Industri game Indonesia punya potensi besar, namun hingga kini masih belum banyak dinikmati oleh pengembang lokal. Dari total nilai pasar game Indonesia yang mencapai US$ 2 miliar atau sekitar Rp 33,7 triliun, 95 persen pangsa pasar masih dikuasai developer luar negeri.
Hal ini disampaikan Menteri Ekonomi Kreatif, Teuku Riefky Harsya, dalam peluncuran program pelatihan Google Play x Unity Developer Training 2025, Senin (21/4/2025) di Jakarta.
“US$2 miliar dolar pangsa pasar dari game di Indonesia, tapi 95% potensi ini diambil developer luar. Kita baru kebagian 5%,” ujar Riefky.
Menurutnya, hal utama yang harus didorong adalah peningkatan jumlah dan kualitas pengembang game lokal. Pemerintah, kata dia, akan hadir di setiap tahap untuk mendukung tumbuhnya ekosistem game nasional.

“Mulai dari pendampingan kekayaan intelektual, hingga distribusi ke platform seperti Google Play. Kita ingin yang dikurasi dan dilatih ini nantinya menjadi lebih kuat dan mampu bersaing,” tambahnya.
Kontribusi Google Play bagi Ekonomi Digital RI
Dalam kesempatan yang sama, Vice President Platforms & Devices Partnerships Google Asia Pacific, Karen Teo, mengungkapkan bahwa developer Indonesia berhasil menghasilkan Rp 2,14 triliun hanya dari Google Play selama tahun 2023.
Dari jumlah itu, sekitar Rp 682 miliar berasal dari pasar luar negeri, menandakan bahwa karya anak bangsa sudah mulai mendapat tempat di pasar global.
Google mencatat, saat ini Indonesia merupakan negara ke-12 dengan jumlah developer aktif terbanyak di dunia, dengan lebih dari 10.400 pengembang dan 33.800 aplikasi aktif di Google Play.
Ekosistem ini juga telah menciptakan sekitar 197.000 lapangan kerja, baik langsung maupun tidak langsung, di sektor teknologi dan aplikasi.
“Kami senang melihat kontribusi luar biasa dari pengembang Indonesia. Sejak 2018, kami sudah melatih lebih dari 200 ribu developer lewat berbagai program Google Play,” kata Karen.
Google Play x Unity Developer Training Masuki Tahun Ketiga
Sebagai bentuk komitmen untuk mendorong pertumbuhan talenta lokal, Google Indonesia, bersama Kemenparekraf, Unity, dan Asosiasi Game Indonesia (AGI) meluncurkan tahun ketiga program Google Play x Unity Developer Training.
Program pelatihan gratis ini sudah dimulai sejak tahun 2023 dan menyediakan jalur pembelajaran untuk game developer, artist, dan programmer, dengan total lebih dari 30 jam materi online.
Selama dua tahun pertama, sudah 1.300 peserta mengikuti pelatihan ini, dan pada tahun 2024, jumlah peserta meningkat lima kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Menariknya, 10 persen dari peserta adalah perempuan, menandakan semakin inklusifnya industri game nasional.
Untuk tahun 2025, program ini menargetkan 500 peserta baru, dengan kurikulum yang diperbarui, termasuk:
Modul AI Terbaru dari Google, agar developer dibekali kemampuan teknologi mutakhir.
Program magang kerja sama dengan AGI, untuk menjembatani lulusan dengan industri.
“Kami ingin program ini tidak hanya melatih, tapi juga membuka akses karier nyata. Developer kita harus punya peluang yang sama dengan negara lain,” tambah Karen Teo.
Karya Anak Bangsa Makin Dilirik Dunia
Selain pasar lokal, pengembang Indonesia juga mulai menunjukkan taring di kancah global. Menurut data Google, lebih dari 10% pengguna aplikasi buatan developer Indonesia berasal dari luar negeri, seperti India, Mesir, dan Filipina.
Sepanjang tahun 2023, ada 7.100 aplikasi dan game baru yang dirilis oleh pengembang Indonesia, dan 60 persen di antaranya sudah menggunakan teknologi AI terbaru.
Dengan 716 juta pengguna internasional aktif di Google Play, peluang untuk ekspansi global terbuka lebar—asal pengembang Indonesia mampu menjawab tantangan kualitas dan daya saing.
Potensi Besar, Perlu Aksi Nyata
Industri game dan aplikasi di Indonesia sedang berkembang pesat. Namun dominasi asing masih sangat kuat, dan pengembang lokal baru menikmati sebagian kecil dari nilai ekonomi yang berputar.
Pemerintah dan sektor swasta kini dituntut bekerja sama untuk memperkuat kapasitas SDM, memperluas akses pasar, dan melindungi kekayaan intelektual agar potensi Rp 33 triliun dari industri game tidak terus-menerus dinikmati pihak luar.
“Pasar kita sudah besar, sekarang saatnya pengembang lokal jadi tuan rumah di negeri sendiri,” tegas Teuku Riefky.