BISNISIA, SIMEULUE – Sumber Daya Alam (SDA) laut, khususnya jenis lobster menjadi perhatian khusus pihak Pemerintah Kabupaten Simeulue, untuk pengembangan secara spesifik serta rutin diekspor keluar daerah, guna memenuhi permintaan konsumen juga memiliki daya jual yang tinggi.
Hal itu disampaikan Pj Bupati Simeulue, Teuku Reza Fahlevi, saat meninjau salah satu tempat usaha penampung, budidaya dan penangkaran sementara lobster yang berada di Teluk Sinabang, Kecamatan Simeulue Timur, Kabupaten Simeulue, Minggu (28/7/2024).
“Potensi lobster salah satu SDA laut di sektor perikanan ini, menjadi perhatian khusus kita. Sebab lobster selain memiliki daya jual yang cerah, juga dengan konsumen dalam negeri hingga konsumen luar negeri,” kata Pj Bupati Simeulue, dalam keterangan tertulis Humas Pemkab Simeulue, Senin (29/7/2024).
Menurut Teuku Reza Fahlevi, lobster menjadi perhatian khusus juga didukung dengan letak geografis pulau Simeulue yang dikelilingi lautan, yang tentunya bila dikelola secara baik dan benar, maka akan memberikan dampak peningkatan perekonomian warga.
Sementara, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Simeulue, Carles, juga tidak menampik potensi SDA perikanan, khususnya lobster yang saat ini menjadi salah satu sumber utama mata rantai kehidupan dalam peningkatan perekonomian warga maupun nelayan.
“Didukung dengan geografis Pulau Simeulue, yang dikelilingi lautan, maka potensi sektor perikanan yang menjanjikan, terutama lobster menjadi perhatian khusus. Konsumen dan pangsa pasar lobster ini dengan prospek yang cerah dan menjanjikan,” kata Carles.
Carles menambahkan tingkat produksi lobster pada 2023 silam, sebanyak 271.480 ekor lobster atau setara 36.285 kilogram, dengan volume pemasaran untuk memenuhi konsumen ke luar daerah atau ekspor sebanyak 258.552 ekor lobster atau setara 34.557 kilogram.
Sedangkan harga lobster persatu kilogram juga bervariasi yang menyesuaikan jenis dan ukuran lobster, yakni lobster jenis kipas, lobster batu, lobster batik, lobster bambu dan lobster pasir, dibenderol dengan terendah Rp150.000 persatu kilogram hingga dengan harga tertinggi yakni Rp500.000 persatu kilogram.
Sedangkan lobster yang memiliki harga spesifik dan komersial yakni lobster jenis mutiara atau sering disebut warga lokal lobster maradona, yang juga hidup berkembang biak diperairan laut pulau Simeulue, dengan harga banderol lebih dari Rp1 juta per kilogram.
Carles kembali merincikan, di Pulau Simeulue ada empat titik lokasi usaha pembudidaya dan penampung lobster. Untuk musim puncak penangkapan lobster pada September, Oktober, November, Desember, Januari, Februari dan Maret, sedangkan musim kurang penangkapan lobster yakni pada April, Mei, Juni, Juli, dan Agustus.
“Potensi perikanan sangat bagus dan menjanjikan, namun juga ada kendala, yakni kurangnya frekuensi penerbangan pesawat keluar daerah untuk mengangkut hasil laut. Minimnya sarana alat penangkap lobster, perlunya pelatihan perikanan khusus lobster seperti sistem penangkapan, sistem budi daya dan pemasaran, termasuk minimnya teknologi dan Penyediaan Keramba Jaring Apung (KJA) khusus lobster dan terakhir fluktuasi harga,” imbuh Carles.