Bisnisia.id | Banda Aceh – Gen Z menghadapi tantangan finansial yang serius saat ini. Fenomena Fear of Missing Out (FOMO) sering membuat mereka terjebak dalam perilaku konsumtif, bahkan sampai rela berutang untuk memenuhi gaya hidup.
Aliyah Natasya, seorang Certified Financial Educator, mengungkapkan berdasarkan data dari populix.co 73 persen anak muda berutang demi gaya hidup, dan 61 persen dari mereka kesulitan membeli rumah.
Aliyah menyoroti perlunya edukasi keuangan yang mendalam agar generasi muda bisa merencanakan masa depan keuangan mereka dengan lebih baik. Mengingat pengalaman pribadinya di usia 20-an, Aliyah juga menghadapi tantangan keuangan.
“Waktu itu, saya punya banyak mimpi, termasuk memiliki rumah. Tapi realitas gaji kecil dan kebutuhan yang banyak membuat saya harus bijak. Di usia 20-an, saya sadar bahwa memiliki mimpi besar lebih penting daripada memenuhi keinginan sesaat,” ujar Aliyah dalam acara edukasi bertajuk LIKE IT (Literasi Keuangan Indonesia Tedepan), Rabu (6/11/2024). Kegiatan ini digelar oleh Bank Indonesia melalui daring.
Aliyah mengakui bahwa membangun aset besar, seperti rumah, butuh komitmen yang kuat dan realistis.
“Langkah pertama yang saya ambil adalah bekerja. Kalau tidak bekerja, saya tidak akan punya uang untuk ditabung. Dari tabungan itulah saya mewujudkan mimpi besar saya,” katanya.
Menurut Aliyah, generasi muda perlu membagi penghasilannya menjadi dua: sebagian untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan sehari-hari, dan sebagian lagi untuk mengejar mimpi besar, seperti membeli rumah.
“Tidak masalah jika ingin belanja, tapi harus ada kontrol. Jangan semua keinginan dipenuhi karena masa muda tidak berlangsung selamanya,” jelasnya.
Aliyah mengajak generasi muda untuk mempertimbangkan risiko dan imbal hasil dari setiap keputusan keuangan mereka.
“Coba pikirkan, apa risiko jika seluruh gaji habis untuk belanja? Apa imbal hasil jika sebagian gaji itu ditabung?” kata Aliyah.
Dengan memperhitungkan risiko dan imbal hasil, generasi muda bisa lebih bijak dalam mengelola keuangan.
Tidak semua orang mudah menabung, terutama di usia muda. Aliyah menyarankan agar generasi muda membiasakan diri menabung, meskipun sulit.
“Ketika ingin membeli sesuatu, coba pikirkan hal terburuk yang bisa terjadi jika tidak jadi membelinya. Sekarang, bandingkan dengan risiko yang terjadi jika kamu tidak punya tabungan,” sarannya.
Menurut Aliyah, dengan menanyakan pertanyaan sederhana ini, generasi muda bisa mulai membangun kebiasaan menabung dan menilai kebutuhan serta keinginan mereka secara lebih kritis.
“Jangan mudah membelanjakan gaji yang diperoleh dengan susah payah. Berhitunglah dengan matang sebelum membelanjakan atau memasukkan semuanya ke dalam tabungan,” tegasnya.
Aliyah menekankan bahwa kunci keuangan sehat adalah kombinasi dari perencanaan, pengendalian diri, dan pemahaman tentang risiko dan imbal hasil. Menurutnya, generasi muda tidak perlu menekan diri untuk menjadi kaya dalam waktu singkat, tetapi lebih fokus pada langkah-langkah kecil yang konsisten dan berkesinambungan untuk mencapai tujuan finansial mereka.
“Dengan mempertimbangkan risiko dan imbal hasil sebelum berbelanja atau menabung, generasi muda dapat membuat keputusan yang lebih bijak dan membangun masa depan finansial yang lebih stabil,” ujar Aliyah.