Bisnisia.id | Banda Aceh – PT Pembangunan Aceh (PEMA) meyakinkan calon investor untuk mau menanam modal guna menghidupkan kembali proyek Kertas Kraf Aceh (KKA), yang telah lama mati. Mereka menargetkan tahun 2025, perusahaan yang dibangun 1985 itu akan beriperasi kembali pada 2025.
KKA, yang pernah menjadi salah satu ikon ekonomi Aceh, terhenti sejak 2007 dan kini sedang dalam proses lelang oleh PPA (Perusahaan Pengelola Aset Negara). PT KKA berada di Kabupaten Aceh Utara. Perusahaan itu mematikan mesinnya lantaran pasokan gas kala itu kian seret.
Direktur Komersial PT PEMA, Almer Hafis Sandy menjelaskan bahwa PEMA telah melakukan studi kelayakan (FS) dan berkoordinasi dengan calon investor, termasuk salah satu perusahaan kertas kraf terkemuka di dunia, untuk mereaktivasi pabrik KKA.
“Jika proyek ini sukses, tahun 2025 dapat menjadi tahun kebangkitan kembali KKA dan menyerap sekitar 13 juta meter kubik gas dari produksi di Aceh,” kata Almer dalam Diskusi bertajuk ‘Potensi Migas di Era Energi Terbarukan: Bagaimana Aceh Beradaptasi?’ yang digelar oleh Jurnalis Ekonomi Aceh (JEA) di Vesco Coffee, Banda Aceh, Selasa (10/12/2024).

Selain KKA, Perusahaan plat merah tersebut juga tengah fokus pada pengelolaan kawasan ekonomi khusus (KEK) Arun yang saat ini dikelola oleh PT Patriot Nusantara Aceh. KEK Arun ini dikelola oleh konsorsium PEMA, Pertamina, Pelindo, dan Pupuk Iskandar Muda sejak 2017.
Menurut Sandy, meskipun sejak 2017 PT Patriot hanya berperan sebagai administrator, rencana akselerasi akan dilakukan mulai 2025 untuk menyelesaikan permasalahan pengelolaan kawasan ini.
Sandy menambahkan bahwa Aceh memiliki potensi besar dalam industri hilir migas. “Salah satu proyek hilirisasi migas yang sedang kami jalankan adalah Kertas Kraf Aceh. Ini adalah salah satu tonggak sejarah bagi Aceh yang belum memiliki pabrik sejenis di Indonesia,” jelasnya.
Proyek ini, jika berhasil, akan membuka peluang baru bagi investasi di sektor energi dengan harga gas yang lebih kompetitif di wilayah Sumatera Utara.
Selain itu, PEMA juga tengah mengurus wilayah usaha untuk penyediaan tenaga listrik melalui anak usaha, Pema Daya, yang akan memanfaatkan gas dari Arun untuk mengaktifkan kembali gas turbin di kawasan tersebut.
“Proyek ini tidak hanya berfokus pada pengelolaan KEK, tetapi juga dalam memanfaatkan potensi energi di Aceh untuk mendukung pertumbuhan ekonomi lokal,” tambah Sandy.
PT PEMA yakin dapat membuka peluang baru bagi investasi di Aceh dan menarik lebih banyak perhatian investor, termasuk dari sektor industri.
Sandy menegaskan bahwa PEMA akan terus berkomitmen untuk memperkuat infrastruktur dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi investasi, sehingga Aceh dapat menjadi destinasi investasi yang menarik di masa depan.