BisnisKita.id | Jakarta – Konflik antara Israel dan Hamas di Gaza telah menyebabkan fluktuasi kecil dalam harga minyak mentah setelah mengalami penurunan selama tiga hari.
Hal ini disebabkan oleh kekhawatiran tentang gangguan pasokan di Timur Tengah yang berasal dari konflik Israel-Palestina di Gaza, sementara juga terdapat kekhawatiran tentang melambatnya permintaan di Eropa yang memengaruhi harga minyak.
Dikutip dari reuters.com, Minyak mentah berjangka Brent naik tipis 6 sen menjadi $88,13 per barel pada pukul 03.45 GMT, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS naik 1 sen menjadi $83,75 per barel.
Menurut data Euroilstock, Data aktivitas bisnis zona Euro secara mengejutkan mengalami penurunan pada bulan ini, menunjukkan bahwa blok tersebut mungkin akan masuk ke dalam resesi, sehingga menghambat prospek permintaan minyak. Secara keseluruhan, kilang-kilang minyak di kawasan ini mengonsumsi lebih sedikit minyak mentah dibandingkan tahun lalu di tengah lesunya pertumbuhan ekonomi.
Kepala ekonomi dan strategi di Mizuho Bank, unit perbankan ritel utama yang bermarkas di Tokyo, Jepang, Vishnu Varathan, mengatakan penurunan harga minyak menunjukkan setidaknya beberapa pelemahan dari sisi permintaan, bukan sepenuhnya disebabkan oleh ancaman gangguan pasokan terkait perang yang sedang diredakan.
“Tentu saja tidak cukup untuk menyatakan dengan yakin bahwa premi risiko geopolitik yang terkait dengan konflik Israel-Hamas telah hilang secara signifikan dan bertahan lama,” kata Varathan.
Negara-negara sedang berusaha mencapai gencatan senjata dalam konflik antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza untuk memungkinkan bantuan kemanusiaan disalurkan kepada warga Palestina yang terkepung. Pada hari Selasa, para pemimpin Amerika Serikat dan Arab Saudi membahas upaya untuk mencegah konflik tersebut meluas hingga kemungkinan melibatkan produsen utama seperti Iran.
Harga minyak mentah mungkin mendapat dukungan karena badan parlemen tertinggi di Tiongkok, importir minyak terbesar di dunia, menyetujui rancangan undang-undang untuk menerbitkan obligasi negara senilai 1 triliun yuan ($137 miliar) dan mengizinkan pemerintah daerah menerbitkan utang baru dari kuota tahun 2024 mereka untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.