Bisnisia.id | Banda Aceh – Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Prof Stella Christie, memaparkan hasil penelitian inovatif dari Aceh yang berpotensi mengubah wajah ekonomi lokal. Ia mengungkapkan penelitian terkini tentang pemanfaatan limbah tulang ikan tuna menjadi kolagen, sebuah produk bernilai ekonomi tinggi.
“Setiap tiga ton ikan tuna yang diproses, sekitar 50% di antaranya menjadi limbah seperti tulang dan kulit. Namun, penelitian membuktikan bahwa limbah ini sangat bernilai. Dari 40 gram tulang dan kulit tuna saja, kita bisa menghasilkan 3,8 gram hingga 4,56 gram kolagen,” ujar Prof. Stella, Senin (23/12/2024).
Kolagen, komponen utama dalam produk kosmetik dan kesehatan, merupakan bahan yang sangat dicari di pasar internasional. Prof. Stella menekankan bahwa kolagen yang diekstrak dari tulang ikan tuna memiliki komposisi kimia serupa dengan kolagen komersial berbasis glisin dan prolin.
“Ini membuktikan bahwa sampah pun dapat menjadi sesuatu yang berharga jika dikelola dengan tepat,” tambahnya.
Para periset di Universitas Syiah Kuala (USK) telah melakukan terobosan ini yakni mengubah limbah tuna menjadi produk kecantikan. Produk ini diberi nama Ocean Pure, facial wash inovatif berbahan aktif kolagen dari tulang ikan tuna.

Produk ini hadir sebagai solusi kesehatan kulit wajah, dengan manfaat utama memperlambat tanda-tanda penuaan melalui kolagen berkualitas tinggi yang memiliki bioavailabilitas tinggi dan mudah diserap kulit. Ocean Pure dirancang dengan teknologi ekstraksi ramah lingkungan, sehingga tidak hanya memberikan manfaat estetika tetapi juga mendukung keberlanjutan. Peluncuran produk ini merupakan hasil kolaborasi intensif antara USK dan PT Yagi Natural Indonesia dengan pendanaan Matching Fund-Kedaireka
Prof Stella optimistis bahwa penelitian ini dapat menciptakan siklus ekonomi berkelanjutan di Aceh.
“Dari limbah tuna yang sebelumnya dianggap tidak berguna, kita bisa menghasilkan kolagen yang bernilai tinggi. Tugas kami di kementerian adalah membantu penelitian ini agar berkembang menjadi industri yang menciptakan lapangan kerja dan membawa manfaat ekonomi langsung ke masyarakat lokal,” jelasnya.
Ia juga menyoroti pentingnya pengembangan teknologi untuk meningkatkan efisiensi produksi dan memperluas skala industri ini. Saat ini, riset masih dalam tahap pengembangan, namun langkah-langkah awal untuk memproduksi kolagen secara massal telah dimulai.
Sebagai daerah yang kaya akan sumber daya alam, Aceh memiliki peluang besar untuk memanfaatkan kekayaan lautnya melalui inovasi berbasis sains dan teknologi.
“Penelitian ini adalah bukti bahwa Aceh tidak hanya kaya akan sumber daya, tetapi juga memiliki talenta yang mampu mengubah tantangan menjadi peluang,” kata Prof Stella.
Dengan dukungan pemerintah, riset ini diharapkan tidak hanya meningkatkan nilai tambah bagi hasil laut Aceh, tetapi juga menciptakan dampak signifikan dalam mengentaskan kemiskinan dan memberdayakan masyarakat setempat.
Kolagen telah lama dikenal sebagai bahan utama dalam berbagai produk kesehatan dan kecantikan, mulai dari serum anti-penuaan hingga suplemen kulit. Dengan kualitas tinggi yang dihasilkan dari tulang ikan tuna, produk ini memiliki potensi besar untuk menembus pasar global.