Bisnisia.id, Banda Aceh — Di balik pintu tertutup ruang rapat Sekretaris Daerah Aceh, Senin pagi itu, denyut kerja nyata pemerintahan terus berdetak. Muhammad Nasir, Pelaksana Tugas Sekda Aceh, memimpin langsung koordinasi penting bersama Kepala BPKP Aceh, Supriyadi, dan jajaran kepala SKPA. Tujuannya satu: mempercepat penyerahan Rumah Sakit Regional di Aceh Tengah kepada pemerintah kabupaten setempat.
Rapat itu tak sekadar agenda rutin birokrasi. Di dalamnya, terselip harapan besar untuk masyarakat pedalaman Gayo—yang selama ini harus menempuh jarak berjam-jam demi mendapatkan layanan kesehatan yang memadai.
“Kita ingin rumah sakit ini segera berfungsi optimal. Maka dalam dua hari ke depan, semua dokumen pendukung harus selesai,” kata Nasir, menegaskan arah langkah yang akan diambil.
Ia menyebut Dinas Kesehatan Aceh diminta menyiapkan seluruh data pembangunan rumah sakit, mulai dari daftar aset hingga kelengkapan fasilitas. Sementara BPKA bergerak cepat merampungkan dokumen serah terima dan mengurus rekomendasi dari DPR Aceh.
Menyiapkan Langkah di Lapangan
Hari Minggu mendatang, tim gabungan dari Pemerintah Aceh dan BPKP akan turun langsung ke lokasi. Mereka tak sekadar melihat, tapi akan melakukan inventarisasi detail terhadap seluruh item aset rumah sakit, dari kondisi fisik hingga ketersediaan alat dan perlengkapan medis.
“Tinjauan ini sangat penting agar kita tahu betul apa yang harus dilengkapi. Setelah itu, semua rekomendasi dari BPKP akan langsung ditindaklanjuti,” ujar Nasir.
Ia menambahkan, fasilitas yang belum sempurna akan dilengkapi sebelum diserahkan kepada Pemkab Aceh Tengah. Tidak hanya bangunan, Pemerintah Aceh juga berkomitmen menyiapkan anggaran untuk pengadaan alat kesehatan demi memastikan layanan bisa langsung berjalan setelah serah terima.
Rumah Sakit untuk Kawasan Tengah Aceh
RS Regional Aceh Tengah dirancang bukan hanya untuk kabupaten itu saja. Rumah sakit ini akan menjadi tumpuan layanan kesehatan bagi warga Bener Meriah, Gayo Lues, hingga Aceh Tenggara. Targetnya, RS ini bisa menjadi rumah sakit tipe A—kelas tertinggi dalam sistem rumah sakit Indonesia.
“Kita ingin masyarakat di kawasan tengah Aceh punya akses yang setara terhadap layanan kesehatan berkualitas. Tidak perlu lagi ke Banda Aceh atau Medan untuk kasus-kasus berat,” kata Nasir.
Ia juga memastikan bahwa proyek ini bukan langkah tunggal. Empat rumah sakit regional lainnya—di Bireuen, Langsa, Aceh Barat, dan Aceh Selatan—sedang dikebut penyelesaiannya.
Soliditas Antarinstansi
Rapat koordinasi hari itu dihadiri tokoh-tokoh kunci di bidang pembangunan dan pengawasan. Terlihat hadir Kepala Dinas Kesehatan Aceh, Munawar; Kepala BPKA, Reza Saputra; Kepala Dinas Perkim Aceh, T. Aznal Zahri; dan Kepala Inspektorat Aceh, Jamaluddin. Masing-masing membawa tanggung jawab, dan bersama-sama menyusun langkah konkret agar rumah sakit itu tidak sekadar menjadi bangunan megah—tetapi pusat harapan baru bagi rakyat di dataran tinggi Aceh.