Bisniskita.id |Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong potensi besar dalam produksi hasil hutan seperti kayu dan rotan untuk meningkatkan nilai tambah dan efek pengganda bagi perekonomian.
Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika, mengatakan bahwa Peningkatan nilai tambah produk hasil hutan melalui hilirisasi akan mampu membuka lebih banyak lapangan kerja, meningkatkan ekspor, menghasilkan devisa, meningkatkan pendapatan negara, serta mendongkrak pertumbuhan ekonomi.
“Selain itu, di sisi investasi juga terjadi peningkatan untuk industri hilir berbasis hasil hutan sejak 2015-2022. Pada tahun 2015, investasi industri hilir berbasis hasil hutan sebesar Rp16,5 Triliun, dan meningkat signifikan menjadi Rp43,97 Triliun pada 2022,” ungkap Putu di Jakarta, pada Jumat (01/09/2023).
Menurut data BPS (2021), Indonesia memiliki dua komoditas utama dalam hutan, yaitu kayu dan non-kayu. Produksi kayu bulat Indonesia mencapai 64 juta meter kubik. Selain itu, Indonesia juga menjadi penghasil 80% bahan baku rotan dunia.
Daerah-daerah penghasil rotan terdapat di berbagai pulau, terutama di Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatera. Kebijakan larangan ekspor kayu bulat dan rotan mentah mendukung pengembangan industri hilir berbasis hasil hutan. Pada dekade 1970-an, Indonesia masih melakukan ekspor bahan baku dari hutan alam. Kemudian, pada dekade 1980-an, upaya hilirisasi komoditas kehutanan dimulai dengan produksi dan ekspor kayu lapis.