BISNISIA.ID – Usaha kecil dan menengah (UMKM) di sektor minyak nilam Aceh mendapatkan dorongan besar dengan peluncuran MyNilam, sebuah sistem Enterprise Resource Planning (ERP) berbasis web yang dirancang khusus untuk mendukung para petani nilam.
Sistem ini bertujuan untuk mengelola rantai pasokan, meningkatkan efisiensi produksi, dan memastikan ketertelusuran dalam rantai nilai minyak nilam.
Peluncuran MyNilam merupakan bagian dari kolaborasi antara Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) dan Universitas Syiah Kuala (USK), didukung oleh Pemerintah Swiss melalui Sekretariat Negara untuk Urusan Ekonomi (SECO). Inisiatif ini berfokus pada pemberdayaan petani kecil dengan teknologi digital, literasi keuangan, dan akses yang lebih mudah ke pembiayaan.
Direktur ILO untuk Indonesia dan Timor-Leste, Simrin Singh menyoroti pentingnya kolaborasi ini dalam mempromosikan pertanian berkelanjutan dan inklusif. Menurutnya, Sektor minyak nilam Indonesia memiliki potensi besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan serta penciptaan lapangan kerja.
“Kemitraan ini memungkinkan kita untuk mempersiapkan rantai nilai berkelanjutan yang mendukung petani lokal sambil mempromosikan sektor nilam di pasar domestik maupun ekspor,” ujar Singh dalam acara peluncuran yang digelar di Gedung AAC USK, Banda Aceh, Selasa (15/10/2024).
Sistem MyNilam dirancang untuk membantu petani nilam mencatat proses produksi, memastikan kepatuhan terhadap standar industri, serta meningkatkan daya saing mereka di pasar global.
Manajer Proyek ILO Promise II Impact, Djauhari Sitorus menyebut peluncuran MyNilam sebagai langkah penting dalam transformasi sektor nilam. “Dengan MyNilam, kami memberikan petani alat yang dapat meningkatkan kredibilitas mereka di mata konsumen serta membuka akses yang lebih luas terhadap modal, sehingga memastikan keberlanjutan produksi dan kesejahteraan petani,” kata Djauhari.
Rektor Universitas Syiah Kuala, Prof. Dr. Ir. Marwan, juga menekankan bahwa MyNilam bukan hanya sekadar teknologi, melainkan fondasi untuk masa depan yang lebih berkelanjutan bagi petani di Aceh.
“Kami tidak hanya menyediakan teknologi, tetapi juga membekali petani dengan sumber daya yang memungkinkan mereka bersaing di pasar global. Ini adalah tentang menciptakan komunitas pertanian yang lebih tangguh dan mampu berkembang di tengah tantangan global,” ujarnya.
Selain itu, acara ini juga menandai ekspor perdana minyak nilam dari Desa Ekosistem Keuangan Inklusif (EKI) Aceh, di bawah naungan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Ekspor ini merupakan hasil nyata dari kolaborasi antara ILO, Universitas Syiah Kuala, dan OJK, yang mendukung petani lokal dengan memperluas akses ke perbankan, asuransi, dan pasar modal.
“Kami berharap inisiatif ini dapat mempercepat pembangunan pedesaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa,” ujar Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar.
Proyek Promise II Impact yang didukung oleh SECO juga telah memberikan pelatihan literasi keuangan dan kewirausahaan kepada lebih dari 200 petani di Atsiri Research Center (ARC), Universitas Syiah Kuala. Dari total peserta pelatihan, 20% di antaranya adalah perempuan, menegaskan komitmen proyek terhadap inklusi gender dalam sektor pertanian.
Dengan peluncuran MyNilam dan berbagai inisiatif kolaboratif ini, diharapkan sektor minyak nilam Aceh dapat menjadi contoh sukses untuk pertanian berkelanjutan dan inklusi keuangan di Indonesia.
Teknologi digital seperti MyNilam memungkinkan petani untuk berpartisipasi lebih aktif dalam ekosistem ekonomi nasional, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. []