BISNISIA.ID – Kerusakan hutan dan degradasi lingkungan tidak hanya mengancam keseimbangan ekosistem, tetapi juga berimplikasi langsung pada kehidupan masyarakat, terutama di kawasan pedesaan.
Badrul Irfan, Sekretaris Yayasan Hutan, Alam, dan Lingkungan Aceh (HAkA), mengungkapkan keprihatinan mendalam terhadap dampak kerusakan lingkungan yang mengarah pada bencana, yang pada akhirnya menimbulkan kerugian besar baik dalam bentuk material maupun non-material.
“Kita ketahui bahwa kerusakan lingkungan itu berujung pada bencana. Bencana yang muncul pasti menimbulkan kerugian, baik harta benda maupun nyawa. Dari segi ekonomi, kerugian yang dialami masyarakat sangat signifikan. Terutama para petani harus menanggung beban berat karena mereka tidak bisa mengolah lahan sawahnya seperti biasa,” kata Badrul.
Badrul menjelaskan bahwa kerugian yang dialami petani sangat nyata. Mereka tidak bisa mengolah lahan pertanian dengan baik akibat dampak kerusakan lingkungan.
“Misalnya, seorang petani yang tidak dapat mengolah sawahnya harus bergantung pada sumber daya yang terbatas. Mereka terpaksa menggunakan sisa-sisa hasil pertanian yang ada, sehingga mengurangi potensi pendapatan,” lanjut Badrul.

Badrul menceritakan tentang seorang ibu yang dia temui di Nagan Raya, yang berjuang menjaga kebun miliknya.
“Ibu ini menjual hasil kebunnya kepada sebuah perusahaan dan menjadi pegawai di sana. Meskipun dia mendapatkan penghasilan, taraf hidupnya tidak cukup tinggi. Sebelumnya, ia tidak perlu membeli banyak barang seperti beras, sayur, dan ikan karena dia memiliki tanah dan sawah yang cukup,” katanya.
“Dulu, lingkungan masih kaya akan sumber daya. Dia bisa mencari ikan di rawa dan tidak perlu membeli beras. Sekarang, dengan gaji yang minim, semua harus dibeli. Tentu saja, ini membuat kehidupan semakin sulit,” imbuh Badrul.
Menurutnya, dampak kerusakan lingkungan sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat. Ia menyebutkan bahwa banyak nilai ekonomi yang tidak terukur dalam hitungan uang, namun sangat berarti bagi kehidupan sehari-hari. Badrul menegaskan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan agar potensi ekonomi yang ada dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.
“Jika kita tidak menjaga alam, bagaimana kita bisa berharap generasi mendatang memiliki kehidupan yang lebih baik?” tanyanya.
Pendidikan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan menjadi salah satu fokus HAkA. Badrul menjelaskan bahwa program-program penyadaran terus dilakukan, baik untuk anak-anak, remaja, hingga orang dewasa.
“Kami berusaha mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan. Penyadaran ini perlu ditanamkan sejak dini agar mereka menyadari betapa berartinya lingkungan yang sehat bagi kehidupan,” jelasnya.
Selain itu, Badrul juga menjelaskan bahwa HAkA bekerja sama dengan berbagai universitas untuk menyusun kurikulum yang memasukkan pelajaran tentang lingkungan.
“Kami telah mengintegrasikan materi tentang lingkungan dalam kurikulum lokal, sehingga setiap minggu, siswa belajar tentang pentingnya menjaga alam. Di universitas, kami bekerja sama dengan UIN Ar-Raniry, USK, dan IAIN Lhokseumawe,” ujarnya.
Dalam beberapa tahun terakhir, data menunjukkan peningkatan intensitas bencana di Sumatera, yang sebagian besar berkaitan dengan kerusakan hutan. Badrul menekankan bahwa ada korelasi langsung antara kerusakan lingkungan dan kemiskinan. Meskipun Aceh mengalami penurunan angka kemiskinan sejak lima tahun terakhir, dari 15,32% menjadi 14,23% pada 2024, provinsi ini masih tercatat sebagai daerah dengan persentase kemiskinan tertinggi di Sumatera.
“Kemiskinan ini tidak hanya disebabkan oleh masalah ekonomi semata, tetapi juga terkait erat dengan kondisi lingkungan. Kerusakan hutan mempengaruhi mata pencaharian masyarakat, terutama di daerah pedesaan yang sangat bergantung pada hasil bumi. Jika hutan tidak dijaga, kita kehilangan potensi ekonomi yang sangat besar, yang seharusnya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat lokal,” lanjut Badrul.

Menurut data, daerah dengan tingkat kerusakan lingkungan yang tinggi juga merupakan wilayah yang memiliki tingkat kemiskinan yang tinggi.
“Data resmi menunjukkan bahwa daerah dengan tingkat kerusakan lingkungan yang tinggi juga menjadi wilayah dengan tingkat kemiskinan yang tinggi,” kata Badrul.
Ia berharap upaya yang dilakukan akan berdampak positif bagi lingkungan, khususnya untuk generasi mendatang.
“Dengan pengetahuan yang kami miliki, kami berusaha untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai dampak kerusakan lingkungan dan mendorong mereka untuk berpartisipasi dalam upaya pelestarian. Harapannya, generasi berikutnya lebih memahami pentingnya menjaga alam, karena merekalah yang akan merasakan dampaknya langsung di masa depan,” jelasnya.
Badrul mengakhiri wawancaranya dengan mengatakan agar semua pihak, baik pemerintah, masyarakat, maupun pihak swasta, dapat bekerja sama untuk menjaga kelestarian lingkungan.
“Kita harus melihat bahwa menjaga lingkungan adalah investasi untuk masa depan. Jika tidak, kerusakan ini akan terus berlanjut dan kita akan kehilangan potensi ekonomi yang sangat berharga,” pungkasnya.