Desa Pulo, Kecamatan Kuala Pesisir, Kabupaten Nagan Raya, dianugerahi kekayaan hasil laut yang melimpah. Namun, minimnya pengetahuan dahulu membuat sebagian besar hasil tangkapan ikan terbuang sia-sia.
Kini, dari desa sederhana tersebut, lahir produk olahan hasil laut berkelas yang menjadi kebanggaan masyarakat.
Terletak sekitar 18 kilometer dari ibu kota Nagan Raya, Suka Makmue, Desa Pulo adalah desa pesisir sederhana yang kini mencatatkan namanya di peta nasional sebagai simbol transformasi menuju desa maritim berkelanjutan.
Program pemberdayaan ekonomi warga pesisir yang digagas oleh Universitas Teuku Umar (UTU) Aceh Barat telah membawa perubahan signifikan bagi perekonomian desa.
Eka Fitriani (48), anggota kelompok pemberdayaan ekonomi “Meusare,” menerima kunjungan tim Bisnisia.id pada Kamis (9/1/2025). Hari itu tidak ada aktivitas produksi karena seluruh produk olahan ikan yang dibuat pekan lalu telah habis terjual. “Produksi saat ini terhenti sementara karena kami masih menunggu pasokan bahan baku,” ujar Eka.
Eka menceritakan perjalanan kelompok Meusare sejak awal berdiri pada Juni 2024. Meski sempat ragu, kini mereka optimis bahwa produk olahan hasil laut seperti camilan akan terus berkembang.

Sebagian besar warga Desa Pulo berprofesi sebagai nelayan. Ikan cirik kecil dan udang rebon, yang dahulu sering dibuang karena tidak laku atau hanya dijual murah, kini diolah menjadi produk unggulan desa.
“Awalnya ikan cirik sering dibuang karena tidak laku, dan udang rebon hanya kami keringkan lalu dijual murah,” kenang Eka.
Segalanya berubah ketika tim Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa) dari UTU hadir dan memperkenalkan teknologi pengolahan hasil laut yang lebih modern.
Kini, melalui pendampingan intensif, warga mengolah ikan cirik menjadi camilan “Cirik Crispy” dan udang rebon menjadi abon serta nugget. Produk-produk ini tidak hanya dipasarkan di warung lokal, tetapi juga mulai menembus pasar yang lebih luas melalui bantuan media sosial.
“Kami dulu hanya menitipkan produk ke warung-warung sekitar desa. Sekarang pemasaran sudah berkembang berkat pendampingan tim PPK,” tambah Eka.
Produk olahan udang lokal berhasil menarik perhatian masyarakat melalui tiga varian utama, nugget udang dijual Rp 18.000 per kemasan. Kemudian cirik crispy ukuran 100 gram dijual Rp13.000 per kemasan dan ukuran 250 gram dijual Rp 18.000. Sedang abon udang ukuran 100 gram diharga Rp13.000 dan ukuran 250 gram dibanderol Rp 18.000 per kemasan. Hanya dalam tiga bulan mereka mampu menjual sekitar 200 kemasan.
Penjualan ini mencerminkan antusiasme konsumen terhadap produk berbahan dasar udang, terutama varian Cirik Crispy dan Abon Udang yang terbukti memiliki peminat lebih besar. Dengan pengelolaan yang terus berinovasi, produk-produk ini diharapkan dapat menjangkau lebih banyak konsumen di masa mendatang.
Pendapatan hasil penjualan sebelumnya tidak dibagikan dulu, tetapi dijadikan modal tambahan agar produksi semakin besar.
Ketua Tim PPK Ormawa UTU, Rahmi Indah Sari, menjelaskan bahwa dukungan pendanaan dari Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) senilai Rp33 juta serta hibah kampus digunakan untuk pelatihan, pengadaan alat produksi, dan kemasan produk.

Namun, kebutuhan yang besar mendorong tim PPK mengajukan audiensi dengan Pemerintah Kabupaten Nagan Raya. Hasilnya, pemerintah menyediakan alat produksi seperti freezer dan perlengkapan operasional lainnya.
“Untuk keberlanjutan usaha ini, kami telah bekerja sama dengan dinas terkait, seperti Dinas Perdagangan, untuk pengurusan izin BPOM dan pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual (HKI) agar produk ini dapat terus dikembangkan,” ujar Sekretaris Tim PPK, Roza Amalia.
Selain itu, generasi muda Desa Pulo juga dilibatkan dalam program “Sekolah Lansar Pesisir,” sebuah inisiatif edukasi pengolahan hasil laut yang didukung oleh Dinas Perpustakaan Nagan Raya.
Kini, produk-produk seperti Nugget Udang dan Cirik Crispy telah menjadi andalan Desa Pulo, meningkatkan perekonomian masyarakat dan memperkuat identitas desa sebagai desa maritim berkelanjutan.
Transformasi ini membuktikan bahwa potensi lokal yang digarap dengan baik mampu mengubah kehidupan masyarakat pesisir secara ekonomi dan sosial. Modal hasil penjualan produk terus diputar untuk pengembangan usaha, memastikan keberlanjutan Desa Pulo sebagai desa maritim yang mandiri dan berdaya saing.