Bisnisia.id | Aceh Barat – Menjelang bulan Ramadan, para petani di Kabupaten Aceh Barat mulai menanam semangka sebagai persiapan menghadapi permintaan pasar yang diprediksi meningkat. Komoditas ini menjadi pilihan utama karena buah semangka kerap menjadi favorit masyarakat saat berbuka puasa.
Asnaini (46), seorang pemilik kebun semangka di desa Peunaga Paya, Meureubo, Aceh Barat, mengatakan para pekebun semangka mulai menanam untuk persiapan Bulan Ramadhan.
“Produksi setiap panen diharapkan bisa mencapai kurang lebih satu ton,” ujar Asnaini kepada Bisnisia.id pada Jumat (17/01/2025).
Harga jual pun relatif stabil di kisaran Rp5.000 hingga Rp6.000 per kilogram.
“Kalau kita jual sendiri selama puasa, harga bisa lebih tinggi, yaitu Rp6.000 per kilogram,” ujar Asnaini
Namun, menanam semangka bukan tanpa tantangan. Gagal panen sering kali menghantui para petani akibat serangan hama dan cuaca buruk. “Buahnya kecil, atau biasa kami bilang bandel, karena hama dan terlalu sering hujan membuat buah jadi busuk,” tambah Asnaini.

Di daerah Aceh Barat, hanya dua jenis semangka yang biasa ditanam, yaitu semangka merah dan kuning. Meski begitu, Asnaini berharap dapat mempelajari teknik menanam semangka tanpa biji yang bernilai ekonomi lebih tinggi. “Kami ingin ada pelatihan dari dinas pertanian atau perkebunan untuk menanam jenis ini,” harapnya.
Amina (58), petani semangka yang telah menggeluti profesi ini selama hampir 24 tahun di Peunaga Pasi, juga merasakan manfaat dari melonjaknya permintaan pasar ketika Ramadhan.
“Pendapatan dari kebun semangka biasanya tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari, apalagi sering gagal panen karena hama ulat. Tapi Ramadhan jadi kesempatan dapat keuntungan lebih,” ungkap Amina.
Bagi Amina, pendapatan tambahan dari hasil penjualan semangka saat Ramadhan sangat membantu memenuhi kebutuhan keluarga.
“Kalau hari biasa hanya dapat sekitar Rp1,5 juta, itu pun kalau tidak gagal panen. Tapi kalau Ramadhan, biasanya ada tambahan sampai Rp2 jutaan,” ungkap Amina.
Meskipun begitu, tantangan finansial tetap menjadi kendala. Amina bersama suaminya terpaksa bekerja sampingan dengan menjual kelapa ke pasar demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. “Alhamdulillah, hasil panen cukup untuk makan. Kami juga tidak punya utang karena modal selalu diputar untuk membeli bibit baru,” tambahnya.
Ia juga mengatakan bahwa selama ini ia tidak mendapatkan bantuan sosial seperti bantuan bagi keluarga harapan (PKH), hanya dengan cara seperti inilah ia dapat bertahan hidup untuk memenuhi kebutuhan nya.
Ramadhan bagi para petani semangka bukan sekadar waktu untuk beribadah, tetapi juga momen untuk meningkatkan ketahanan perekonomian keluarga. Harapan mereka sederhana hasil panen yang melimpah dan dukungan dari pemerintah agar ada solusi memberantasi hama dan pelatihan khusus untuk petani serta usaha mereka dapat terus berkembang.