Washington DC – Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global dalam World Economic Outlook terbaru yang dirilis pada Pertemuan Musim Semi 2025. IMF memprediksi pertumbuhan global hanya akan mencapai 2,8% pada 2025 dan 3,0% pada 2026, jauh lebih rendah dari prediksi sebelumnya.
Mnegutip pemberitaan dari alafrica.com, NRC, dan faz.net, disebutkan untuk kawasan euro, angka pertumbuhan juga direvisi turun menjadi 0,8% pada 2025 dan 1,2% pada 2026. Penurunan ini, menurut IMF, didorong oleh meningkatnya ketidakpastian global akibat kebijakan tarif baru Amerika Serikat di bawah pemerintahan Trump.
Kebijakan tarif yang diumumkan pada 2 April 2025 disebut sebagai kenaikan tarif terbesar dalam sejarah modern. Meski tarif sempat dibekukan selama 90 hari, ketidakpastian tetap tinggi karena perubahan kebijakan yang tidak terduga dan tidak transparan.
Indeks ketidakpastian perdagangan global IMF kini tercatat tujuh kali lipat lebih tinggi dibandingkan Oktober 2024. IMF menegaskan, ketidakpastian ini lebih merugikan dibanding tarif tinggi yang pasti, karena membuat pelaku usaha menahan keputusan investasi dan produksi.
Gejolak tarif memicu ketakutan di pasar keuangan global, dengan volatilitas menyerupai masa awal pandemi COVID-19. Investor berbondong-bondong mencari aset aman, seperti emas dan obligasi pemerintah.
Dalam laporan Fiscal Monitor, IMF memperingatkan bahwa total utang pemerintah global diperkirakan melonjak menjadi 95,1% dari PDB tahun ini, naik 2,8 poin dari tahun sebelumnya. Jika tren ini berlanjut, rasio utang bisa menembus 100% PDB pada akhir dekade.
Peningkatan utang disebabkan oleh melonjaknya belanja pertahanan, permintaan bantuan pemerintah dari warga dan sektor bisnis, serta tingginya beban bunga akibat suku bunga yang naik. Negara-negara miskin juga terpukul akibat pemangkasan bantuan pembangunan.
AS, China, dan India Jadi Sorotan
Utang pemerintah AS diprediksi naik dari 121% menjadi 122% PDB tahun ini, dan mencapai 128% pada 2030. Sementara itu, utang Tiongkok diperkirakan melonjak dari 88,3% menjadi 96,3% PDB tahun ini dan bisa mencapai 116% pada akhir dekade. IMF mencatat bahwa hampir semua negara besar mengalami rasio utang di atas 100% dari PDB, kecuali Jerman.
IMF mendesak negara-negara untuk mulai menata kembali keuangan publik dengan memangkas subsidi yang tidak efisien dan menghapus insentif pajak yang tidak tepat sasaran. Negara-negara dengan ruang fiskal terbatas didorong untuk menyusun program konsolidasi fiskal yang kredibel.
IMF juga mencatat bahwa penuaan populasi akan memperburuk beban fiskal banyak negara dalam jangka menengah.