Cerita Sukses Marzukri Petani Milenial Aceh, Belajar ke Thailand dan Jepang

Di tengah perkembangan dunia global yang semakin canggih, dunia pertanian di Provinsi Aceh tak lagi identik dengan petani yang hanya mengandalkan alat tradisional dan perjuangan berat.

Salah satu sosok yang berusaha mengubah paradigma tersebut adalah Marzukri, seorang petani milenial asal Kabupaten Aceh Selatan.

Dengan latar belakang keluarga petani dan pendidikan di bidang pertanian, ia memanfaatkan teknologi untuk mengoptimalkan hasil pertanian dan memberikan dampak positif bagi petani muda lainnya di Aceh.

Marzukri tumbuh di tengah keluarga petani. Sejak kecil, ia sudah terbiasa dengan kehidupan bertani, di mana orang tuanya mengelola lahan pertanian dengan cara konvensional. Namun, Marzukri ingin lebih dari sekadar menjadi petani biasa.

Setelah menamatkan pendidikan di SMK Pertanian, ia melanjutkan studi di jurusan Agro Teknologi, yang semakin mengukuhkan minatnya dalam dunia pertanian yang berbasis pada teknologi.

WhatsApp Image 2024 11 16 at 00.23.12 1
Marzukri, seorang petani milenial asal Aceh Selatan.

Pendidikan formalnya di bidang pertanian diperkuat dengan berbagai pelatihan, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Salah satu pengalaman yang sangat berkesan bagi Marzukri adalah magang di Thailand pada tahun 2019 dan di Jepang pada 2022.

Program kunjungan ke Thailand difasilitasi oleh Pemerintah Aceh sedangkan ke Jepang diberangkatkan oleh Kementerian Pertanian RI.

Di Jepang, ia belajar bahwa petani bisa menjadi pengusaha sukses melalui pemanfaatan teknologi yang canggih dalam setiap aspek pertanian.

“Di Jepang, petani itu bisa memiliki rumah dan mobil mewah dari hasil pertanian, karena mereka memanfaatkan teknologi dalam setiap proses, mulai dari budidaya hingga pemasaran,”ujar Marzukri dalam wawancaranya dengan Bisnisia.id, Jum’at (15/11/2024).

Mengadopsi Teknologi Pertanian di Aceh

Setelah kembali ke Aceh, Marzukri memutuskan untuk membuka lahan pertanian sendiri dan memanfaatkan pengetahuan serta teknologi yang ia pelajari selama di luar negeri.

Baca juga:  Akhir Tahun 2024, Aset Pegadaian Tembus Rp 100 T

Ia mulai mengelola lahan seluas 10 hektare untuk budidaya jagung, dan 2 hektare untuk tanaman ubi beniazuma yang rencananya akan diekspor ke luar negeri.

Salah satu inovasi pertama yang ia terapkan adalah penggunaan traktor modern dan mesin semprot elektrik untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi beban kerja petani.

Tidak hanya itu, alumni Unversitas Abulyatama itu juga menerapkan teknologi Automatic Weather Station (AWS) untuk memantau kondisi cuaca. Teknologi ini sangat berguna dalam menentukan waktu tanam yang tepat, mengingat cuaca yang sulit diprediksi menjadi tantangan utama dalam pertanian.

“Dengan teknologi AWS, kita bisa memantau cuaca lebih akurat, yang membantu kita menentukan waktu tanam dan perawatan yang tepat. Ini sangat penting di daerah seperti Aceh, yang memiliki iklim yang tidak selalu stabil,” kata Marzukri.

Tidak berhenti di situ, Marzukri juga berencana untuk menggunakan drone untuk penyemprotan pupuk dan pestisida. Teknologi drone akan memungkinkan proses penyemprotan menjadi lebih efisien, mengurangi penggunaan tenaga kerja manual, dan memastikan distribusi pupuk dan pestisida yang merata.

“Dengan teknologi drone, kami bisa lebih efisien dalam memberi pupuk dan pestisida di area yang luas, tanpa harus mengandalkan tenaga kerja manusia yang banyak,”tambahnya.

Pendekatan Bisnis dalam Pertanian

Bagi Marzukri, petani milenial harus berpikir seperti seorang pengusaha. Menurutnya, pertanian harus dikelola dengan prinsip bisnis yang memperhitungkan keuntungan, kerugian, dan strategi pemasaran.

Hal ini mencakup pengelolaan modal, pemahaman tentang keuntungan dan kerugian, serta penghitungan biaya dan laba dalam setiap usaha pertanian.

WhatsApp Image 2024 11 16 at 00.24.19
Lahan pertanian milik Marzukri di Desa Gunong Pulo, Kecamatan Kluet Utara, Aceh Selatan. Foto: Dok. Pribadi

“Pertanian harus dijalankan seperti bisnis. Kami harus mengelola modal, menghitung keuntungan, dan juga memperhatikan biaya-biaya operasional lainnya. Dengan begitu, kita bisa memastikan usaha ini menguntungkan dan berkelanjutan,” jelas Marzukhri.

Ia juga berfokus pada pentingnya kualitas produk dan transparansi dalam pemasaran hasil pertanian. Petani milenial, menurut Marzukhri, harus dapat memanfaatkan media sosial dan teknologi untuk mempromosikan produk mereka dan menjangkau pasar yang lebih luas.

Baca juga:  Mualem-Dek Fadh Siap Ikuti Tiga Debat Kandidat yang Ditetapkan KIP Aceh

“Dengan memanfaatkan media sosial dan platform online, petani bisa memperkenalkan produk mereka lebih luas dan menjangkau pasar global. Teknologi ini memberi peluang besar bagi petani milenial untuk sukses,” ujarnya.

Meningkatkan Kualitas Petani Muda di Aceh

Tidak hanya berfokus pada usaha pribadinya, Marzukri yang juga dinobatkan sebagai Duta Petani Milenial Aceh sangat peduli terhadap perkembangan petani muda di Aceh.

Ia merasa bahwa generasi milenial harus menjadi motor perubahan dalam dunia pertanian, dengan memanfaatkan teknologi dan pendidikan yang lebih baik. Oleh karena itu, ia aktif memberikan pelatihan kepada petani muda lainnya di daerahnya.

Saat ini, ia sudah melibatkan lebih dari 45 petani muda di sekitar Desa Gunong Pulo, Kecamatan Kluet Utara, tempat ia mengelola lahan pertaniannya.

Melalui pelatihan ini, para petani muda belajar tentang budidaya tanaman yang lebih efisien, cara menggunakan alat-alat modern, serta bagaimana mengelola usaha pertanian mereka dengan lebih profesional.

“Saya ingin petani muda memahami bahwa bertani itu bukan pekerjaan yang kotor dan kumuh, tetapi sebuah peluang bisnis yang bisa memberikan hasil yang luar biasa. Teknologi dan manajemen yang baik akan membuat pekerjaan kita lebih mudah dan menguntungkan,”ungkap Marzukri.

Tantangan dan Solusi dalam Pertanian Modern

Meski teknologi memberikan banyak kemudahan, pria berumur 29 tahun itu mengakui bahwa ada beberapa tantangan yang harus dihadapi dalam menerapkan teknologi di sektor pertanian di Aceh.

Salah satunya adalah infrastruktur yang belum memadai. Meskipun demikian, ia tetap optimis bahwa dengan dukungan yang tepat, pertanian modern di Aceh bisa berkembang pesat.

Baca juga:  Bank Aceh Bagikan Dividen Tahun 2024 sebesar Rp 300 Miliar

“Tantangannya memang besar, seperti keterbatasan infrastruktur dan akses ke teknologi. Namun, kami terus berusaha untuk mencari solusi. Di tahun depan, saya berharap teknologi seperti drone dan sistem pemantauan cuaca sudah dapat digunakan oleh banyak petani di Aceh,” ujar Marzukri.

WhatsApp Image 2024 11 14 at 12.38.54
Seorang petani saat mengelola sawahnya di Kabupaten Aceh Besar. Foto Bisnisia/Akramul Muslimin

Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi antara petani, pemerintah, dan sektor swasta untuk menciptakan ekosistem pertanian yang mendukung perkembangan petani milenial.

“Bantuan pemerintah sangat penting, tetapi kami juga harus bisa mandiri. Kami perlu belajar bagaimana mengelola usaha pertanian dengan lebih efisien dan menggunakan teknologi untuk mengurangi ketergantungan pada faktor eksternal,” tambahnya.

Membangun Masa Depan Pertanian yang Berkelanjutan

Marzukri percaya bahwa masa depan pertanian Aceh terletak pada kemampuan petani muda untuk beradaptasi dengan teknologi dan memperkenalkan sistem pertanian yang lebih ramah lingkungan.

Salah satunya adalah dengan mengurangi penggunaan pupuk kimia dan pestisida berlebihan, serta beralih ke pertanian organik atau semi-organik yang lebih berkelanjutan.

“Petani harus sadar bahwa keberlanjutan itu penting. Kita tidak bisa terus menerus mengandalkan pupuk kimia tanpa memikirkan dampak jangka panjangnya. Teknologi juga bisa membantu kita mengurangi dampak lingkungan,” jelasnya.

Dengan tekad untuk mengubah dunia pertanian di Aceh, Marzukri terus berusaha memperkenalkan ide-ide baru dan mendorong petani milenial lainnya untuk berani bermimpi dan berinovasi.

“Kami bisa menjadi petani yang sukses, asalkan kita mau belajar, bekerja keras, dan memanfaatkan teknologi dengan baik,” tutupnya.

Melalui usaha dan dedikasi Marzukri, diharapkan pertanian Aceh akan semakin berkembang dan mampu bersaing di pasar global, sekaligus menjadi contoh bagi petani di seluruh Indonesia bahwa pertanian modern berbasis teknologi adalah masa depan yang menjanjikan.

Editor:

Bagikan berita:

Popular

Berita lainnya

Berpotensi Merusak Pasar, Indonesia Tak Izinkan Aplikasi E-Commerce China

BISNISIA - Pemerintah Indonesia menyatakan tidak akan memberikan izin...

Perekonomian Nasional Menguat 5,11% pada Triwulan I-2024

Bisniskita.id | Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto...

Ruang Lingkup Gelar Kegiatan Ruang Hijau Kolaborasi Penaman Maggrove di Manggrove Park Lampulo

Bisnisia.id | Banda Aceh — Komunitas Ruang Lingkup bersama...

Anies –  Muhaimin Deklarasikan Capres-Cawapres 2024

Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) yang terdiri dari Partai...

PDAM Tirta Mon Pase Kembangkan Air Siap Minum Non-Perpipaan

Bisnisia.id|Lhokseumawe - PDAM Tirta Mon Pase berencana mengembangkan sistem...

ICMI Aceh Dorong Gubernur Terpilih Selesaikan RS Regional dan Bangun Pelabuhan Ekspor

Bisnisia.id | Banda Aceh - Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia...

Resmi Gabung BRICS, Investasi Hulu Migas Indonesia Berpotensi Melejit

Bisnisia.id | Jakarta – Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana...

Pungutan Liar Jadi Hambatan Investasi di Aceh

Bisnisia.id | Banda Aceh– Pungutan liar (pungli) masih menjadi...

Tak Perlu Bawa Uang Tunai, ke Museum Tsunami Aceh Pakai QRIS Saja

Museum Tsunami Aceh kini menerapkan sistem pembayaran digital berupa...

Transformasi Menyeluruh, 7 BUMN Dibubarkan

Bisniskita.id | Jakarta – Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN)...

Dek Gam Janjikan Perbaikan Gedung dan Ambulans untuk PMI Banda Aceh

Bisnisia.id | Banda Aceh - Ketua Mahkamah Kehormatan Dewan...

Indonesia Tantang Apple untuk Serius Berinvestasi di Tanah Air

Bisnisia.id | Jakarta - Pemerintah Indonesia semakin tegas menekan...

Liang Wenfeng, Otak di Balik DeepSeek dan Revolusi AI Tiongkok

Bisnisia.id  – Liang Wenfeng, pendiri perusahaan rintisan kecerdasan buatan...

Pemerintah Fokus Stabilkan Harga Bapok untuk Jaga Inflasi

Bisniskita.id | Jakarta – Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menegaskan, pemerintah...

Aceh dan Kerajaan Inggris Sepakat Bangun Hubungan Perdagangan Seperti Masa Lalu

Banda Aceh – Aceh dan Kerajaan Inggris sepakat untuk...

Harga Rumah untuk Warga Berpenghasilan Rendah Turun Rp10,5 Juta

Bisnisia.id|Jakarta -Pemerintah akan memangkas harga rumah untuk masyarakat berpenghasilan...

Kemenko PMK: Pelaksanaan PKA ke-8 Sarana Masyarakat Aceh Lestarikan Budaya

Bisniskita.id | Banda Aceh - Deputi Bidang Koordinasi Revolusi...

Mudik Menggunakan Bus Masih Favorit

Terminal Tipe A, Batoh, Kota Banda Aceh mulai dipadati...

Menteri Ekonomi Kreatif: Ucycle Fashion Kunci Masa Depan Ekonomi Kreatif Indonesia

Bisnisia.id | Banda Aceh - Menteri Ekonomi Kreatif, Teuku...