Bisnisia.id | Banda Aceh – usia 29 tahun, Anne April telah membangun klinik kecantikan di jalan Prof Ali Hasymi, Pango Raya, Kecamatan Ulee Kareng Banda Aceh. Klinik yang pada awalnya diberi nama Sister Studio bukan sekadar tempat perawatan kecantikan, tetapi juga menjadi wadah pemberdayaan bagi para pemuda putus sekolah dan penyandang disabilitas. Sebagai pemilik dan pendiri, Anne memiliki tujuan tidak hanya menyediakan layanan kecantikan berkualitas, tetapi juga memberikan kontribusi sosial kepada masyarakat.
Anne yang lahir dan besar di Pulau Jawa dan telah lama menekuni bidang kecantikan sejak duduk di bangku SMA.
Tahun 2018 menjadi titik balik dalam hidup Anne. Setelah menikah dengan pria asal Aceh, ia memutuskan untuk pindah ke Banda Aceh. Di sinilah ia mendirikan Sister Studio, yang kemudian berkembang menjadi Sister Glow. Klinik pertama dibuka di rumah kontrakan, dengan layanan utama eyelash extension.
“Awalnya saya hanya mencoba peruntungan dari rumah. Ternyata, banyak yang tertarik. Saya pun memberanikan diri untuk membuka klinik yang lebih besar dan lengkap,” ujarnya.
Keunikan Sister Glow terletak pada komitmennya dalam memberdayakan penyandang disabilitas yang sudah dibina dari Dinas Sosial di Ladong, Aceh besar. Anne merekrut dua terapis tunanetra yang bekerja sebagai pemijat di beauty bar Sister Glow. Beauty bar ini menyediakan layanan kecantikan seperti salon dan pijat terapis.
Menurut Anne, keterampilan pijat para tunanetra ini sangat baik karena mereka memiliki indera peraba yang lebih sensitif.
“Orang-orang kadang kurang percaya diri dipijat oleh tunanetra, padahal kelebihan mereka itu luar biasa. Sayangnya, masih ada stigma di masyarakat sehingga banyak yang ragu kalau dipijat sama mereka,” kata Anne.
Menurut Anne, belum ada klinik kecantikan atau spa yang memberdayakan tunanetra sebagai karyawan dan belum ada spa yang khusus tunanetra.
“Karena belum pernah ada spa atau tempat pijat modern, terapisnya khusus tunanetra. Rata-rata tempat pijat tunanetra terkesan kurang kurang bersih. Kita kan sering liat ya tunanetra di jalan. Ada yang bawa gerobak, pijat keliling. Jadi disini kita kasih wadah untuk mereka menyalurkan bakat mereka sambal mencari penghasilan,” ungkapnya.
Selain tunanetra, Anne juga memberikan kesempatan kerja bagi pemuda yang putus sekolah atau yang tilak mampu melanjutkan kuliah.
“Kami memiliki anak-anak muda yang putus sekolah, tidak melanjutkan kuliah, atau yang datang dari latar belakang ekonomi sulit. Mereka bisa belajar dan mencari rezeki disini,” ungkap Anne.
Anne berharap dapat membantu lebih banyak orang yang berkebutuhan khusus untuk mendapatkan pekerjaan dan keterampilan yang layak.
Meski memiliki niat mulia, Anne mengakui bahwa tantangan terbesar adalah stigma dari masyarakat. Banyak pelanggan yang masih enggan dipijat oleh terapis tunanetra karena merasa canggung atau kurang nyaman.
“Kadang kami tidak memberi tahu pasien bahwa terapisnya tunanetra, dan ketika mereka tahu, mereka kaget dan komplain kenapa terapisnya tunanetra. Padahal menurut saya, pijatan mereka sangat baik,” ujarnya.
Anne berharap, usahanya dapat mengubah pandangan masyarakat Aceh terhadap disabilitas. Menurutnya, sudah saatnya masyarakat lebih terbuka dan mendukung para penyandang disabilitas untuk berkarya.
“Di sini masih banyak yang menganggap aneh atau bahkan geli. Padahal, mereka punya kemampuan dan kelebihan yang luar biasa,” tegasnya.
Anne April melalui Sister Glow tidak hanya memberikan layanan kecantikan, tetapi juga menjadi agen perubahan di Banda Aceh. Usahanya menunjukkan bahwa bisnis kecantikan dapat menjadi lebih inklusif dan berdampak positif bagi masyarakat.