Dua pekerja menuangkan cairan cincau ke dalam loyang dari wadah besar sebelum proses pendinginan. Produksi cincau meningkat drastis selama bulan Ramadhan untuk memenuhi kebutuhan pasar yang tinggi. Foto diambil di Gampong Laksana, Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh, pada Senin (3/3/2025). Foto: Wenronga/Bisnisia.id.
Bisnisia.id | Banda Aceh – Selama bulan Ramadhan, produksi cincau di Banda Aceh mengalami lonjakan signifikan seiring dengan meningkatnya permintaan masyarakat yang menjadikannya sebagai minuman favorit untuk berbuka puasa.
Yuk Fa, seorang pengusaha cincau di Gampong Laksana, Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh, mengungkapkan bahwa produksi cincau selama Ramadhan 1446 H meningkat drastis dibandingkan hari biasa.
“Selama Ramadhan, kami memproduksi hingga 400 kaleng cincau per hari. Padahal, di hari-hari biasa, produksi hanya berkisar 40 hingga 50 kaleng saja,” ujar Yuk Fa, pada Senin (3/3/2025).
Loyang-loyang berisi cincau yang baru selesai diproses tampak menghitam dengan tekstur khasnya. Foto diambil di Gampong Laksana, Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh, pada Senin (3/3/2025). Foto: Wenronga/Bisnisia.id.
Cincau dikenal sebagai salah satu minuman penyegar yang banyak diburu saat berbuka puasa karena teksturnya yang lembut serta kemampuannya menghilangkan dahaga dengan cepat. Selain itu, cincau sering dijadikan campuran dalam berbagai minuman khas Ramadhan seperti es campur, es teler, hingga aneka minuman manis lainnya.
Seorang pekerja sedang mengaduk campuran daun cincau yang telah direbus dalam wadah besar di dapur produksi cincau di Gampong Laksana, Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh. Proses ini bertujuan untuk mendapatkan ekstrak cincau sebelum didinginkan hingga mengeras. Foto diambil pada Senin (3/3/2025). Foto: Wenronga/Bisnisia.id.
Peningkatan produksi ini tidak hanya berdampak pada bisnis cincau, tetapi juga memberikan kontribusi positif terhadap ekonomi lokal. Banyak pekerja tambahan direkrut untuk membantu proses produksi dan distribusi, menciptakan lapangan pekerjaan sementara yang sangat berarti bagi masyarakat setempat.
Produksi cincau ini dilakukan di rumah produksi keluarga yang telah menjalankan usaha turun-temurun. Foto diambil di Gampong Laksana, Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh, pada Senin (3/3/2025). Foto: Wenronga/Bisnisia.id.
Dengan kualitas produk yang tetap terjaga serta permintaan yang terus meningkat, produsen cincau di Banda Aceh berkomitmen untuk mempertahankan tradisi pembuatan cincau yang autentik. Mereka juga terus berinovasi agar produk cincau tetap menjadi pilihan utama masyarakat selama bulan suci Ramadhan.
Selama bulan Ramadhan, produksi cincau meningkat drastis untuk memenuhi permintaan pasar yang tinggi sebagai minuman favorit berbuka puasa. Foto diambil di Gampong Laksana, Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh, pada Senin (3/3/2025). Foto: Wenronga/Bisnisia.id.Loyang-loyang berisi cairan cincau yang baru saja dituangkan disusun rapi untuk melalui proses pendinginan sebelum dipotong dan dikemas. Produksi cincau ini meningkat menjelang bulan Ramadhan untuk memenuhi kebutuhan pasar. Foto diambil di Gampong Laksana, Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh, pada Senin (3/3/2025). Foto: Wenronga/Bisnisia.id.Seorang pekerja menuangkan larutan ke dalam wadah besar sebagai bagian dari proses pembuatan cincau. Proses ini dilakukan di dapur produksi tradisional yang masih menggunakan teknik manual dengan bantuan alat pengaduk otomatis. Foto diambil di Gampong Laksana, Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh, pada Senin (3/3/2025). Foto: Wenronga/Bisnisia.id.