober 2024 mencapai angka fantastis sebesar US$21,51 miliar.
Angka ini mencatat peningkatan signifikan sebesar US$2,29 miliar dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang berada di angka US$19,22 miliar.
Dalam konferensi pers yang digelar di kantor BPS, Jumat, 15 November 2024, Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan bahwa salah satu komoditas unggulan Indonesia yang menjadi favorit di pasar AS adalah sel surya fotovoltaik.
“Indonesia juga merupakan salah satu eksportir utama sel fotovoltaik ke Amerika Serikat,” ungkap Amalia.
Amalia menyebutkan bahwa ekspor sel surya Indonesia ke AS meliputi berbagai jenis, baik yang berbentuk panel maupun yang sudah dirakit.
Sel surya ini menjadi salah satu komoditas yang sangat diminati di tengah meningkatnya kebutuhan energi bersih dan terbarukan di Negeri Paman Sam.
Selain sel surya, Indonesia juga aktif mengekspor berbagai mesin dan peralatan elektrik ke AS.
“Indonesia mengekspor barang mesin dan peralatan listrik atau peralatan dan mesin elektronik, termasuk modem dan perlengkapannya seperti kabel model serta kartu modem,” ujarnya.
Komoditas tersebut termasuk dalam kelompok mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS85), yang menjadi penyumbang surplus perdagangan terbesar Indonesia dengan AS pada bulan Oktober 2024.
Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia berhasil meningkatkan pangsa pasarnya di sektor teknologi dan elektronik di pasar global.
Amalia Adininggar Widyasanti juga memaparkan sejarah perdagangan non-migas antara Indonesia dan AS dalam satu dekade terakhir.
Pada rentang tahun 2013 hingga 2016, ekspor utama Indonesia ke AS didominasi oleh pakaian dan aksesoris yang bukan rajutan, karet dan produk olahannya, serta pakaian rajutan. Total perdagangan kedua negara pada periode tersebut tercatat mencapai US$93,67 miliar.
Memasuki periode 2017 hingga 2020, total nilai perdagangan Indonesia dan AS meningkat menjadi US$103,63 miliar.
Komoditas utama yang menjadi andalan ekspor Indonesia ke AS pada periode ini meliputi pakaian bukan rajutan, pakaian rajutan, serta karet dan barang dari karet.
“Kami melihat adanya diversifikasi komoditas ekspor Indonesia ke AS yang semakin bervariasi, dari yang sebelumnya didominasi oleh sektor tekstil dan karet, kini mulai merambah ke sektor teknologi dan energi terbarukan,” jelas Amalia.
Lebih lanjut, pada periode 2021 hingga Oktober 2024, total nilai perdagangan non-migas antara Indonesia dan AS melonjak hingga US$133,89 miliar. Periode ini menunjukkan pergeseran tren di mana mesin dan perlengkapan elektrik beserta bagiannya menjadi komoditas utama, diikuti oleh pakaian rajutan dan alas kaki.
Menurut Amalia, selama kurun waktu 2013 hingga Oktober 2024, Indonesia berhasil mempertahankan tren surplus neraca perdagangan dengan AS.
“Dari 2013 hingga sekarang, total perdagangan Indonesia dengan AS mengalami peningkatan yang konsisten. Selama periode tersebut, neraca perdagangan kita dengan AS menunjukkan tren surplus yang terus meningkat,” kata Amalia.
Kenaikan ekspor ke AS ini dinilai sebagai bukti keberhasilan diversifikasi produk ekspor Indonesia serta peningkatan daya saing komoditas Indonesia di pasar global.
Dengan terus meningkatnya kebutuhan pasar AS terhadap produk teknologi, terutama di bidang energi terbarukan, Indonesia memiliki peluang besar untuk memperluas pangsa pasar dan meningkatkan nilai ekspor di masa mendatang.
Peningkatan ekspor sel fotovoltaik dan mesin elektronik ini mencerminkan komitmen Indonesia untuk mendukung tren global menuju energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan.
Amerika Serikat sendiri terus meningkatkan investasi di bidang energi terbarukan, membuka peluang besar bagi Indonesia untuk memasuki pasar energi bersih di negeri tersebut.
Selain itu, tren peningkatan ekspor mesin dan peralatan elektrik menunjukkan bahwa Indonesia mulai memposisikan dirinya sebagai pemain penting dalam rantai pasok global di sektor teknologi.
Di tengah ketidakpastian ekonomi global, termasuk ketegangan perdagangan antara negara-negara besar dan fluktuasi harga komoditas, Indonesia berhasil menunjukkan performa positif dalam ekspor non-migas, khususnya ke pasar AS.
Hal ini menunjukkan ketahanan ekonomi Indonesia serta kemampuan untuk beradaptasi dengan dinamika pasar global.
Dengan capaian ini, diharapkan Indonesia terus memperluas diversifikasi produk ekspor dan memperkuat posisinya di pasar internasional, terutama di sektor-sektor strategis seperti teknologi dan energi terbarukan.
Ke depan, pemerintah akan terus berupaya untuk memaksimalkan potensi ekspor guna mendukung pertumbuhan ekonomi nasional serta memperkuat hubungan perdagangan dengan mitra-mitra strategis, termasuk Amerika Serikat.
“Keberhasilan kita dalam meningkatkan ekspor non-migas, terutama ke Amerika Serikat, merupakan hasil dari upaya pemerintah dan pelaku industri dalam mendorong inovasi, efisiensi produksi, serta pengembangan pasar baru,” pungkas Amalia.