BISNISIA.ID – PT Pembangunan Aceh (PEMA), perusahaan milik daerah, akan menjual cangkang sawit ke Jepang yang direncanakan dimulai pada Februari 2025. Selain itu, perusahaan milik Pemprov Aceh itu juga berusaha untuk membangun pabrik minyak goreng.
Manajer Industri dan Perdagangan PT PEMA, Sadikin Nugraha, mengungkapkan bahwa PT PEMA sedang mempersiapkan ekspor cangkang sawit ke Jepang yang ditargetkan mulai pada bulan Februari tahun depan. Rencana ekspor ini merupakan bagian dari upaya PEMA memperluas pasar global dan meningkatkan pendapatan daerah.
“Pasar pertama kami sudah ada pembeli dari Jepang. Mereka datang sekitar empat bulan lalu. Target kami pada Februari sudah bisa memulai ekspor ke Jepang,” ungkap Sadikin.
Menurut Sadikin, target ekspor cangkang sawit mencapai 10.000 ton per bulan, dengan total sekitar 100.000 ton per tahun. Meskipun volume cangkang sawit di Aceh mencapai 800.000 ton per tahun, PT PEMA menargetkan menguasai sekitar 12% dari total pasar.
“Yang penting adalah semua cangkang sawit di Aceh dapat diekspor, sehingga dapat membawa pendapatan bagi daerah, baik melalui pajak maupun pendapatan langsung lainnya,” tambahnya.
PT PEMA Global Service, salah satu anak usaha PT PEMA yang berfokus pada perdagangan dan jasa, akan menjalankan bisnis ini. Selain sektor sawit, unit ini juga memiliki beberapa proyek lain, termasuk di sektor perikanan dan migas.

“Progres rencana pembangunan pabrik minyak goreng juga terus berjalan. Proyek ini sudah direncanakan sejak 2022, dan kami berharap dapat segera merealisasikannya,” jelas Sadikin.
Untuk membangun pabrik minyak goreng dibutuhkan modal yang besar, oleh karena itu PEMA membuka diri untuk bermitra dengan investor. Selain itu, diperlukan jaminan ketersediaan CPO (crude palm oil) sebagai bahan baku pabrik minyak goreng.
“Banyak pabrik kelapa sawit di Aceh telah menandatangani kontrak jangka panjang dengan pembeli internasional, sehingga menyulitkan PT PEMA mendapatkan pasokan CPO,” ujar Sadikin.
Sadikin menambahkan, operasional satu pabrik minyak goreng di Aceh hanya membutuhkan sekitar 5-10% dari total produksi CPO di Aceh. PEMA akan menjajaki kerja sama dengan pabrik kelapa sawit (PKS) agar dapat menjual sebagian CPO kepada PT PEMA.
PT PEMA juga menjalin kerja sama dengan Bumdesma (Badan Usaha Milik Desa Bersama) di Kabupaten Aceh Jaya. Desa-desa yang tergabung dalam Bumdesma bersedia menjual CPO kepada PEMA, sehingga rencana pembangunan pabrik minyak goreng dapat diwujudkan.
“Harapannya, pabrik ini dapat menjadi salah satu sumber CPO untuk produksi minyak goreng tanpa mengganggu pasokan PKS lainnya,” katanya.
Namun, proyek ini menghadapi kendala modal. Sadikin menjelaskan bahwa modal yang dikumpulkan dari desa-desa melalui Bumdesma belum sepenuhnya terkumpul, sehingga pembangunan pabrik tertunda.
Di sisi lain, PT PEMA terus berupaya menarik minat investor untuk terlibat dalam pembangunan pabrik minyak goreng di Aceh. Menurut Sadikin, lokasi pabrik yang direncanakan berada di kawasan industri Kia Ladong, Aceh Besar, sangat strategis. Mereka menawarkan kemudahan kepada investor, seperti tax holiday dan sewa lahan yang murah. PT PEMA optimistis bahwa investor akan tertarik dengan peluang bisnis di Aceh, terutama dengan adanya infrastruktur dan regulasi yang mendukung.
“Kami sudah siap secara teknis dan pasar. Sekarang tinggal menunggu investor yang serius untuk segera merealisasikan proyek ini. Jika semuanya berjalan sesuai rencana, pabrik minyak goreng dapat beroperasi dalam satu atau dua tahun ke depan,” tutupnya.