Bisnisia.id, Bireuen – Dalam semangat Idulfitri 1446 Hijriah, Wakil Gubernur Aceh Fadhlullah bersama sang istri, Mukarramah, bersilaturahmi ke kediaman ulama kharismatik Tgk. H. Sofyan Mahdi atau yang akrab disapa Abon Arongan, di komplek Dayah Tauthiatuth Thullab, Gampong Arongan, Kecamatan Simpang Mamplam, Jumat (4/4/2025).
Pertemuan antara pemimpin daerah dan tokoh ulama tersebut berlangsung dalam suasana hangat dan penuh kekeluargaan. Dalam dialognya, Fadhlullah atau Dek Fadh berbagi kabar tentang program kerja Pemerintah Aceh, khususnya terkait penguatan Syariat Islam.
“Abon, pada malam Nuzulul Qur’an, tepat 17 Ramadhan lalu, Pak Gubernur menerbitkan Instruksi Gubernur Nomor 1 Tahun 2025 tentang pelaksanaan salat fardhu berjamaah bagi ASN dan masyarakat, serta program mengaji di setiap satuan pendidikan,” ujar Dek Fadh.
Ia menegaskan bahwa kebijakan tersebut merupakan wujud nyata dari visi-misi kepemimpinan Mualem-Dek Fadh sejak masa kampanye. “Kami sangat berharap dukungan dari Abon dan para ulama untuk bersama-sama memperkuat pelaksanaan Syariat Islam di Aceh.”
Wagub menjelaskan bahwa salat berjamaah tidak hanya sebagai ibadah, tetapi juga perekat sosial antar sesama umat. Sementara program mengaji di sekolah bertujuan membentuk generasi muda yang unggul dalam ilmu dan kokoh dalam akhlak.
“Mohon doa dan dukungan Abon agar kami mampu mengemban amanah ini, dan mewujudkan Aceh yang Islami, maju, dan bermartabat,” ujarnya tulus.
Kunjungan itu ditutup dengan ucapan terima kasih kepada Abon dan seluruh dewan guru Dayah Tauthiatuth Thullab atas sambutan yang hangat. Sebelum berpamitan, Wagub dan istri juga menyempatkan diri menjenguk istri Abon Arongan, Hj. Ainul Mardiah, yang sedang dalam keadaan kurang sehat.
Menanggapi kunjungan tersebut, Abon Arongan menyatakan dukungannya terhadap pemerintahan Mualem-Dek Fadh.
“Semoga Pak Gubernur dan Pak Wagub selalu diberikan kesehatan dan kekuatan untuk menjaga Aceh serta menegakkan Syariat Islam. Terima kasih atas kunjungan hari ini,” tutur Abon.
Momen silaturahmi ini menjadi penanda eratnya hubungan antara ulama dan umara dalam membangun Aceh yang lebih baik di masa depan.