Bisnisia.id | Dunia – Harga kopi mengalami lonjakan yang sangat signifikan dan mencatatkan rekor tertinggi, dengan tren ini diprediksi akan terus berlanjut dalam waktu yang cukup lama. Bahkan, para ahli memperkirakan bahwa komoditas kopi mungkin membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk pulih sepenuhnya.
Mengutip CNBC Indonesia, pada bulan Maret lalu, harga kopi Arabika mencapai rekor tertinggi harian sebesar 348,35 sen per pon, yang merupakan harga tertinggi dalam hampir lima dekade. Sebelumnya, harga kopi Arabika tercatat setinggi ini pada tahun 1977, yang disebabkan oleh salju yang menghancurkan area perkebunan besar di Brasil. Di sisi lain, harga kopi Robusta juga mengalami lonjakan yang signifikan, mencatatkan rekor tertinggi baru pada akhir November 2024.
Menurut Kepala Strategi Komoditas di Saxo Bank, Ole Hansen, lonjakan harga kopi ini dipicu oleh sejumlah faktor, terutama cuaca ekstrem yang memengaruhi produksi kopi di negara-negara penghasil utama. Brasil, sebagai produsen kopi terbesar di dunia, menghadapi kekeringan terburuk dalam 70 tahun pada bulan Agustus dan September 2024. Hal ini diikuti oleh hujan lebat pada bulan Oktober yang memicu kekhawatiran tentang kegagalan panen kopi.

“Kopi tumbuh di wilayah tropis yang terbatas, dan negara-negara produsen utama seperti Brasil, Vietnam, Kolombia, dan Ethiopia membuatnya sangat rentan terhadap kondisi cuaca buruk,” ujar Hansen. Ia menambahkan bahwa Brasil dan Vietnam saja menyumbang 56% dari pasokan kopi global.
Baca juga: Ketika Musim Penghujan di Gayo, Kopi Tak Kering, Toke Ngutang ke Petani
Kepala Ekonomi Perubahan Iklim dan Komoditas di Capital Economics, David Oxley, mengatakan bahwa cuaca buruk yang melanda Brasil akan membuat harga kopi terus melonjak dan diperkirakan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk pulih. “Sejarah menunjukkan bahwa harga kopi hanya akan turun jika pasokan kembali membaik dan stok kopi terisi kembali. Proses ini bisa memakan waktu bertahun-tahun, bukan berbulan-bulan,” ungkap Oxley.
Badan Pertanian Amerika Serikat (USDA) memperkirakan produksi kopi Brasil untuk tahun 2024 dan 2025 mencapai 66,4 juta kantong (setara dengan 60 kg per kantong), yang terdiri dari 45,4 juta kantong Arabika dan 21 juta kantong Robusta. Angka ini mengalami penurunan 5,8% dari proyeksi sebelumnya, yang disebabkan oleh pola cuaca tidak teratur yang mempengaruhi perkembangan tanaman, terutama pohon Arabika.
“Brasil akan mengalami panen Arabika kelima berturut-turut yang mengecewakan karena cuaca buruk,” kata Carlos Mera dari Rabobank. Menurut Mera, krisis iklim yang semakin parah memperburuk risiko produksi kopi global.

Kenaikan harga kopi yang signifikan juga berdampak pada produsen kopi besar dunia. Nestlé, pemilik merek kopi ternama seperti Nescafé dan Nespresso, mengumumkan bahwa mereka akan terus menaikkan harga kopi dan mengurangi ukuran kemasan untuk mengimbangi kenaikan biaya produksi.
“Seperti produsen lainnya, kami mengalami kenaikan biaya kopi yang signifikan, yang membuat produksi kami lebih mahal. Kami berusaha untuk meningkatkan efisiensi dan menyerap biaya yang meningkat semaksimal mungkin tanpa mengurangi kualitas dan rasa yang telah dikenal dan disukai konsumen,” ujar juru bicara Nestlé.
Dengan proyeksi harga kopi yang terus tinggi, para konsumen, produsen, dan analis pasar harus bersiap menghadapi harga yang lebih mahal dalam beberapa tahun ke depan.