Di pesisir Lamkuweuh, Banda Aceh, Mahfud menekuni budidaya kepiting soka bersama pamannya. Setiap hari, ia dengan saksama memeriksa keramba dan memastikan kualitas air serta kondisi kepiting tetap terjaga. Namun, budidaya ini penuh ketidakpastian. Mulai dari bibit mahal hingga risiko kematian kepiting, setiap tahap membutuhkan biaya dan tenaga besar.
Kepiting soka, dengan harga jual sekitar 110 ribu rupiah per kilogram, memiliki pasar yang luas. Namun, keuntungan sering kali tak sebanding dengan investasi. Ketahanan mental dan fisik menjadi modal utama Mahfud dalam menghadapi setiap panen yang tidak menentu. Meski panen kali ini tidak memuaskan, ia tetap optimis.
Ke depan, Mahfud berharap dapat memperluas usaha ini dengan menambah keramba dan memperbaiki fasilitas budidaya. Baginya, usaha ini bukan sekadar mata pencaharian, tetapi juga tanggung jawab moral terhadap keluarga dan lingkungan.